Ramainya persoalan mengenai LKS Muatan Lokal yang dipergunakan di SD Angkasa 2 Jakarta Timur,
memuat cerita “Bang Maman dari Kalipasir” menjadi persoalan yang amat
menarik. Persoalan yang kemudian mengungkap keberadan muatan lokal dalam kurikulum pendidikan disekolah dasar sampai Sekolah Menengah
Atas. Masihkah muatan lokal diperlukan saat kehidupan sudah bersilangsengkarut dengan arus globalisasi.
Muatan lokal dalam kurikulum adalah
merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk menenamkan dan menumbuhkan
kearifan lokal dalam kehidupan. Hal ini merupakan sebentuk peluang untuk
mengenalkan kearifan-kearifan lokal dalam bentuk representasi kehidupan yang
bermakna. Gotongroyong sebagai salah satu bentuk kearifan yang ada pada setiap daerah
dan menjadi bentuk kongkret kebersaman dalam masyarakat. Salah satu bentuk
kearifan yang dibutuhkan dalam pergaulan
di dunia global yang membutuhkan kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan
orang lain.
Mengajarkan kearifan lokal bukan
menumbuhkan untuk sikap desintegrasi atau diskrimiatif tetapi memberikan
kebanggan bagi setiap anggota masyarakat di setiap daerah mengenai kekayaan
budaya (kearifan) yang masih relevan dengan kehidupan modern dan perlu
dilestarikan. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menyamopaikan
sehingga sesuatu yang dimiliki tersebut tetap aktua l di setiap waktu.
Ada suatu pengalaman menarik dari salah
seorang pelukis kontemporer China Zhou Chounya ketika mendapatkan beasiswa
untuk menempuh pendidikan selama tiga tahun di Jerman. Dia merasa bahwa lukisan
kontemporer yangdibuatnya tidak berbeda
dengan karya-karya pelukis Eropa. “ saya
menyadari pentingnya mempelajari dan menyerap kekuatan seni tradisi justru saat
saya belajar senidi Jerman. Saat tinggal di tempat jauh itu , saya justru
merasa perlu memperkuat identitas yang membedakan saya dengan bangsa lain.”(kompas,
27 Januari 2008).
Di dalam kurikulum
ditentukan bahwa setiap sekolah diberikan peluang untuk menambahkan 2 jam
pelajaran untuk muatan lokal. Pilihan tersebut diserahkan pada setaip sekolah
atau Dinas Pendidikan setempat. Ini merupakan salah satu hal yang amat penting
untuk memberikan perimbangan dalam kurikulum untuk tidak mengabaikan
kepentingan lokal atau kearifan lokal yang merupakan sumber kebajikan bersma.
Persoalan yang kemudian
muncul ketika misalnya memasukkan budaya lokal dalam kurikulum selalu berkenanan
dengan tenaga pengajar dan buku sumber belajar yang terbatas, karena dibutuhkan
dalam daerah yang tidakterlalu luas. Seperti pengalaman dalam sekolah kami
diberikan tambahan pelajarn Budaya Madura, ternyata kesulitan untuk mendapatkan
tenaga pengajarnya sebab tidak lulusan lembaga pendidikan yang mengambil
spesialisasi Budaya Madura, serta sulitnya mencari buku yang dapat dijadikan
sebagai buku pegangan wajib siswa. Maka, guru pengajar yang diambil dari para
praktisi atau yang memiliki kemampuan untuk mengajarkan budaya Madura.
Apa manfaat yang
diperoleh dengan pembelajaran muatan lokal? Di antaranya adalah mengenalkan
aneka bentuk budaya lokal termasuk bahsa dan keseniannya bagi generasi muda. Bahkan kemudian di sekolah kami dibentuk
kelompok musik tradisional Ul_daul dan pemusiknya adalah siswa sendiri. Bersama
seorang pelatih musik tradisi kelompok tersebut menjadi salah satu ikon di sekolah
memainkan lagu tradisonal dan musik
reliji dengan iringan ul-daul. Sesekali menyanyikan lagu asing diiringi musik
tradisional tersebut.
Bahwa pengajaran mutan
lokal bukan untuk membentuk sikap chaubinisme
tetapi bagimana kita menyerap kekuatan energi budaya lokal untuk berinteraksi
dengan aneka peradaban berbagai bangsa tanpa harus menghilangkan identitas. Kita adalah bangsa besar yang memiliki ragam budaya
lokal yang menjadi kekayaan dan kekuatan bangsa sebagai identitas yang membedakannya
dengan bangsa lain. Cuma persoalannya adalah dibutuhkan kearifan para penentu
kebijakan di setiap daerah untuk mendukung upaya penguatan budaya lokal dengan
memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan. Sebab, mustahil keinginan dan cita
mulia tersebut bisa dicapai apabila tidak didukung oleh kebijakan yang kondusif.*****(hr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar