Translate

Selasa, 28 April 2009

BELAJAR DAN MENGAJAR BIOLOGI YANG MEMBEBASKAN

Oleh : Hidayat Raharja*

Perlakukanlah orang lain sebagaimana mestinya, maka anda membantu mewujudkan berbagai potensi mereka – (Goethe)
Peserta didik adalah individu yang unik. Setiap individu memiliki keunggulan yang berbeda . Maka tidak berlebihan jika setiap anak memiliki potensi untuk berkembang menjadi individu yang berprestasi. Bakat-bakat yang terpendam bisa dilihat dari perilaku anak yang khas, berbeda dari yang lain Sehingga seringkali kenakalan yang ditunjukkan seorang anak merupakan gambaran kecerdasan yang dimiliki anak bersangkutan.

Kecerdasan peserta didik dapat ditunjukkan oleh kenakalannya, adalah sesuatu yang menarik untuk ditekuni dan ditelusuri pada setiap pribadi anak. Sebab, disitulah akan terlihat apa yang disenangi anak. Namun seringkali orangtua atau guru tidak suka melihat peserta didik melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Suatu larangan kadang membuat peserta didik takut untuk melakukan apa yang disukainya, dan sebenarnya itu merupakan bakat dan kecerdasannya yang harus dikembangkan.


Foto. Siswa SMA negeri 1 Sumenep tengah melakukan praktikum fermentasi /respirasi anaerob

Howard Gardner ( 2002) memaparkan ada sembilan kecerdasan yang dimiliki manusia. Multiple intelegent atau kecerdasan majemuk mencakup; kecerdasan bahasa - linguistik, cerdas logika -matematis, cerdas gambar- spasial, cerdas tubuh - kinestetik, cerdas musik- musical, cerdas bergaul - interpersonal, cerdas diri- intrapersonal, cerdas alam - naturalis, dan ada kecerdasan eksistensial.

Aneka macam kecerdasan tersebut membuka kesadaran bagi orangtua atau guru bahwa seseorang yang tidak pintar matematika, bukan berarti tidak cerdas. Sebab, bisa saja seseorang yang tidak cerdas matematika memiliki kecerdasan musikal. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan musikal terbuka peluang untuk mengembangkan kecerdasannya menjadi sebuah profesi yang dapat menjadi sumber penghidupannya. Siapa yang akan menyangkal bahwa David Beckam memiliki kecerdasan kinestetiuk dan menjalani profesinya sebagai pesepakbola. David mendapat bayaran mahal hanya dengan keterampilannya menggiring, menendang, dan memasukkan bola ke gawang lawan. Dia menjadi bintang pop, kaya dan menjadi ikon kesuksesan pesepakbola. Apakah peserta didik yang memiliki kecerdasan kinestetik dianggap tidak cerdas dibandingkan dengan mereka yang cerdas matematika.

Suatu ketika seorang peserta didik meminta ijin kepada guru di kelas karena ia harus latihan teater untuk mengikuti festival teater tingkat nasional. Guru biologi cemberut saat siswa tersebut meminta ijin, karena beranggapan anak tersebut meremehkan mata pelajaran biologi. Sehingga, meski diijinkan tidak mengikuti pelajaran peserta didik dibebani dengan tugas yang amat memberatkan. Hal semcam ini banyak ditemui di lingkungan sekolah formal, karena masih banyak persepsi bahwa cerdas hanya sebatas pintar matematika dan mata pelajaran IPA mau pun bahasa Inggris.

Dalam perkembangan dinamika kehidupan, banyak hal yang bisa dikembangkan pada peserta didik. Dia tidak hanya dituntut untuk cakap secara akademis, tetapi perlu pula dibekali dengan kecakapan hidup (life skill). Kecakapan yang kelak akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya di tengah masyarakat. Kecakapan yang akan sangat membantu untuk mempertahankan hidup di tengah masyarakat yang heterogen.

Kecakapan hidup tidak semata-mata terkait dengan motif ekonomi – keterampilan untuk bekerja, tetapi juga menyangkut aspek sosial budaya seperti cakap berdemokrasi, ulet, memiliki budaya belajar sepanjang hayat, pendidikan yang memberi watak dan etos.

Implementasi kecakapan hidup di dalam sekolah menengah Umum terfokus kepada lima hal:
(1) Reorientasi pembelajaran menuju pembelajaran dan evaluasi yang efektif,(2) Pengembangan Budaya Sekolah, (3) peningkatan efektivitas manajemen sekolah, (4) Penciptaan hubungan sinergis sekolah – masyarakat, dan (5) pengisian muatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, termasuk pendidikan kecakapan vokasional ( Direktorat Dikmenum, 2002:24).

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki sesorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi 4 jenis, antara lain;
Kecakapan personal (personal skill) mencakup kecakapan mengenal diri (self awarness) dan kecakapan berpikir rasional (Thinking Skill).
Kecakapan sosial (social skill)
Kecakapan akademik (academic skill)
Kecakapan vokasional (vokasional skill)
(direktorat Dikmenum,2002. Konsep dasar dan Pola Pelaksanaan Pendidikan Beroirientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) di SMU melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education)

Dr. Avernon Amagnensen (De Porter,2000) menjelaskan bahwa kita kita belajar; 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Jika menyimak pendapat Amagnensen, penganekaragaman media dan sumber belajar akan sangat membantu penegmbangan kecerdasan peserta didik. Perkembangan peralatan teknologi memungkinkan untuk penganekaragaman pembelajaran dengan senantiasa meningkatkan peran guru sebagai fasilitator, dan menjadi partner belajar peserta didik.
Sayang, jika potensi dalam diri anak-anak kita di usia remaja terhambat perkembangannmya hanya karena persepsi guru yang keliru memaknai kecerdasan. Anggapan semacam ini perlu dicarikan solusi untuk senantiasa mengembangkan kecerdasan peserta didik yang beraneka ragam, sehingga kelak mereka bisa menyelamatkan dirinya dengan memanfaatkan berbagai kecerdasannya dalam kehidupan.

Alam membekali anak dengan kepekaaan pada keteraturan. Kepekaan yang berasal dari dalam diri bukan membedakan objek, melainkan lebih membedakan kepada hubungan antarobjek itu sendiri. Dengan demikian, kemampuannya ini membentuk keseluruhan lingkungan yang terdiri-dari bagian –bagian yang saling bergantung. Ketika seseorang dihadapkan pada lingkungan ini , dia akan dapat mengarahkan kegiatannya untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu. Lingkungan semacam ini adalah dasar bagi kehidupan yang terintegrasi ( Maria Montessori, 1972:55).

Pandangan Montessori mengingatkan pada orangtua dan guru, bahwa anak memiliki bakat yang akan berinteraksi dengan alam lingkungannya, dan mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi berdasarkan pengalaman yang diperolehnya.

Dalam kehidupan belajar di kelas dengan aneka ragam siswa yang berbeda latar belakang dan kepentingan membutuhkan adanya suatu aturan-aturan atau keterauran sehingga mereka bisa belajar saling berinteraksi sekaligus bisa memenuhi kebutuhan bersama. Maka dibutuhkan kesepakatan-kesepakatan, penghargaan, hukuman dalam setiap permainan atau pembelajaran yang dilakukan. Sepantasnya jika ada anak yang melakukan pelanggaran untuk mendapatkan hukuman, sebaliknya bagi mereka yang berhasil melakukan sesuatu dengan baik patut mendapatkan penghargaan atau merayakannya.


Jika satu-satunya alat yang ada pada Anda adalah palu, Semua yang ada di sekitar Anda akan kelihatan seperti paku. (Abraham Maslow)
Guru menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan belajar seorang anak. Guru sebagai partner belajar perlu memahami kebutuhan dan latar belakang anak yang berbeda. Pemahaman semacam ini amat penting, karena akan berpengaruh pada yang akan dilakukan guru terhadap peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan Maslow, jika guru hanya memandang peserta didik dengan satu sudut pandang, maka semua kan diperlakukan sama. Guru perlu memiliki banyak alat untuk dapat membantu peserta didik mengembangkan diri dan kemampuannya, sehingga bisa berkembang secara optimal.

Peran guru sebagai fasilitator akan sangat dipengaruhi oleh kecakapan guru dalam memahami keberagaman latar belakang dan kebutuhan anak, sehingga guru harus memiliki aneka macam pilihan tindakan terhadap peserta didik yang berbeda. Pemahaman yang akan mampu melejitkan kemampuan peserta didik. Banyak alat atau strategi yang dimiliki oleh guru sehingga bisa menghidupkan suasana kelas dan memenuhi tuntutan kebutuhan yang berbeda.

Di era perkembangan teknologi ionformasi dan komunikasi yang demikian pesat, guru tidak lagi menempatkan dirinya sebagai satu-satunya sumber informasi bagi anak didiknya. Guru berada dalam posisi partner belajar siswa, personal yang mampu menemani, membimbing, dan mengarahkan siswa untuk menemukan potensi diri, sehingga anak didik memiliki pengalaman belajar yang bermakna bagi hidupnya. Pertaruhan berat bagi guru yang kepalang terbiasa dengan sikap dominan dan diktator. Namun amat mulia dan berbahagia bagi mereka yang mampu menempatkan diri sebagai partner belajar. Posisi yang demikian itu akan menciptakan suasana belajar yang bisa saling berbagi dan demokratis. Sikap terbuka seorang guru yang akan selalu bersikap terbuka untuk melakukan inovasi pembelajaran.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asih antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Elemen dalam pembelajaran kooperatif ;
saling ketergantungan positif
interaksi tatap muka
akuntabilitas individual
keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara nyata sengaja diajarkan
( Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK) Nurhadi, Agus Gerard Senduk, Malang: Universitas Negeri Malang, 2000: 60)

Kemajuan teknologi telah membukakan kesempatan bagi semua orang untuk ikut berpartisipasi. Komputer telah secara efektif “Mendemokratisasi” bidang-bidang tersebut sehingga semua orang yang punya komputer pribadi, sepotong ide mampu menjadi produsen informasi secara aktif (Bengkel Kreativitas, 2002: 284). Jordan E Ayan. Bandung: kaifa)


Suatu kenyataan yang masih sering kita temukan dalam proses pembelajaran di kelas, guru masih mendominasi sebagai satu-satunya sumber informasi. Anak didik hanya sebagai obyek yang terus-mnerus dicecoki tanpa pernah diberi kesempatan untuk melakukan aktualisasi diri, dan menentukan dirinya sendiri.

Tidak sedikit guru yang selalu menumpahkan kesalahan kepada peserta didik saat hasil ujian yang dilakukan menunjukkan ketuntasan belajar yang dicapai tidak memnuhi tuntutan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Seringkali siswa yang disudutkan tidak mau belajar. Pada hal siswa sudah belajar untuk mendapatkan nilai yang terbaik. JiKA demikian masihkah sumber kesalahan hanya berpusat pada diri peserta didik? Tidak dapat saya bayangkan jika seorang siswa SMA harus melahap dan menguasai 13-17 mata pelajaran setiap minggu. Dapat dipastikan setiap siswa tidak mungkin untuk menguasai mata pelajaran sebanyak itu. Kalau tawaran Neil Postman (2002) kita telaah mampukah guru lebih unggul dari siswanya? Andai guru mempelajari tiga belas mata pelajaran selama satu minggu dan murid hanya diberi kewajiban untuk mempelajarti satu mata pelajaran, kemudian dilakukan tes sebagaimana guru melakukan tes terhadap siswanya. Apakah guru mampu menguasai tiga belas mata pelajaran yang dibebankan kepada murid-muridnya? Tentu saja tidak !

*****

Belajar Yang Mengasyikkan

Benarkah sekolah formal telah berubah menjadi penjara. Gedungnya di batasi oleh tembok-tembok yang memisahkan penghuninya dari lingkungan sekitar dan lingkungan sosialnya. Guru-gurunya laksana sipir penjara yang mengawasi setiap aktrivitas siswanya seperti yang diperintahkannya. Setiap keslaahan harus diimbali dengan hukuman fisik tanpa pernah mencari tahu duduk persoalan datangnya pelanggaran.

Kritisi yang dibangun oleh Paolo Fraire bukan sesuatu yang musathil jika sekolah hanya memandang hubungan guru dengan anak didik sebagai hubungan antara subjek dengan obyek. Guru sebagai subyek yang menguasai dan murid sebagai obyek yang dikuasai. Suatu sikap dominansi yang seringkali berwujud sebuah penindasan dan pemaksaan sehingga peserta didik menjadi tidak berdaya. Gambaran ini muncul karena sekolah pada umumnya tidak mampu memfasilitasi kebutuhan anak didik yang beraneka ragam. Peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang beraneka ragam tetap diperlakukan dengan cara yang sama.

Peserta didik hanya dijadikan sebagai obyek bukan subyek yang dinamis yang bisa berkembang dan memiliki kreativitas. Anak didik hanya dilihat sebagai benda yang seperti wadah untuk menampung sejumlah rumusan/dalil pengetahuan. Semakin banyak isi yang dimasukkan oleh gurunya dalam “wadah” itu, maka semakin baiklah gurunya. Karena itu semakin patuh wadah itu semakin baiklah ia. Pada hal banyak hal yang ada dalam diri siswa yang berbeda dengan guru yang harusnya berkembang sebagai kepribadian dan karakter siswa yang unik. (Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia oleh Marthen Manggeng, INTIM - Jurnal Teologi Kontekstual Edisi No. 8 - Semester Genap 2005:41)

Sekolah sebagai minisocity tidak lagi mencerminkan sebagai ruang penjara, namun sebagai ruang yang mencerminkan miniatur masyarakat. Kepala sekolah sebagai top manajer yang menjalankan roda pemerintahan dalam sekolah, guru dan staf tata usaha sebagai pelaksana kebijakan sekolah untuk melayani masyarakat sekolah, antara lain adalah anak didik yang tengah menenmpuh pendidikan dan belajar di dalamnya. Belajar hidup melalui aneka kegiatan intra kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler, sehingga memperoleh pengaalaman hidup bermakna untuk bekal kembali ke etngah-tengah masyarakatnya.(Dinas P dan K Jatim:2004)

Sekolah tidak bisa memungkiri untuk menjadi sebuah lembaga yang mampu mengembangkan dan melejitkan sembilan potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak didik sehingga kelak mereka setelah keluar dari lembaga persekolahan mampu menyelamatkan diri menghadapai ancaman dan tantangan hidup. Mereka menjadi manusia yang mampu berinteraksi di tengah masyarakatnya tanpa kehilangan identitas di tengah percaturan masyarakat global.

Untuk mencapai ke arah pembentukan kepribadian yang sesuai dengan bakat dan minta atau kecerdasannya yang beraneka ragam, maka sepantasnya kalau anak didik diperlakukan tidak sama dalam belajarnya.

Pembelajaran yang dapat dilakukan dengan menempatkan siswa sebagai subyek belajar dengan aneka pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Tuntutan pembelajaran semacam ini adalah mutlak dilakukan untuk membebaskan anak dari tekanan-tekanan belajar yang membuat mereka ketakutan. Sebagaimana juga diamanatkan dalam UU Sisdiknas tahun 2003 bahwa, pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis(Depdiknas RI, 2003:28)


Hal ini amat menarik dilakukan, karena kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk melakukan aktualisasi diri akan ditemukan keunikan dan beraneka macam kecerdasannya. Juga hal semacam ini merupakan amanat yang termaktub dalam peraturan pemerintah mengenai guru mengenai komptensi guru yang mensyaratkan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi:
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
b. pemahaman terhadap peserta didik;
c. pengembangan kurikulum atau silabus;
d. perancangan pembelajaran;
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f. pemanfaatan teknologi pembelajaran;
g. evaluasi hasil belajar; dan
h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (PP 74 Tahun 2008 pasal 3 ayat 4 : halaman 6)

Ada sebuah tuntutan untuk membuat siswa bisa “hidup di atas garis”, memiliki sebuah keetrampilan hidup yang kuat, menekankan, dan mempraktikkan: integritas (ketulusan), kegagalan sebagai alat untuk mencapai kesusksesan, hidup di saat ini, berbicara dengan niat baik, komitmen, tanggungjawab, luwes atau fleksibel, keseimbangan ( De Porter 2000: 48 dan 197)


RENCANA KEGIATAN
Pada pelajaran biologi kelas XII - IIA di SMA Negeri 1 Sumenep. Penulis memiliki pengalaman yang sangat menarik di saat bekerjasama dengan siswa untuk menyajikan pembelajaran menurut kesukaan siswa.
Kegiatan ini berawal dari permasalahan kejenuhan siswa terhadap sajian materi biologi yang selama ini mereka terima. Juga dilandasi adanya perbedaan kecakapan yang dimiliki siswa sehingga perlu untuk dilakukan pembelajaran yang lebih variatif.

Pilihan pembelajaran ini dilakukan pada materi Bioteknologi. Siswa dalam kelas dibagi ke dalam sembilan kelompok, dan setiap kelompok diberi tugas menjelaskan setiap macam bioteknologi. Ada kesepakatan-kesepakatan yang tercetus pada saat itu bahwa setiap kelompok diberi kebebasan untuk menyajikan materi sesuai dengan kecerdasan setiap kelompok. Artinya dalam penyajian tersebut siswa diberi kebebasan untuk menyampaikan materi melalui bermain peran, animasi, teater, power point, melalui musikal dan semacamnya.


PELAKSANAAN KEGIATAN
Di awal minggu pada sajian kelompok yang pertama terlihat siswa masih ragu-ragu, kurang percaya diri untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di hadapan teman-temannya. Satu – dua kelompok menyajikan materi dengan ceramah dan diskusi. Masih belum terlihat inovasi yang mereka lakukan. Siswa yang mempresentasikan tugas hasil diskusi kelompok memegang ringkasan materi yang dijelaskan. Sajian semacam ini membuat suasana kelas jadi gaduh, karena kelompok yang lain tidak merespon dengan baik. Penyajian semacam hampir terjadi di seluruh kelas. Monoton dan kurang komunikatif, karena penyaji tidak memperhatikan audiens, sehingga audiens tidak perduli terhadap apa yang disampaikan penyaji.:
1. kelompok kurang kreatif dalam menyajikan materi
2. anggota kelompok belum tahu dengan cara apa bisa memberikan sajian yang menarik
3. kelompok diskusi yang lain sibuk dengan tugasnya sendiri

Observasi:Untuk memberikan stimulasi bagi kelompok yang akan menyajikan presentasi berikutnya secara inovatif, maka penulis menayangkan salah satu tayangan materi pelajaran (konsep) Fotosintesis yang disajikan dengan cara musikal dan teatrikal. Dua materi tersebut penulis unduh dari website –YouTube.

Saat melihat tayangan yang disajikan lewat infocus, siswa seperti terhipnotis menyaksikan tayangan berdurasi 3 menit 36 detik. “Kalian pasti bisa membuat semacam ini dengan kreativitas yang berbeda!” Ajak penulis kepada siswa dalam ruangan. Bagaimana sanggupkah kelompok yang akan tampil berikutnya untuk menyajikan presentasi yang lebih variatif dan inovatif? Dengan suara kompak siswa menyatakan kesanggupannya, “Sanggup!!!”

Pada penyajian di minggu-minggu berikutnya, mulai tampak inovasi dan kreativitas siswa untuk menyajikan tugas hasil diskusi kelompok. Salah satu kelompok yang diberi tugas untuk menjleaskan mengenai fermentasi, menyajikan materi melalui permainan peran.

Bermain Peran Peragian Tempe
Aku adalah kedelai yang telah dimasak dan terkelupas kulitnya.
Aku adalah ragi Rhizopus oligosporus
Dua pemeran tersebut bergerak ke tangah ruangan saling mendekat dan berangkulan yang menyimbulkan kedelai telah ditaburi ragi. Kedua pemeran lalu melakukan gerakan tubuh berputar perlahan, berputar semakin cepat yang menunjukkan berlkngsungnya reaksi fermentasi antara kedelai dengan ragi. Gerakan mereka kemudian terhenti dan bergandengan keluar dari arena; Akulah Tempe.

Sajian yang sangat sederhana, tetapi siswa berusaha untuk membuat alternatif penyajian selain dengan mempraktikan cara pembuatan tempe. Cara seperti ini untuk menguatkan pemahaman siswa bagi mareka yang memiliki kepekaaan kinestetik. Kelompok lain sebagai audiens merespon dengan baik apa yang telah disajikan di hadapannya. Seusai penyajian bermain peran tersebut, dilanjutkan dengan diskusi antar kelompok.

Animasi Pembuatan Beer
Sesuatu yang menarik juga tampak pada kelompok yang menyajikan fermentasi beer. Mereka menyajikan sebuah animasi dengan memanfaatkan kertas kardus sebagai papan animasi.

Salah satu kelompok di penyajian minggu berikutnya menyajikan materi mengenai pembuatan beer. Mereka berbagi peran dan selembar kardus animasi. Bagan proses pembuatan beer digambar dalam selembar karton tebal dan hubungan antar proses pada gambar di buat berlubang. Pada lubang tersebut diberikan tombol yang berguna untuk menunjukkan arah proses yang berlangsung pada proses pembuatan beer.
Sebuah permainan yang cukup menarik sehingga siswa lebih interaktif dan komunikatif dengan teman mereka yang melakukan presentasi. Kerjasama di antara kelompok untuk berbagi peran dan menjadikan suasana lebih komunikatif.



Boneka Pengolahan LimbahPada kesempatan yang lain sebuah kelompok menyajikan presentasi pengoalahan limbah menjadi biogas. Ada Boneka Sapi, Gambar eksoistem ayng ditempel di papan, peran petani yang dimainkan oleh anggota kelompok lainnya.

Presentasi dimulai dari seuah kisah percakanapan antara sapi dengan petani yang ada di tengah perladangan yang luas. Cerita kemudian berlanjut dengan tumpukan kotoran sapi yang ada di tanah lapang, dan kemudian berlanjut kepada penjelasan mengenai pengolahan limbah organik menjadi biogas.

Ide yang cukup menarik dari anak didik untuk mempresentasikan pengetahuan yang dipelajarainya dengan media yang diakrabinya.

Teatrikal Bayi Tabung
Di panggung anggota kelompok membagi peran untuk menjelaskan teknologi bayi tabung dengan berbagai peralatan keranjang, boneka, dan beberapa tulisan besar di atas karton untuk memperjelas permainan peran yang akan dilakukan.Menariknya penyajian kelompok ini dilakukan dengan mengisahkan pasangan keluarga yang merindukan kehadiran seorang anak di antara mereka. Namun, impian tersebut tidak pernah bisa terwujud, sampai kjemudian mereka memutuskan untuk ikut program bayi tabung.

Kisah kemudian berpanjut kepada teknik pembuatan bayi tabung dengan berm,ain peran, ada yang berperans ebagai ovum, sperma dan kemudian proses fertilisasi invitro dan implantasi embrio di dalam rahim. Sampai permainan berakhir ketika sang jabang bayi lahir. Kedua pasangan keluarga itu berbahagia dengan hadirnya anak hasil teknologi bayi tabung yang mereka ikuti.



Bermain Peran Kloning Domba DollyDi sudut aula sekolah beberapa siswa dalam kelompok membagi peran : domba pertama yang diambil ovumnya; domba kedua diambil sel ambing; domba ketiga sebagai ibu titipan (surrogate mother).

Permainan dimulai dengan gerakan tubuh pemeran domba pertama sambil memnunjukkan sel ovum yang digambar dalam selembar kertas ditunjukkan di hadapan audiens. Ada adegan melepas bagian inti ovum sehingga sel telur hanya tinggal wadah.

Pemeran Domba kedua bergerak ke tengah panggung dan menunjukan gerakan yang diambil sel ambing. Inti sel ambing diambil dan gerakan menunjukkan penyisipan inti sel ambing ke dalam sel telur domba pertama. Telur yang terdiri dari fusi antara inti sel ambing dan sel telur diperagakan dengan menyatunya dua pemeran dalam satu pelukan. Untuk menstimulasi telur supaya membelah maka gerakan berikutnya seorang pemeran dengan karton bergambar aliran listrik beregrak di antara dua pemeran yang berangkul sehingga rangkualn terpecah menandakan adanya pembelahan sel akibat kejutan listrik. Adegan dilakukan berulang kali yang menandakan terjadi pembelahan sel telur sehingga menjadi beberapa sel (embrio). Selanjut embriodiimplantasikan ke pemeran domba ketiga (surrougate Mother) sampai proses buinting berlangsung dan ekmudian lahir domba dolly.

Animasi Power Point
Pilihan lain yang tidak kalah menariknya dalam penyajian dengan memanfaatkan teknologi komputer. Program presentasi dalam microsoft power point. Sajian yang cukup menarik karena setiap kelompok penyaji berusaha menampilkan sajiannya secara menarik. Beberapa kelompok mampu memanfaatkan program microsoft power point secara menarik memanfaatkan fasilitas gambar, video, dan animasi secara optimal.

*****

Pengalaman belajar bersama dengan memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengekspresikan apa yang telah dipelajarinya mengungkapkan aneka kecerdasan yang dimiliki siswa. Mereka bisa mengungkapkan kesukaan dan kecakapannya untuk memberikan penyajian yang terbaik. Banyak hal tidak terduga muncul dalam penyajian, karena aneka sumber informasi di jelajahi untuk memberikan informasi yang lengkap.



Refleksi:Dari aneka presentasi yang dilakukan siswa ditemukan beberapa catatan reflektif, antara lain:

Siswa merasa dirinya diberikan kebebasan untuk menyajikan suatu yang terbaik bagi teman-temannya.

Ada kompetisi antar kelompok siswa untuk memberikan sajian terbaik dan mudah dipahami.

Interaksi antar siswa cukup menarik, terutama setelah selesai satu kelompok presentasi, maka kelompok yang lain bersiap dengan aneka pertanyaan yang mengarah pada pendalaman materi yang telah dipresentasikan.
.
Kerjasama dalam kelompok terlihat dalam pembagian tugas yang dilakukan oleh setiap kelompok

Munculnya aneka macam kecerdasan (multiple intelegensi) yang dimiliki siswa.

Siswa mampu memanfaatkjan teknologi informasi dalam belajar mereka. Fakta ini terlihat bahwa seluruh kelompok yang melakukan presentasi menjadikan internet sebagai salah satu sumber pencarian informasi.

Sebagian kelompok sudah tidak asing dengan media pembelajaran berbasis teknologi informasi, antara lain:
a.Beberapa kelompok membuat program power point mulai dari bentuk sampai kebtuk penyajian yang mengaplikasikan program animasi dan, auido dan video.
b. beberapa kelompok membawa noteboook sendiri untuk meyakinkan penyajian yang akan mereka lakukan.
c. beberapa siswa merekam presentasi yang dilakukan dengan mempergunakan perangkat yang terdapat dalam handphone.

Sementara bagi guru pemberian kebebasan untuk mencari sumber belajar dan mempresentasikannya di depan kelas memberikan makna yang sangat siginifikan, antara lain:

Penguasaan teknologi informasi. Sbagian besar siswa telah mampu memanfaatkan berbagai sumber informasi berbasis teknologi informasi memberikan arti guru bukan sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran. Guru menjadi lebih leluasa untuk melakukan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, dan akan tampak perannya sebagai fasilitator dan partner belajar siswa.

Sangat memungkinkan informasi yang disampaikan siswa belum didapatkan guru, sehingga guru dapat sekaligus belajar dan mengembangkan wawasan bersama.

Poisisi guru sebagai partner belajar siswa, akan membuat kedudukan setara secara keilmuan, sekaligus guru bisa mengevaluasi dan mengarahkan jalannya pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menyerap dan menyampaikan informasi secara leluasa tanpa lepas dari tujuan pembelajaran yang dilakukan.

Pengalaman semacam ini akan memperkuat peran siswa sebagai pembelajar termotivasi untuk menggali informasi dan mengembangkan diri. Siswa secara antusias mencari informasi-informasi baru yang kemudian didiskusikannya bersama di dalam kelas. Guru berperan sebagai partner, fasilitator dan motivator sehingga siswa sebagai subyek belajar dapat melakukan aktivitas secara optimal dan pembelajaran dapat berlangsung secara efeltif dan menyenangkan.

Hasil test terhdap pembelajaran dengan membebaskan anak untuk mencari sumber informasi dan mempresentasikannya sesuai dengan kecakapan atau kesuakaan yang dia lakukan secara menarik dari 163 siswa dari empat kelas rombongan belajar mencapai ketuntasan belajar 99,07engan Kriteria ketuntasan minimal 75. Hanya enam siswa yang harus melakukan program remedial.

Penutup
Belajar adalah sesuatu aktivitas yang menuntut keterlibatan seluruh aspek dalam diri peserta didik sehingga kemudian termotivasi untuk mencari dan menggali sumber informasi. Motivasi yang meniscayakan untuk memungkinkan siswa mengembangkan potensinya secara positif dan berkembang secara dinamis.

Pembelajaran yang memberikan kebebassan bagi peserta didik untuk mencari dan menggali informasi, kemudian mempresentasikan, dan mendiskusikan hasil belajarnya bersama kelompok lain dalam kelas. Perlakuan yang membawa pengaruh positif terhadap aktivitas dan hasil belajar peserta didik, antara lain:
1. Terserapnya aneka informasi yang beraneka ragam dari siswa dan tidak hanya menggantungkan informasi dari guru dan buku paket.
2. siswa mampu memanfaatkan internet dan sumber informasi lain untuk dijadikan sumber informasi dalam proses belajarnya
3. peran guru menjadi lebih tertuju kepada partner belajar dan fasiltator yang mendampingi siswa belajar, sehingga tercapai sistem pembelajaran yang egaliter atau demokratis. Siswa dan guru memeliki kedudukan yang sama, sebagai pencari dan bertukar informasi
4. terbangunnya kerjasama antar siswa baik dalam kelompok atau antar kelompok, sehingga bisa mengasah kecakapan sosial di antara mereka
5. Ketuntasn hasil belajarnya melebihi KKM yang telah ditetapkan 75, dengan prosentase ketuntasan belajar 99,07 %.
Saran

Untuk Guru:Sudah saatnya pembelajaran yang berpusat kepada guru dan perserta didik sebagai obyek harus segera ditinggalkan, karena makin banyak dan kian terbukanya sumber belajar yang bisa diakses siswa.

Siswa sebagai subyek belajar memiliki potensi yang harus bisa berkembang untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Aktualisasi kecerdasan yang beraneka ragam ini dapat nmuncul apabila guru memberikan kesemopatan kepada siswa untuk kerja sesuai dengan kecerdasannya.

Untuk Siswa:Semakin terbukanya ruang informasi bersama kemajuan teknologi adalah peluang besar untuk mampu menyerap informasi secara positif sehingga bisa mengembangkan kecerdasan setiap siswa untuk mengaktualisasikan kecerdasannya.






Daftar Pustaka

Amstrong, Thomas. 2002. Seolah Para Juara –Yudhi Martanto (penerjemah) – Bandung: Kaifa.


Gardner, Howard.1993. Multiple Intelegences: The theory in Practice , New york: Basic Book.

Jordan E Ayan, 2002. Bengkel Kreativitas. Bandung: kaifa

Manggeng, Marthen. 2005. Pendidikan Yang Membebaskan Menurut Paulo Freire dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia dalam INTIM - Jurnal Teologi Kontekstual Edisi No. 8 - Semester Genap 2005 halaman 41-44

Maria Montessori, 1972- The Secret Of Childhood. New York: Ballantine.

------------,2008.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

----------,2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas RI

----------,2005. Penyelenggaraan School Reform dalam Konteks MBMBS SMU- disampaikan pada workshop Bantuan Operasional manajemen Mutu (BOMM) tahun 2004 . Surabaya: Pemprov Jawa Timur – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Subdin Dikmenum.

Postman, Neil. 2002. Matinya Pendidikan Redefinisi Nilai-nilai Sekolah, Yogjakarta:Jendela.