Translate

Jumat, 12 April 2013

"PAGI INDONESIA"

Sketsa "KMP Selat Madura"1994 - Hidayat Raharja
Pagi Indonesia
(Puisi SMS harian Saiful Hadjar Melawan Lupa)


Oleh: Hidayat Raharja| Pendidik, Penyair Sumenep.

Sastra termasuk puisi menurut Aristoteles merupakan sebuah mimesis bagi kehidupan. Puisi merupakan gambaran dari peristiwa yang terjadi didalam lingkungan sosialnya, memiliki hubungan erat dengan masyarakat dimana puisi dicipta dan dilahirkan oleh penyair.  Maka tidak berlebihan jika puisi menjadi salah satu pilihan untuk menyampaikan respon terhadap perubahan-perubahan sosial politik yang tengah bergejolak.
 Pagi Indonesia” adalah SMS Puisi Saiful hadjar yang disebar luaskan ke 200 teman di seluruh Indonesia setiap hari. Sepanjang tahun 2011, ada ratusan puisi yang ditulisnya. Puisi intu menjadi menarik saat disampaikan lewat SMS (Short Message Servives). Pilihan publikasi yang selama ini hanya dipergunakan sebagai penyampai pesan remeh-temeh atau sekadar mengisi luang waktu. Sebuah realitas yang meyakinkan bahwa puisi bisa masuk ke berbagai wilayah ruang publik sebagai sebuah pesan singkat kepada penerimanya. Dikirimkannya melalui sms menjadikan puisi sebagai pesan “penting” bagi penerima sehingga akan segera dibuka dan dibaca oleh penerimanya.
Bagi Saiful Hadjar,  SMS bisa menjadi media untuk persebaran puisi-puisinya dan mengubah puisi sebagai barang yang serius menjadi sesuatu yang biasa untuk dibaca, direspon, atau bahkan dihapus ketika penerima selesai membaca atau karena tidak menyukainya. Salah satu kelebihan mempergunakan SMS untuk persebaran puisi adalah bahwa puisi tersebut akan sampai kepada penerima pesan. Ini akan berbeda ketika kita menaruh puisi di blog belum tentu bisa dikunjungi dua ratus orang sehari, dan mengharuskan pengunjung tersambung internet.
Lucien Goldman seorang filsuf dan kritikus melihat sebuah karya sastra bukan hanya sekdar teks yang berhubungan dengan si pengarang tetapi berhubungan dengan kelompok sosial yang ada dimana puisi diciptakan. Goldman menekankan bahwa karya sastra menggambarkan struktur mental yang terletak dalam perilaku sosial dan perilaku sosial tersebut tidak bertalian erat dengan individu-individu lain atau antar kelompok
Bertemu dengan puisi-puisi Saiful Hadjar  adalah sebuah pertemuan dengan sebuah berita tentang situasi pagi itu namun berbeda dengan penyampaian berita dalam sebuah news di media massa. Apa responnya ketika terbetik berita nasional bahwa seorang TKW bernama Darsem akan menjalani hukuman pancung di Arab Saudi. Berita yang menjadi sumber inspirasi sms saiful hadjar  berikut ini:
Darsem perempuan subang bela diri jaga kehormatan menanti hukuman pancung di arab saudi/menteri luar negeri semangat galang 4,7 milyar rupiah hanya untuk nebus kepala seorang darsem/jika membutuhkan uang untuk kepala seribu darsem / habislah nasib seluruh pegawai kementerian luar negeri/ setahun tak menerima gaji. (Pagi Indonesia 62)  3 maret 2011 23:35:08

Betapa kontras hidup di negeri ini, sebagian rakyat harus bermigrasi ke negeri orang dengan berbagai cara, illegal sekali pun, hanya untuk mengadu peruntungan yang terkadang menanggung malang dan maut di seberang. Sementara para pejabat negara dan wakil rakyat mendapatkan fasilitas nyaman sehingga hidup tak kekurangan dari berbagai tunjangan dan mendapatkan fee proyek pembangunan.

Kontradiksi yang juga ditemukan dalam jaminan kesehatan masyarakat miskin, seringkali salah sasaran karena tak becusnya petugas di lapangan. Obat menjadi barang mahal sehingga tak semua warga miskin bisamendapatkannya.
…..mendekati pada pasien-pasien bergeletakan/ menyerahkan diri dijemput ajal diajak kemana saja/ terdengar suara lamat-lamat dari mulut anak itu, oh tuhan, beri mulut mereka obat mujarab walau berupa tahi cecak atau air liur kecowak. (Pagi Indonesia (76) 19 Maret 2011 09:28:30
Dunia Pendidikan tak lebih hanya transfer pengetahuan dan pemberian nilai, angka-angka. Pendidikan tidak mampu menjadikan anak untuk menentukan dirinya sendiri. Secara ekstrim Saiful menawarkan adanya pendidikan yang memberikan tawaran menjadi anak paling buruk dan paling baik, menurutnya begitu seharusnya pendidikan dijalankan sehingga anak bisa menentukan dirinya. Tawaran itu  dapat disimak pada larik berikut:
Jikalau kau sekolah ingin pandai/ begitu buruk nasibmu anak malang/jikalau sekolah  melahirkan anak buruk dan baik/ begitu miskinnya pendidikan menyediakan jalan/jikalau ada pendidikan mengajar anak-anak jadi yang paling buruk dan paling baik/ begitu lapang guru itu menatap zaman.  Pagi Indonesia (92)” 2 April 2011 07:56:42
Saiful mengakui kalau bangsa ini merupakan bangsa besar, memiliki sejarah peradaban masa lalu yang gemilang dengan berbagai peninggalannya. Namun sayang kita tidak mampu menjalankan dan mengaktualisasikan kebesaran tersebut dan berhenti kepada mitos atau legenda. Dalam puisi “Pagi Indonesia (77)” Saiful menuturkan:
Jepang punya bangsa semangat setinggi matahari/ menghadapi kebocoran nuklir, tsunami dan gempa bumi dengan keteguhan hati/ takpernah merasa hancur walau hirosima dan nagazaki dibom atum  tentara sekutu/jatuh tak lama bangkit yang pernah mengebom resah melihat setiap geliatnya/terbaca negeri itu berbangsa besarsepanjang zaman/kebalikan dengan kita bangsa besar berhenti jadi sejarah,mitos atau legenda/ sementara semangat nenek moyang ada di negeri orang.( 20Maret 2011 05:48:40)
Secara genetis puisi-puisi Saiful Hadjar adalah sebuah bentuk pergulatan dengan pemberitaan mengenai peristiwa sosial politik yang terjadi di tanah air. Peristiwa yang bergulir ke tengah masyarakat dan ditangkap penyair. Pergulatan yang melibatkan penyair sebagai personal yang menerima peristiwa dan masyarakat sebagai tempat penyair tinggal dan dan berbagai peristiwa saling bersilangan. Pergulatan peristiwa dan pemikiran yang kemudian diwadahi dalam sebuah puisi berformat sms. Sebuah pilihan yang menjadikan puisi tak ubahnya sebuah pesan pendek yang perlu disampaikan kepada pembaca dan direspon entah dengan menuliskan jawaban atau disimpan sebagai sebuah informasi penting atau bahkan dihapus setelah usai dibaca.
Upaya-upaya terhadap pengabadian persitiwa untuk tidak menjadi lupa, meski kadang pengekalan itu hanya berlangsung diruang baca, sebab para penguasa telah dibutatulikan mata hati dan telinganya.
Bumi Sumekar Asri,  April 2013.