Translate

Jumat, 31 Juli 2009

Jawara Tour (3): KERAMAIAN PASAR TANAH ABANG

Minggu, 28 Juni 2009. Pagi semua peserta tour sudah bersiap-siap di depan asrama haji pondok gede. Semua berbagi penalaman hari kemaren perjalanan yang menjengkelkan. Perjalanan yang serasa dioven di dalam bus. Namun setelah beristirahat semalam, para peserta segar dan semangat kembali untuk melanjutkan perjalanan hari ini. Lebih 30 menit menunggu namun jasa travel belum juga datang.Ketika koordinator peserta mencoba menghubungi tour leader mereka menjawab siap berangkat masih memanaskan mesin kendaran (bus). Jam 07.30 bus belum juga muncul, semua peserta mulai melihat tanda-tanda tidak beres terhadap biro travel ini. Sopir tidak sejalan dengan kemauan tour leader, kondisi yang membuat kami para peserta dirugikan. Pukul 08.30 bus baru datang ke asrama, dan pengumuman dari koordinator bahwa pagi ini sebelum menuju Taman Mini Indonesia Indah, perserta tour akan dibawa ke tempat belanja Pasar “Tanah Abang”. Tempat kualan barang murah yang sudah cukup dikenal dan merupakan salah satu ikon perbelanjaan di Jakarta.

Bus merambat keluar dari kompleks asramahaji pondok gede. Setiap penumpang bergegas dengan impiannya masing-masing. Mereka yang membawa banyak uang tentu, bersiap untuk memborong aneka belanjaan yang diinginkan. Pasar murah, apalagi kalau membeli dalam jumlah besar – minimal membeli tiga potong pakaian, pembeli akan mendapat diskon. Sebuah tempat yang seringkali membuat aku pusing dan bingung. Pusing, karena melihat orang-orang sangat bernafsu berbelanja. Tak cukup dengan jinjingan mereka juga menyeret kereta dorong penuh dengan belanjaan. Belum cukup, teman dan kerabat juga ikut membantu menggotong hasil buruan (ehh belanjaan). Aku juga bingung, karena disinilah sebenarnya gurita kapital menjerat setiap pengunjung (meski tak berbelanja) dengan aneka kenyamanan, tanpa terasa tersret untuk turut membelanjakan uangnya. Apalagi mereka yang memiliki syahwat berbelanja, akan terus berputar-putar dalam pasar memburu aneka pakaian dan kebutuhan yang menyerbu pikiran mereka.

Sebuah area konsumtif dan menjerat setiap konsumen untuk royal terhadap dirinya, memanjakan dan membelanjakan keinginannya. Setiap orang tanpa diasadari telah dipaksa untuk menjadi konsumtif, sehingga ia tidak bisa menentukan dan mengendalikan diri. Pusat belanja yang menyenangkan, dan di sekitar kita berseliweran penjual tas dengan aneka bentuk dan ukuran sepertinya menyediakan hasrat kita untuk membungkus hasil belanjaan. Bagi yang kecapekan dapat selonjor sejenak di tangga-tangga statis yangdisediakan di pintu masuk. Lanskap yang menarik, karena disini menjadi kawasan sosial yang semuanya bisa saling berbagi sandaran pantat, meski mereka belum saling kenal-mengenal. Mereka pada bercerita hasil belanjaannya, barang yang menarik perhatiannya, keinginnanya yang masih belum terbeli, dan keisengan yang mengakibatkan barang menjadi miliknya (Keisengan karena sebenarnyaa tak berhasrat untuk membeli barang, hanya mencoba menawar, namun kemudian barang dileapskan oleh penjual.

Di area ini akan terlihat ibu-ibu yang sangat antusias dan selalu kehabisan dan kekurangan waktu untuk memenuhi hasrat belanjanya. Sehingga kesepakatan waktu, pukul 13.00 semua sudah siap di dalam bus, ternyata masih ada kaum hawa yang belum keluar dari mulut gurita pasar Tanah Abang. Suara dering Handphone, saling bersahut ada yang memanggil terburu, dan ada yang meminta ditunggu karena belum memuaskan nafsu (belanja lho!!).

Senin, 06 Juli 2009

JAWARA TOUR: (Bagian Ke-2)


REKREASI DI SEAWORLD

Matahari makin meninggi, sinarnya membakar ejndela hingga terasa panas diwajah. Tourleader mengumumkan pagi ini kita akan sarapan di suatu rumah makan di kawasan Pamanukan – Jawa Barat. Bus bergerak mengikuti arah sinar matahari. Jalanan kian ramai, oleh kendaraan dan kesibukan para pegawai menuju tempat kerja. Jalan bus tetap lamban bahkan terasa lebih lamban. Memasuki daerah Pamanukan melewati jalan tol, bus terus melaju. Namun beberapa saat kemudian terlihat tourleader mulai gelisah, rumah makan yang dituju (Taman Sari 3) tutup. Bus kembali berbelok arah memutar ke arah timur. Semua penumpang dalam bus menggerutu. Sekitar 10 km bus kembali ke arah jalan semula menuju rumah makan Taman sari 2.
“Bagi bapak dan ibu yang akan mandi pagi nanti tersedia di rumah makan. Bapak –ibu bisa mandi sepuasnya ada empat belas kamar mandi yang bisa dipergunakan,” terang tourleader dengan wajah yang masih menegang karena diomeli penumpang.
Bus menurunkan lajunya, menepi ke kiri jalan, menuju rumah makan “Taman Sari 2”. Semua penumpang turun. Tubuhku masih terasa kaku, gerah, dan kulit rasanya lengket karena sudah 24 jam belum tersentuh air. Aku bergegas ke kamar mandi, wuaahhh bau tak sedap menyeruak. Ketika masuk, di dalamnya sampah menumpuk di sudut. Namun karena rasa lengeket di tubuh, aku tetap melaksnakaan niat, antri amndi. Mengambil secibuk air, rasanya lisic di kulit, penanda kualitas airnya jelek dan baunya tak nyaman, serta warnanya tak jernih. Dengan terpaksa aku siram tubuhku dengan bilasan beberapa cibuk air, membilas sabun ke sekujur tubuh, namun terasa seperti membilaskan minyak. Aku segera menyelesaikan mandi. Tidak menyegarkan, namun lumayan untuk membasahi seluruh tubuh.

Sarapan pagi ketemu lagi dengan goreng ayam. Aku khawatir kolesterol tubuhku makin meningkat. Beberapa kali menghadapi santapan makan, menu goreng ayam selalu ada di atas meja. Tak ada pilihan, karena paket ini sudah diatur oleh tourleader yang membawa rombonganku ke rumah makan.

Usai sarapan, semua kembali ke dalam bus melanjutkan perjalanan ke arah jakarta. Matahari kian terik dan panasnya membakar ruangan bus ber-AC. Tubuhkju terasa nyeri dan ngilu terlalu lama duduk. Sudah lebih dua puluh empat jam tersekap dalam perjalanan yang menjenuhkan. Memasuki tol Cikampek harapan makin mendekat, namun jalan bus bagai keong. Barangkali bus tua ini sduah amat capek dua hari menyusuri aspalan.

Pukul 14.20, Bus memasuki kota Jakarta, menuju tempat Taman Impian Jaya Ancol. Sekitar 30 jam perjalanan dari kota Sumenep menuju Jakarta. Ke Ancol, rasanya tak bersemangat karena aku sudah berkali-kali mendatanginya. Namun semangatku kembali menyala, karena mengingat dua anakku yang pertamakalinya datang ke Jakarta.

Tourleader menggiring kami ke area “Seaworld”. Betapa senang dua anakku, mereka berfotoria di depan aquarium dan memasuki aquarium besar yang melengkung di atas kepala, melihat ikan-ikan besar; Hiu dan Pari dan beberapa petugas menyelam memberi makan aneka jenis ikan. Suasana dalam ruangan terlihat gaduh, karena dalam minggu-minggu kunjungan kami bertepatan dengan hari libur sekolah. Setelah penat berkeliling ruang aquarium, aku sekelurga keluar dan mencari tempat shalat yang ada di dekat parkir mobil.

Usai melaksanakan shalat asar dan zuhur, aku selonjorkan kaki dengan posisi tubuh bersandar ke tiang masjid. Sejuk terasa, dan sepertinya tubuh mendapatkan sirkulasi udara baru yang segar dan menyegarkan. Di seberang troroar terlihat pak Bisron Ali (Tourleader) menenteng makanan kotak yang akan dibagikan kepada peserta tour. Jadilah kami makan di trotoar, sambil mengawasi orang berlalu-lalang. Makan di pinggir jalan, kenangan masa silam saat-saat kuliah dan melakukan perjalanan mingguan untuk mencari hiburan.

Usai makan siang dua nakku mengajak untuk mendatangi area outbond, namun menurut informasi yang kuperoleh dari tourleader dan orang-orang sekitar menyarankan untuk tidak ke sana karena harus naik angkutan bus khusus, lagi pula waktunya sudah sore. Jadi tak memungkinkan untuk mendatangi kesana.

Minggu, 05 Juli 2009

JAWARA TOUR:

PERJALANAN YANG MENGENASKAN
(1)

Liburan akhir semester tahun ini aku sekeluarga mengikuti tour SMA 1 ke jakarta dan Bogor. Perjalanan yang diharapkan mampu memberikan refreshing terhadap tekanan kerja di sekolah yang menumpuk dan mengursa tenaga. Aku bawa istri dan dua anakku bersama keluarga besar SMANSA, bukan dengan tiket gratis, tetapi membayar dengan sejumlah harga yang tak murah. Berani membayar harga sebesar itu, karena dijanjikan oleh Jawara Tour untuk rekreasi di Ancol. TMII, Kebun Raya Bogor, dan Taman safari Indonesia – Cisarua – Bogor. Aku ajak dua anakku supaya mereka bisa rekreasi sambil belajar.

Hari yang dinantikan tiba 26 Juli, jumat pagi pukul 06.00 kami sekeluarga telah berkemas untuk menuju tempat pemberangkatan di halaman depan SMAN 1 Sumenep. Ternyata bus yang akan membawa ke Jakarta belum muncul. Semua peserta tour menggerutu. Pukul 06.30 Bus baru datang, dua bus yang sudah terbilang tua, hanya tampak luarnya yang bagus. Aku sekeluarga naik ke bus pertama, sebagaimana yang telah diatur panitia. Satu per satu penumpang naik ke atas bus, panitia melakukan cheking terhadap seluruh peserta. Pukul 07.00 di bus pertama dilakukan presensi terhadap peserta, tinggal satu rombongan keluarga yang belum datang ; Bu Chairunnisak dan keluarganya belum datang. Semua penumpang menggerutu, karena perjanjiannya pukul 06.30 sudah siap berangkat. Tak lama kemudian yang ditunggu datang, dan sebelum berangkat dilakukan doa bersama dipimpin bapak Suhdi, S.Ag. Tepat pukul 07.10 bus pertama berangkat diikuti rombongan bus kedua.

Suara dalam bis mulai riuh, satu dua penumpang mulai melemparkan cerita, dan ditanggapi penumpang lainnya. Melintasi jalan lingkar timur, tambak-tambak yang sepi dibakar hangat mentari. Matahari bergerak perlahan bus meninggalkan pertambakan, melintasi jalan propinisi ke arah Surabaya. Suara musik didendangkan D’Lloyd terdengar mendayu-dayu dari monitor DVD, membongkar kenangan lama tahun 70-80an. Tiba-tiba tour leader Bapak Bisron Ali memegang mike dan mengumumkan kepada seluruh peserta tour, kalau nantinya rombongan bus akan melewati jembatan Suramadu,” Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu kita start dari halaman SMA pukul 07.10 perjalanan ke Surabaya akan memakan wakt sekitar 3 jam melewati Suramadu. Tour kita kali ini akan membuat para peserta merasa di charge kembali setelah stress akibat kesibukan di tempat kerja. Kita nanti akan mengunjungi Monas dan menjelang sore mengunjungi Ancol. Di sana kita bisa melihat sunset di pantai Marina. Hari Minggu ke Taman Mini Indoensia Indah ke teater keong emas dan dilanjutkan ke masjid kubah emas, dan malam harinya beramah tamah dengan bapak Mh. Said Abdullah di ekdiamannya. Esok harinya sebagian peserta yang telah ditunjuk melakukan studi banding ke SMAN 8 Jakarta. Sementara yang lain akan ke kebun raya Bogor dan dilanjutkan ke Taman Safari Indonesia. Peserta Tour akan menyusl siang harinya ke taman safari Indonesia”.

Informasi yang mendebarkan sekaligus menggembirakan, karena tour ini waktu pertama kali bagi dua anakku mengunjungi kota jakarta. Perjalanan bus lamban, merayap, melata sepanjang aspalan hitam menuju Surabaya. Perjalanan yang santai dan pukul 10 kurang 15 menit bus memasuki sisi Madura dan kembali tour leader memberikan informasi mengenai Suramadu, ia menjelaskan proses pembanguna jembatan dan biaya yang telah dihabiskan. “Perjalanan ini menemupuh jarak sekitar 11 Km ke pangkal jembatan dan melewatu bentangan jembatan di atas laut sekita 5,4 km. Jarak ini akan kita tempuh sekitar 15 menit. Waktu yang singkat bila dibandingkan dengan penyeberangan mempergunakan kapal ferry di pelabuhan Kamal,” ujar Tour Leader penuh semangat. Tak lama sekitar pukul 10 lebih 40 menit bus sudah sampai di dataran Subaraya.

Surabaya yang sesak, bising mulai memekakkan telinga. Jalanan macet mengingatkan kembali kenangan surabaya terhadapku di ntahun 80-90 an. Surabaya yang padat, bising dan memekakkan telinga. Bus meliuk-liuk menyusuri jalanan arteri menuju ke arah Gresik. Jalan berliku dan menegangkan, karena jalan bus mulai terasa lamban. Padahal bus yang aku tumpangi jauh lebih bagus daripada bus yang ditumpangi rombongan kedua. Kota yang padat telah dilintasi bus memasuki kawasan pertambakan di sisi kiri-kanan jalan. Kawasan Gresik dengan aroma pelabuhan yang khas. Tambak-tambak terhampar memberikan lanskap kota pesisir dengan industri yang tak pernah mati. Di beberapa masjid yang berdiri di pinggir jalan mulai terlihat orang-orang berdatangan menunaikan shalat jumat. Setelah berjalan agak jauh bus berhenti di sebuah kawasan sekitar pertambakan di sebuah masjid yang mulai sesak oleh jemaah yang akan shalat jumat. Kami shalat jumat. Kemudian dilanjutkan dnegan ibu-ibu untuk menunaikan shalat dzuhur.

Usai shalat jumat perjalanan dilanjutkan mencari rumah makan untuk makan siang. Bus berjalan merambat melata bagai ular, menunggu munculnya bus kedua yang berjalan lebih lamban. Kabar yang tidak menyenangkan, didapat informasi bahwa rombongan bus kedua mengalami gangguan kehabisan solar. Gejala tidak menyenangkan mulai menghadang. Ternyata bus kedua kondisi mesinya sudah tua, hal ini disadari penumpang di bus kedua kalau berhenti mesin tidak pernah dimatikan, meskipun pemberhentian berlangsung dalam hitungan jam.
*****
Malam pun tiba perjalanan kian gerah karena mobil berjalan lamban, seperti jalan orangtua yang dibantu memakai tongkat. Penumpang bus pertama mulai resah merasakan perjalanan yang menjenuhkan. Sampai di daerah jawa tengah sudah sekitar pukul 21.00 lewat. Bus isi bensin di sebuah SPBU. Penumpang turun untuk mencari hawa segar, sebagian lagi buang air kecil dan mencuci muka yang mulai kuyu.

Sekitar 30 menit di SPBU, perjalanan dilanjutkan lagi. Malam dengan pernik bintang di hamparan langit gelap memantul seperti mata langit yang mengintip kepenantan penumpang dalam bus pertama. Anaka-anak kecil dalam gendongan merengek karena terguncang-guncang dan terbangun dari tidur yang tak nyenyak. Sebagian yang lain ngorok dengan tidur terduduk di kursi yang tak begitu empuk. Aku terlelap, namun tiba-tiba terbangun karena bus ngerem mendadak. Setengah terbangun aku lihat ke arah depan deretan mobil memanjang dilanda kemacetan. Macet!!! Tak ingin sial aku kembali katupkan kelopak mata. Tak ingat apa-apa hanya sesekali tubuh terpental dari kursi karena rem mendadak. Hingga tiba saat shalat subuh tiba. Bus menepi di sebuah maesjid di pinggiran kota; Masih daerah perbatasan jawa tengah dan jawa barat. Badanku sudah tak kuta menahan ngilu. Sekitar 20 jam di atas bus. Pada hal kalau waktu-waktu sebelumnya ke Jakarta naik bus Karina / Lorena dalam bentang waktu 21 jam dari arah sumenep bus sudah memasuki wilayah jakarta kota. Perjalanan yang menjengkelkan, namun aku mencoba mengubah perasaan menjadi menyenangkan. Seumur-umur saat inilah aku dipangagang di atas bus dalam jangka waktu lama.. Usai shlata subuh perjalanan dilanjutkan lagi untuk mencari rumah makan untuk makan pagi.

Angka jam menunjuk Pukul Tujuh pagi hari sabtu 27 uli 2009. tak tereasa sudah 24 jam di atas bus, namun tanda=tanda untuk segera sampai ke tempat tujuan masih jauh dari pandangan dan harapan. Salah seorang penumpang dalam bus pertama mulai emosional, kaerna anaknya yang masih balita takj kuta menahan panas. Bapak Moh. Hasan- Guru BK yang biasanya sabar, tak kuat menahan marah. Ia damprat Bisron Ali (Tour Leader Jawara),” jasa travel tidak profesional. Sudah dua puluh empat jam belum juga sampai tujuan. Bus tua jangan diajdikan angkutan wisata. Ini manusia bukan binatang. Ayo jalankan bus dengan benar. Masa perjalanan Sumenep ke Jakarta sampai lebih 24 jam. Katanya bus executif. Bus tua dibilang bus executive,” bentaknya menuju ke hadapan tourleader dan sopir.

Aku tak berani menatap wajah Bisron Ali. Ia begitu tegang dan tak menduga akan mendapat cacian semacam ini. Bahkan teman-teman yang duduk di belakangjuga ikut ngomel mencelotehi layanan Jawa Tour yang amat buruk. Anak-anak kecil mulai menangis karena gerah. Pendingn dalam bus seperti tak berfunggsi karena kami sudah terlalu lama dalam bus. Wajah Bisron Ali pias. Aku tak tega. Kondisi dan situasi yang kurang mengenakkan diredakan oleh teman sebangkuku H. Rasik Rahman. Guru olah raga yang periang dan selalu ada humor segar yang dilontarkan.
“Tenanglah pak, nanti sampai juga ke jakarta. Kita kan tak terburu-buru. Sabar yang pentings elamat sampai tujuan,” hiburnya sambil tersenyum.
Terus terang aku merasa beruntung duduk berdampingan dengannya, karena selalu m,enenangkan hati yang galau karena bus berjalan sangat lamban. Muncul olok-olok dari belakang kalau bis yang aku tumpangi tak pernbaah mendahului (menyalib) kendaraan tetapi emnjadi bus yang selalu didahului oelh kendaraan lain yang usianya lebih tua. (asambung...)

Sabtu, 04 Juli 2009

SEKOLAH DI DALAM MESJID

:Catatan kunjungan studi banding ke SMA Negeri 8 Jakarta

Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SMA Negeri 1 Sumenep menjadi sekolah yang bermutu, selain meningkatkan kualitas personalia serta tenaga pemgajarnya, juga melakukan studi banding ke SMA 8 Jakarta. Studi banding ini yang ke lima kalinya, pertama tahun 2001 ke SMA Unggulan darul ulum Jombang dan SMA 1 Batu. Ke SMA 15, SMA 2 dan SMA 5 Surabaya. Pada tahun 2008 melakukan studi banding ke SMA Negeri 1 Yogyakarta – SMA teladan se Indonesia. Di akhir bulan juni 2009 melakukan studi banding ke SMA Negeri 8 Jakarta.

Kunjungan studi banding ini tidsak lain adalah sebuah ikhtiar untuk menyelenggarakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang akan dimulai tahun pelajaran 2009/2010. Pilihan ke SMA 8 jakarta sebagai tujuan studi banding, karena sekolah ini meruipakan salah satu sekolah negeri yang memiliki kelas internasional yang berinduk ke Cambright. Memiliki 2 kelas internasional yang kurikulumnya mengacu ke kurikulum internasional. Sedangkan tujuh kelas lainnya merupakan kelas RSBI.

Ada banyak hal yang dapat dipetik dari studi banding ke SMA 8 Jakarta, antara lain: pertama meski sekolah ini berada di daerah DKI Jakarta, tetapi memiliki murid yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Artinya secara kualitas sekolah ini telah dipercaya oleh masyarakat untuk menitipkan anaknya menjadi pintar.

Kedua, di pintu masuk sekolah berdiri bangunan mesjid dengan arsitektur yang megah. Sebuah bangunan dengan arsitektur modern yang menghabiskan biaya sekitar 1 milyar. Bangunan mesjid ini menjadi ikon SMA Negeri 8 Jakarta, sehingga menamakan dirinya “sekolah di dalam mesjid”. Di tempat ini pula berbagai aktivitas keagamaan dilangsungkan. Mesjid bukan sekadar simbol tetapi juga membawa implikasi terhadap pelaksanaan pendidikan di SMA 8, antara lain setiap pagi mulai pukul 06.30 sebelum dimulai pelajaran dilakukan pembacaan ayat suci Al-Qur’an selama 15 menit yang dipandu dari ruang operator.

Ketiga, SMA 8 menerapkan aturan bahwa setiap guru yang mengajar di SMA 8 harus memiliki moral dan akhlak yang baik. Hanya dengan akhlak yang baik akan mampu menuntun siswa menjadi lebih baik. Untuk itu sekolah memberikan penghargaan bagi guru yang beragama islam setiap tahun ada dua orang guru yang diberangkatkan ke tanah suci, dibiayai oleh komite sekolah. Sedangkan bagi yang beragam nasrani disediakan dana untuk melakukan ziarah ke tempat kelahiran nabi Isa di Palestina.

Keempat, sistem evaluasi pembelajaran dilakukan oleh tim evaluasi, hal ini dilakukan untuk menjaga obyektifitas guru mata pelajaran dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik. Remedial hanya dilakukan satu kali untuk menciptakan budaya belajar bagi siswa. Namun sebelum remedi dilakukan terhadap siswa yang tidak mencapai kompetensi di berikan klinik pendidikan, ada remedial teaching dan dilanjutkan dengan ujian remedial.

Kelima, di sekolah ini tidak ada les privat mata pelajaran karena bimbingan belajar siswa ditangani oleh alumni SMA 8 yang dinamakan dengan BTA (Bimbingan Tes Alumni). Tidak adanya les yang dilakukan oleh guru pengajar menjadikan penilaian hasil belajar lebih obyektif, sehingga juga diikuti usaha gigih siswa untuk mencapai ketuntasan belajar.

Keenam, lingkungan kelas dan lingkungan sekolah tertata rapi, tidak ada gambar-gambar di dinding kelas seperti yang terlihat di SMA 1 Sumenep. semua dinding terlihat bersih hanya terdapat satu papan kecil untuk presensi siswa, dan rak untuk menempatkan daftar hadir siswa. Pot gantung dengan tanaman sirih gading bertebaran di berbagai tempat menambah keasrian sekolah ini.

Ketujuh, bagi guru yang tidak rajin masuk kelas dikenakan sangsi dipotong honor komite sekolah, sehingga memacu guru untuk rajin dan kreatif dalam melaksanakan tugas mengajar. Juga komite sekolah membrikan bantuan dana kesehatan jika guru atau staf Tata usaha menderita sakit, dengan mengganti biaya berobat yang telah dikeluarkan.

Layanan yang memuaskan, komite dan orangtua siswa bersedia memfasilitasi kebutuhan guru asal guru mau membimbing peserta didiknya menjadi lebih cerdas dan berhasil memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Guru mampu memberikan layanan prima terhadap siswa dan masyarakat (orangtua murid) sebagai imbal jasa atas kepedulian orangtua terhadap sekolah dan segenap komponen yang ada di dalamnya.

Menirukan apa yang dilakukan SMA Negeri 8 Jakarta di SMA Negeri 1 Sumenep jelas tidak mungkin, karena memang situasi dan kondisinya berbeda. Namun dari studi banding ke SMA Negeri 8 Jakarta, kami mendapat pelajaran, antara lain; pertama, pembentukan sistem di dalam sekolah amat penting sehingga semua bekerja dan berjalan dalam kmekanisme ssitem yang telah dibuat. Bila sistem yang dibuat sudah baik dan mapan, maka siapa pun pimpinan sekolah tidak berpengaruh terhadap proses pelaksanaan pendidikan di dalamnya, karena semua berjalan pada mekanisme yang ada.

Kedua, pentingnya kebersamaan antara sekolah, orangtua musrid dan masayarakat. Hanya dengan kebersamaan semua keinginan bisa tercapai. Terutama kesepahaman antara orangtua siswa dengan pelaksana pendidikan di sekolah, keterbukaan penyelenggara sekolah, dan komitmen untuk memajukan pendidikan adalah hal vital yang perlu dilakukan di sekolah tercinta, SMA Negeri 1 Sumenep.

Barangkali tidak berlebihan jika di awal tahun pelajaran ini kita memperbaharui niat, untuk mengawali kerja dengan tulus dan ikhlas demi kemajuan pendidikan dan keberhasilan anak-anak kita yang akan meraih masa depan. Niat tulus yang juga diiringi oleh doa para orangtua dan dukungan material untuk memfasilitasi kebutuhan pendidikan di sekolah. Hanya rasa percaya dan rasa saling memiliki bisa melapangkan jalan yang menjadi cita dan tujuan bersama. Allahu Akbar !!! (Hidra)