Translate

Jumat, 30 Maret 2012

Indonesia Butuh Pemimpin Bukan Penguasa

Indonesia  Butuh Pemimpin bukan Penguasa
Dalam kondisi kehidupan yang tidak menentu, kian terasa siapa yang mengendalikan kehidupan di negeri ini. Para petani, nelayan, buruh dan orang kecil serta miskin selalu dikalahkan oleh keadaan yang tak berpihak pada nasib kehidupan mereka. Seringkali mereka dijadikan  obyek untuk mendapatkan keuntungan atau dianfaatkan sebatas kepentingan penguasa, setelahnya mereka kembali bergelut dengan penderitaan dan keras kehidupan.
Betapa susah jadi petani di negeri ini. Meski kerapkali dalam pelajaran geografi dikatakan kita hidup di negeri agraris. Saat musim tanam tiba petani slau dirundung susah, karena sulit untuk mendapatkan pupuk bagi tanaman yang merka budidayakan. Ketika musim panen tiba, mereka tidak juga bahagia, sebab harga jula produkpertaniannya selalu dibeli harga murah, karena disaingi dengan produk pertanian impor dari negeri tetangga dan China.
Laporan terbaru FAO (2010) menempatkan Indonesia sebagai negara produsen  perikanan ketiga terbesar di dunia dengan nilai produksi 5,384 juta ton. Dalam laporan  itu juga disebutkan bahwa China menjadi produsen teratas (14,8 juta ton), disusul Peru  (7,4 juta ton).Tingginya produk perikanan ini tidak otomatis meningkatkan keaejahteraan para nelayan, sebab mereka hanya pekerja yang harus menyerahkan hasiltanggkapan kepada pemilik modal. Peralatan melaut yang sederhana seringkali mereka mempertaruhkan nyawa dalam melakukan aktivitasnya. Terbatasnya peralatan melaut tercatat sebanyak 33 jiwa nelayan meninggal dunia di laut akibat cuaca ekstrem di sepanjang Januari–April 2011. menurut Kiara Banyaknya korban jiwa ini adalah buntut dari minusnya representasi negara. Artinya kehadiran negara dan pemimpin tidak banyak memperhatikan keselamatan nelayan dalam menjalani kehidupan di tengah laut.
Kehidupan perburuhan juga merupakan persoala kusut yang selalu menempatkan buruh sebagai obyek yang tak bisamenentukan nasibnya sendiri. Mereka selalu dikuasai para pemilik modal. Mereka yang diberi banyak jam kerja tetapi dengan upah yang amat terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Persoalan dengan perusahan kerapkali menjadikan buruh sebagai obyek yang selalu terkalahkan.Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Slamet Sutomo upah buruh masih rendah, hanya sekitar 20% dari seluruh biaya produksi (Ramdhania El Hida – DetikFinance, 6/2/2012).
Peran Pemimpin Negara
Melihat pada persoalan kehidupan masyarakat, kita bertanya dimana peran pemimpin negara? Tidak dapat diingkari bahwa para pejabat negara merupakan jabatan politis, jabatan yang seharusnya beralih sebagai tugas kenegaraan dan lebih mengutamakan kepada kepentingan rakyat. Kepentingan untuk memberikan perlindungan, dan meningkatkan kesejahteraannya.
Tawar-menawar kepentingan seringkali melupakan kepentingan rakyat kecil. Betapa banyak anggaran negara kemudian bocor tidak sampai dan tepat sasaran. Kasus korupsi merupakan sebentuk representasi pejabat negara yang melakukan pemiskinan secara struktural sehingga mengurangi hak-hak rakyat yang harus didapatkan.

Tak jauh beda dengan beberapa pimpinan partai politik dan anggota DPR  lebih banyak melakukan lipservive, mereka yang mengatasnamakan wakil rakyat tetapi kebijakan-keijakan yang dilahirkan  tidak banyak berpihak kepada rakyat. Gaji dan fasilitas yang diperoleh para wakil rakyat melebihi dari cukup, sehingga mereka bisa hidup mewah ditengah kesengsaraan masyarakat yang terjerat kemiskinan. Mereka bagai pundi-pundi uang yang akanmenumpahkan recehannya menjelang pileg.

Pemimpin yang Kuasa Bukan Penguasa
Ternyata pemimpin yang kita pilih bukanlah pemimpin tetapi lebih sebagai penguasa yang menguasai hak-hak yang seharusnya kita dapatkan. Pemimpin merupakan orang yang lebih melayani, amanah, bisa jadi panutan, memiliki empati dan memahami apa yang dirasakan rakyat yang dipimpinnya.  Sementara penguasa memiliki makna cenderung  memerintah dari pada melakukan,  dan menguasai mengabaikan hak orang lain.
Orang semacam Pak Dahlan Iskan –Menteri BUMN- adalah sosok pemimpin yang dibutuhkan oleh rakyat. Dia adalah orang yang mau melayani bukan minta dilayani. Pemimpin yang berbaur dengan masyarakat, sehingga paham apa yang dikeluhkan masyarakat. Pemimpin yang punya kuasa, tetapi tidak lalu menjadi ”Penguasa”.


Tidak ada komentar: