Translate

Sabtu, 14 April 2012

Masih Pentingkah Muatan Lokal?

Ramainya persoalan mengenai LKS Muatan Lokal yang dipergunakan di SD Angkasa 2 Jakarta Timur, memuat cerita “Bang Maman dari Kalipasir” menjadi persoalan yang amat menarik. Persoalan yang kemudian mengungkap keberadan muatan lokal dalam kurikulum pendidikan disekolah dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Masihkah muatan lokal diperlukan saat kehidupan sudah bersilangsengkarut dengan arus globalisasi.
Muatan lokal dalam kurikulum adalah merupakan salah satu bentuk kepedulian untuk menenamkan dan menumbuhkan kearifan lokal dalam kehidupan. Hal ini merupakan sebentuk peluang untuk mengenalkan kearifan-kearifan lokal dalam bentuk representasi kehidupan yang bermakna. Gotongroyong sebagai salah satu bentuk kearifan yang ada pada setiap daerah dan menjadi bentuk kongkret kebersaman dalam masyarakat. Salah satu bentuk kearifan yang dibutuhkan  dalam pergaulan di dunia global yang membutuhkan kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan orang lain.
Mengajarkan kearifan lokal bukan menumbuhkan untuk sikap desintegrasi atau diskrimiatif tetapi memberikan kebanggan bagi setiap anggota masyarakat di setiap daerah mengenai kekayaan budaya (kearifan) yang masih relevan dengan kehidupan modern dan perlu dilestarikan. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menyamopaikan sehingga sesuatu yang dimiliki tersebut tetap aktua l di setiap waktu.
Ada suatu pengalaman menarik dari salah seorang pelukis kontemporer China Zhou Chounya ketika mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan selama tiga tahun di Jerman. Dia merasa bahwa lukisan kontemporer yangdibuatnya tidak  berbeda dengan karya-karya pelukis  Eropa. “ saya menyadari pentingnya mempelajari dan menyerap kekuatan seni tradisi justru saat saya belajar senidi Jerman. Saat tinggal di tempat jauh itu , saya justru merasa perlu memperkuat identitas yang membedakan saya dengan bangsa lain.”(kompas, 27 Januari 2008).
Di dalam kurikulum ditentukan bahwa setiap sekolah diberikan peluang untuk menambahkan 2 jam pelajaran untuk muatan lokal. Pilihan tersebut diserahkan pada setaip sekolah atau Dinas Pendidikan setempat. Ini merupakan salah satu hal yang amat penting untuk memberikan perimbangan dalam kurikulum untuk tidak mengabaikan kepentingan lokal atau kearifan lokal yang merupakan sumber kebajikan bersma.
Persoalan yang kemudian muncul ketika misalnya memasukkan budaya lokal dalam kurikulum selalu berkenanan dengan tenaga pengajar dan buku sumber belajar yang terbatas, karena dibutuhkan dalam daerah yang tidakterlalu luas. Seperti pengalaman dalam sekolah kami diberikan tambahan pelajarn Budaya Madura, ternyata kesulitan untuk mendapatkan tenaga pengajarnya sebab tidak lulusan lembaga pendidikan yang mengambil spesialisasi Budaya Madura, serta sulitnya mencari buku yang dapat dijadikan sebagai buku pegangan wajib siswa. Maka, guru pengajar yang diambil dari para praktisi atau yang memiliki kemampuan untuk mengajarkan budaya Madura.
Apa manfaat yang diperoleh dengan pembelajaran muatan lokal? Di antaranya adalah mengenalkan aneka bentuk budaya lokal termasuk bahsa dan keseniannya bagi generasi muda.  Bahkan kemudian di sekolah kami dibentuk kelompok musik tradisional Ul_daul dan pemusiknya adalah siswa sendiri. Bersama seorang pelatih musik tradisi kelompok tersebut menjadi salah satu ikon di sekolah memainkan lagu  tradisonal dan musik reliji dengan iringan ul-daul. Sesekali menyanyikan lagu asing diiringi musik tradisional tersebut.
Bahwa pengajaran mutan lokal bukan untuk membentuk sikap chaubinisme tetapi bagimana kita menyerap kekuatan energi budaya lokal untuk berinteraksi dengan aneka peradaban berbagai bangsa tanpa harus menghilangkan identitas.  Kita adalah bangsa besar yang memiliki ragam budaya lokal yang menjadi kekayaan dan kekuatan bangsa sebagai identitas yang membedakannya dengan bangsa lain. Cuma persoalannya adalah dibutuhkan kearifan para penentu kebijakan di setiap daerah untuk mendukung upaya penguatan budaya lokal dengan memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan. Sebab, mustahil keinginan dan cita mulia tersebut bisa dicapai apabila tidak didukung oleh kebijakan yang kondusif.*****(hr)

Tidak ada komentar: