Translate

Senin, 02 April 2012

KEARIFAN LOKAL DALAM BUMBU MASAKAN


Kita adalah bangsa yang besar. Bangsa yang pernah melahirkan peadaban maju dalam bidang teknologi arsitektur, pelayaran, dan kesenian. Aneka peninggalan budaya di masa silam menunjukkan kebesaran itu. Sebuah kearifan yang kini tergeser dan tergerus oleh peradaban baru yang seraba instan.
Sdalam hal makanan negeri kita dikenal dengan negeri yang berlimpah bahan alam. Sehingga tak kekurangan bahan pangan. Serta hampir dis etiap daerrah dikenal dengan mnakanan pokok dengan olahannya yang khas. Di pulau Jawa dikenal dengan bahan makanan pokok beras. Di Papua dengan ubi, di maluku terkenal dengan makanan berbahan sagu, dan semacamnya. Sebuah kekayaan yang berlimpah yang m,embuat negeri ini tahan pangan dengan diversifikasi pangan yang ada. Orang madura tidak malu makan jagung dan singkong sebagai makanan utama, bahkan kadang diolah dengan bahan kacang-kacangan atau dengan cacahan umbi ketela.
Namun, sayang entah kapan terjadinya ada perubahan makanan pokom pada swetiap daerah. Semual setiap daerah memiliki makanan pokok yang khas, tiba-tiba mereka berubah menjadi pengkonsumsi beras. Makan beras dianggap lebih makmur dibandfingkan mekanan pokok yang lainnya. Asumsi yang kemudian meningkatkan eskali kossumsi beras di tanah air. Tak dapat dihindari semenjak tahun 70-an intensifikasi pertanian dikenalkan, Indonesia hanya swasembada beras di tahun 1984 dan mendapatkan penghargaan dari FAO. Setelahnya sampai sekarang, kita menjadi pengimpor beras untuk konsumsi.
Bukan hanya makanan pokok yang menjadi identintas lokal tetapi juga tercipta pula aneka bumbu masakan yang menjadi ciri khas setiap daerah. Bumbu yang menggunakan rempah-rempah yang dihasilkan di bumi Nusantara. Negeri kita dikenal dengan penghasil rempah terbesar di dunia, sehingga pada awal abad ke 16 Indonesia bagian timur seperti daerah Maluku dan Ambon lebih dahulu dikuasai oleh Portugis. Sebuah ekspansi yang dikarenakan berlimpahnya kekayaan rempah-rempah. Bahkan negeri ini semenjak dulu dikenal dengan “Pulau Rempah-rempah”.
Rempah atau bumbu seperti pala, cengkeh, laos adalah tanaman asli Indonesia; sementara lada hitam, kunyit, sereh, bawang merah, kayu manis, kemiri, ketumbar, dan asam jawa diperkenalkan dari India sebagaimana jahe, daun bawang, dan bawang putih yang diperkenalkan dari China. Tanaman bumbu dari benua Asia itu telah dikembangkan sejak zaman dahulu kala, dan telah menjadi bagian integral seni kuliner Indonesia.
Di masa lampau Kesultanan Banten dikenal sebagai penghasil utama lada hitam dengan kualitas terbaik. Sriwijaya dan Majapahit juga berkembang berkat perdagangan rfempah antara pulau rempah Maluku di Nusantara dengan India, China,  Serta VOC kemudian memperoleh keuntungan besar dari perdagangan rempah dunia.
Dalam bumbu masakan khas negeri ini ternyata bukan merupakan “asli” Indonesia melainkan juga ada perpaduan dan pengaruh dari China, Eropa, India dan Timur tengah. Sebuah budaya masakan atau kuliner yang mengajak kita untuk bersikap terbuka terhadap datangnya busdaya luar dengan mengadaptasi dan mengadopsi sehingga menjadi identitas atau cita rasa lokal. Citarasa lokal yang kemudian menjadi identitas kebangsaan.
Rasa Asam dan manis pada umumnya didiominasi oleh masakan Jawa. Pedas masakan Padang, Mentahan sayur banyak didominasi oleh masakan Sunda. Bumbu Asin cukup terasa dalam olahan masakan asli daerah  Madura.
Racikan bumbu yang dibuat dalam bahan makanan bukan hanya menyajikan kelezatan, tetapi juga secara implisit olahan makanan  tersebut menyehatkan. Makanan sayur mentahan yang semula banyak dikonsumsi oleh masyarakat kita adalah sebuah pola makan sehat yang meneyediakan serat, enzim dan vitamin yang memicu metabolisme di dalam tubuh. Metabolisme yang memacu kerja enzimatis, hormonal dan sistem kekebalan tubuh.
Setiap mengolah bahan makan yang berbau amis, dapat dipastikan disitu akan dipergunakan bumbu kunuyit untuk menghilangkan bau amis. Bumbu yang juga berfungsi sebagai antiseptik di dalam tubuh. Apabila dalam bumnbu tersebut mempergunakan santan, maka akan ditemukan pula bumbu bawang, daun jeruk purut dan daun salam.
Namun sayang. Dalam perkembangan makanan dan amsuknya aneka jkenis masakan ke negeri ini telah mengubah masyarakat kita menajdi konsumtif. Mereka telah beruabah dari masyarakat yang bijak dalam memilih dan mengbolah makanan, menjadi masyarakat yang konsumtif. Makan menjadi bagian dari gaya hidup yang tak lagi mempertimbangkan aspek  gizi dan pemenuhan kebutuhan tubuh.

Tidak ada komentar: