Translate

Rabu, 11 November 2015

Menyambut Musim Hujan; Orang-Orang Membaca Buku dan Soal Ujian


oleh: Hidayat Raharja

Ai, musim hujan mulai mengintip, tapi di halaman hanya angin basah yang lewat dengan wajah langit yang rada redup. Matahari terik,dan udara jadi panas. Keringat  tumpah dari pori-pori membasahi pakaian yang lekat di badan. Minggu-minggu ini banyak orang menunggu hujan. Sebagian dari mereka mengunggah foto hujan di halaman di dinding facebook. Sejuk terasa,mata melihatnya.

Orang bersiap-siap menyambutnya.Mengenag kembali musim hujan di tahun lalu, dengan haraphujan segera datang. Tapi hujan tak datang. Hanya angin yang membawa butir-butir udaralembab yang gagal jadi hujan. Hanya di utara sana terlihat mendung hitam dan kemudian memutih pucat dipanadangdati teras. Hujan deras nun disana.

Di tenggara Umam bercerrita kalau hujan deras mengunjunghi halamannya.Bau tanah rekah menyhambut berkah dan aroamakembang tanah.Aroma yang membangkitkan biji-biji bercambah. Bunga-bunga merekah menadahi hujan pertama yang akan membuatnya bahagia. Akar-alar di ekdalaman menggeliat seperti menyusu menghisap sari hidup yang kembali murup. Aku bayangkan wajah tanah yang berdebu kembali segar sepertidiraupi wudhu.Wajah yang dipenuhi syukur tak terukur.

Di punggung luasnya aneka benih kembali bertunas, menyambut hari-hari bernas. Kuncup daun di ketiak dahan, pucuk pete yang hijau muda di ujung batang, dan serangga kecil berseliweran dengung berdendang. Hati-hati banyak serangga tanah dan reptil yang keluar dari liang karena suhu pengap di dalam. Maka selalu aku tutuppintu ruang tamu jika tak ada yang cengeramadi teras.

Untung ada pohon nagka dan mangga. Pohon nagka yang gembur dengan cabang dan rimbun daun berjibun menggesek angin siang yang menyegarkan. Angin yang menyeka keringat di permukaan tubuh. Buah terakhirnya telah tandas menandai musim kemarau yang akan lewat. Sedangkan pohon mangga yang memeluk rimbun daunnya, namun sangat jarang buahnya. Tahun lalu di bulan seperti ini puluhan buahnya bergelantung sampai menyentuh punggung sehingga perlu disangga dengan tiang bambu. Musim ini ia seperti enggan berbuah, namun lebih suka menunaskan pucuk baru yang pupus hijau menyegarkan di pandangan mata.  

Musim ini di ujung batas kemarau dan hujan aku seperti mendapatkan banyak teman. Akulihat setiap waktu dalam seminggu ini banyak bapak-bapak dan ibu –ibu tekun membaca,tekun berdiskusi,dan tekun menyampaikan hasil belajarnya. Mereka tengah menunaikan tugas yang dilupakannya, tugas membaca. Mereka seperti akan membayar hutang terhadap kebiasaan membaca yang harus dirawatnya. Diunduhnya soal-soal paedagogig dan profesional untuk melatih kemampuannya menjawab soal. Mereka mau mengikuti ujian kompetensi guru. Mereka tengah mengumpulkan bekal yang telah  lama tidak dipedulikan. Bekal mereka untuk mengajar. Mereka ketakutan seperti layak murid mau menghadapi Ujian Nasional, sehinga ada pula diantaranya yang mencari joki untuk membantu menjawab soal ujian.

Ai, musim hujan masih terus mengintai dan menampakkan wajah langit yang kusam. Namun matahari sesekali menyeringai dengan tikaman panas membuat keringat berlepasan. Ini kemarau telah lewat tapi hujan datangnya terlambat. Sapu tangan sejak tadi sudah basah mengusap keringat bagai bah. Rindu air yang akan menyejukkan udara,. Rindu air yang akan menidurkan musiam kering. Rindu air yang akan memadamkan api pengap. Rindu air yang akan menenangkan resah tanah dan rumah.

Jika hujan datang tangannya yang gemericik menabuh atap-atap rumah seperti bunyai perkusi yang kian merapat dan cepat. Kecepatan yang kadang membangunkan rasa takut. Kecepatanhya berbarengan dengan turunnya kabut yang membuat pandangan mata jadi tersaput. Tangan hujan yang dingin lalau saling berangkul berjatuhan dari pancuran kehalaman tubuhnya berdebam ke permukaan tanah. Kulit tanah terkelupas.Tubuhnya mengaliri halaman menjauh ke tempat renbdah ke ceruk sawah. Ceruk tempat katakmnerauh berudu. Katak yang menyanyikan malam memanggil pasangan, menyanyikan bulan dan bintang.

Gang-gang malam riuh oleh nyanyian Kung, dari katak jangkung. Memanggil purnama yang lembab di timur dan barat. Nyanyian malam yang tak lagi dihiraukan oleh telinga kita, karena di kamar suara televisi menyala. Suara tivi bernyanyi dan suara tivi tertawa, menertawakan hidup kita yang terlewat.

Ai hujan belum juga datang 320C di dalam ruangan. Keringat kembali terbit dari setiap pori membasahi dahi, membasahi punggung,membasahi tubuh.membsahi pikirnaku yang terus tumbuh. Sumenep, 12 November 2015.