Translate

Selasa, 24 Desember 2013

Kangean: Catatan Perjalanan ke Pulau Bekisar

Bukit Di Depan Dermaga Arjasa
Suasana pelabuhan Kalianget mulai ramai oleh penumpang yang kan menyeberang  ke pulau Kangean. KapalBahari Ekspres dengan warna biru dan putih di tubuhnya  tertambat di dermaga. Orang-orang mulai berkemas  mengangkat barang bawaan dan dimasukkannya ke dalam kapal. Terlihat ketergesaan para penumpang, karena kali ini kapal akan berangkat lebih awal dari jadwal yang ditentukan.Kapalakan menarik sauh pukul 07.00 dua jamlebih awal dari jadwal biasanya. Keramaiaan di pelabuhan kian riuh,sebab saat itu bersamaan puladengan datangnya rombongan jamaah haji dari tanah suci yang akan pulang ke Kangean.

Saya berkemas bersama dengan teman-teman yang akan melakukan workshop ke pulau Kangean. Kami mengemasi barang bawaan tumpukan materi  dan beberapa koper dan tas yang berisi pakaiaan serta komputer jinjing. Ini pengalaman saya menyeberang ke pulau Kangean  dan mendebarkan karena akan menempuh perjalanan yang lebih lama dibandingkan dengan menyeberang ke pulau Sapudi yang sudah beberapa kali saya kunjungi. Konon,perjalanan keKangean dengan Kapalbahari Ekspres yang badannya terbuat dari fiber,jika tidakada gangguan ombak besar di perjalanan akan menempuh perjalanan sekitar 3sampai empat jam. Sedangkan Kapal Darma bakti Sumekar menempuh rute perjalanan waktu yang sama dalam cuaca baik membutuhkan waktu sepuluh sampai dua belas jam. Pantas,jika  Kapal yang akan saya tumpangi dinamakan “Bahari Ekspres”.

Pukul 07.30 sirine kapal berbunyi. Suara mesin kapal menderum. Langit Kalianget warna biru disaput awan putih bergelantungan , perlahan bergerak diasaput angin ke arah barat. Saya mengambil tempat duduk diposisi belakang kapal di ruang C dan dekat dengan pintu keluar ke geladak. Tempat yang nyaman karena sekali waktu bisa keluar ruang menikmati luas laut dan hamparan langit. Dari jendela, terlihat bangunan kusam gudang penyimpanan barang di sebelah timur pelabuhan seakan bergerak di depan tatapan.Kapal berangkat.

Satu-satunya hiburan di ruangan adalah dua layar televisi yang tersambung ke DVD Player terletak di sisi kiri dan kanan ruangan menayangkan lagu-lagu dangdut menghibur para penumpang. Saya hanya berharap mudah-mudahan tidak ada gelombang besar di tengah perjalanan sehingga bisa selamat sampai tujuan. Harapan yang tidak terlalu muluk,sebab beberapa bulan sebelumnya kapal ini pernah dihantam ombak besar di tengah laut, sehingga beberapa kaca jendela pecah dan air laut memasuki ruangan penumpang.Kapal kembali ke pelabuhan Kalianget. Angin berhembus menggerakan dedaunan kelapa seakan melambai mengucap selamat jalan. Suara penyanyi  dilayar monitor terlihat salig beradu dengan suara mesin kapal yang menderu. Pelabuhan Kalianget kian samar dan kapalkian jauh meninggalkan dermaga. Pelabuhan itu kian mengabur dan kemudian hilang dari pandangan.

Suara mesin berpacu dengan suara ombak menampar lambung kapal,menjadi gelombang merdu di telinga. Musimlagi bersahabat, tak ada gelombang besar sehingga terasa seperti menaiki bis patas yang melintas di jalan raya. Jika tidak ada araldi tengah perjalanan, jarak dari Kalianget ke Kangean hanya akan ditempuh dalam waktu 3 jam.  
Sisa Hutan Jati


Langit biru di atas dan laut biru gelap menandakan kedalaman. Air yang jernih memercikkan buih yang terlempar dariputarn baling-baling kapal. Tak ada sampah mengambang hanya gelombang dan buih saling menyisih. Laut yang bersih belum ternoda polusi. Laut yang memantulkan birunya langit dan beningnya air memendamaneka kekayaan.

Di depan, terlihat sepasang suami istri dengan gaun putih menutup seluruh tubuhnya,memakai jubah dan gamis. Sepasang keluarga yang baru pulang menunaikan ibadah haji di tanah sucu Mekah. Mereka asyik bercerita dengan orang-orang di dekatnya. Ada yang memeluk erat mengucapkan selamat datang. Bau wewangian menyeruak dalam ruang. Mereka mengoleskan minyak wangi  ke orang di sekitarnya. Wajah mereka binar dan bercahaya dengan pantulan semangat berapi-api mengisahkan perjalanan spiritual mereka. Sepasang kekasih yang tengah ditunggu sanak keluarga di dermaga sana. “Minyak wangi dari Mekah, halalan, halalan, halalan,” teriaknya sambil mengoleskan minyak wangi ke orang-orang yang ada di dekatnya. Mereka takperduli apa yang ditayangkan dilayar televisi saat tayangan berubah dari lagu dangdut ke film drama.

“istirahat,Pak” ajak pak Sariful di belakangku. Aku tidak perduli memandang laut yang gemulai dari kotak jendela kaca. Laut yang ramah,penuh pesona dengan warnanya yang biru gelap dan buih putih mekar di permukaannya menjunjung langit siang hari. Laut yang berkilau ditimpa cahaya matahari. Terlihat satu-dua orang keluar menuju bagian belakang kapal menyaksikanlaut luas tak bertepi. Saya ikuti mereka membuka pintu dan angin bertiupkeras, tanganku segera mencari pegangan karena badan limbung. Ada sekitar tujuh orang di bagian belakan kapal duduk di kursi. Asaptipis dari ruang mesian dengan bau solar yang menyengat. Di sebelah, para lelaki tengah  menyalakan rokok,menikmati suasana siang berbaur dengan tempias ombak.
Laut yang luas seluas langit menghampar di hadapan. Aku berharap ada ikan terbang atau rombongan lumba-lumba yang tenga. mengikuti  arah kapal. Harapan yang pernah kutemukan saat menempuhperjalanan dari  pelabuahn Dungkek ke pelabuhan Tarebung di Pulau Sapudi . Sudah lebih dua jam perjalanan tak saya temukan harapan itu. Gelombang tenang mengiringi gerak kapal di bawah payung langit berselendang biru. Jika diperhatikan gerakan baling dan pecahan ombak yang tersibak, kecepatan lebih dari 80 km/jam. Konon hanya sekitar 60 % kecepatan yang dimiliki kapal. Kapal Bahari Ekspres,sesuai dengan namanya. Gerakan yang sangat gesit di atas punggung laut dalam.

Angin laut, cahaya matahari, gelantungan awan memenuhi pandang. Di arah barat langit bergelantungan dan gumpalan awan hitamkian menebal dan membuat bayangan hitam di atas permukaan laut.Gumpalan yang kian pekat dan berat.Pandangan makin samar dan terbatas,bayang hitammakin kelam dan angin dingin menusuk pori-pori. Butiran air tipis mulaimerembes darilangit dan makin cepat,makin besar,kian deras sehingga tumpahan butir hujan itu membangun patahan garius yang emnari-nari mengikutitiupan angin. Gumpalannya jatuh dari atap kapal. Namun,hujan tak membuatku beranjak dari geladakkapal. Aku lihat  hujan kian kencang dan pandangan terbatas hanya dalam beberapa meter laut menjadi hijau kelam dan langit kelabu menumpahkan airmatanya.

“ Hujan, mematikan gelombang.” Ujar seseorang di sebelahku.
“Benar,Pak?!”
“Ya, kata para pelaut dikampung saya jika hujan turun di tengah laut,maka takakan ada gelombang besar yang akan menghalangi perjalanan.”
Saya percaya saja, sebab memang tidak ingin ada gelombang besar yang akan menghambat perjalanan. Hujan kian kencang dan suara mesin makin berteriak kecepatan kapal kian tinggi dengan kepulan asap tebal dariruang mesin membubung di sisi kapal. Hujan. Warna langit abu-abu, remang dan dingin. Derap hujan perlahan melukai punggung lautan.

Hujan di tengah laut semua terlihat gelap, dan menghitam.Pandangan amat terbatas. Pandangan yang mengingatkan pada ketidakberdayaan. Gumpalan kapal yang tengah mengapung di atas permukaan laun dikepung awan hitam dan hujan. Gerak kapal kian kencang, dan curahan air darikanipo kapalkian deras , bagian bawag celana saya kuyub oleh air hujan. Gerakan air yang meliuk mengikuti arah tiupan angin,bagai tarian gemulai menarikan dingin di tengah kepungan kabut.

Di arah timur,terlihat gugisan pulau Kangean yang hitamkarena deras hujan. Perjalanan yang akan segera sampai. Saya bergegas mengambil  tas dan di taruh di punggung. Sebuntal tas yang berisi perbelakan pakaian selama tiga hari di Pulau Kangean. Sebentar lagi kapal akan merapat, terlihat para penumpang mulai bergegas menyiapkan kembali barang bawaan yang akan di naikkan ke dermaga.

Hujan reda, hanya tinggal satu-dua gerimis berterjunan dari langit siang. Kulihat jam tangan hampir pukul 11.00 perjalanan sekitar 3 jam telah dilewati. Peluit kapal terdengar, penanda kapal akan segera merapat. Wahhh, pulau yang menakjubkan di hadapan bukit kapur dengan warna putih kehitaman di tebing yang menantang. Dibalut pepohonan hijau yang mengitari. Pulau indah dengan keriuhan penduduknya yang ramah. Di dermaga sudah bersiap petugas dari UPT  Pendidikan Kecamanan Arjasa yang menjemput saya dan rombongan.  
 
Pelabuhan Arjasa - Kangean
Saya arahkan pandang ke belakang,terlihat wajah pelabuhan yang merana, seperti tak terawat. Pada hal, pelabuhan ini menjadi tempat penting untuklalu lintas perjalanan penduduk dipulau Kangean ke berbagai daerah untuk berbagai kepentingan. Pulau yang dikenal sebagai pulau “Jati” dan pulau Bekisar seperti lelah dan renta, tak berdaya. Sepanjang perjalanan menuju ke tempat penginapan, jalanan berlubang dan rusak sehingga tubuh seperti dilemparkan dari kursi kendaraan. Hutan-hutan di tepian jalan, meranggas bersisa gundukan dan tanaman jati emas yang baru setahun dua tahun dibudidayakan. Bukit-bukit itu tinggal belukar dengan segerumbul teka-teki terselip di antara geronggang batu yang menganga. (Hidayat Raharja)

***

Minggu, 06 Oktober 2013

KOTA

Jalan Lengang di Tepian Kota
Perkembangan sebuah kota merupakan  sebuah dinamika peradaban akibat  interaksi internal para pembuat kebijakan dan dinamika kehidupan masyarakat atau pun karena interaksi antar kota atau antar masyarakat dengan mobilitas yang akseleratif. Sejak industrialisasi menjadi mesin penggiling kemajuan berbagai kota berbenah untuk bisa selaras dengan perkembangan kota lain. Perubahan-perubahan yang ditandai dengan  berkembangnya laju industri dan pembangunan kota yang kian padat. Perubahan-perubahan yang mencitrakan kota sebagai kemajuan dan desa sebagai daerah  tertinggal. Perkebangan laju pembangunan kota telah menciptakan imej kota sebagai sebuah pusat yang menyediakan anekamacam pekerjaan dan mendorong orang-orang desa melakukan urbanisasi mengadu nasib ke daeah kota.

Maka, pembangunan kota merupakan keniscayaan yang harus dicanangkan dan direncanakan secara matang tanpa harus menggusur budaya lokal dan menyinkirkan nilai-nilai kemanusiaan yang utmbuh di dalamnya. Apalacur perkembangan kota telah mengalineasi masyarakatnya dalamkehidupan individualistik. Kota menjadi sebuah tempat segalapasar bertumbuh untuk menyemai perekonomian dan menangguk untung sebanyk-banyaknya. Perubahan-perubahan yang juga merambah ke kota kecil, tempat aku tinggal dan kini terus bergerak menggerakkan roda pembangunan ekonomi, perlahan dan pasti membiakkan kompetisi antara pemilik modal.

Pembangunan kota ditandai dengan makin megahnya gedung perkantoran dan aturan-aturan protokoler dan birokrasi. Aturan yang menata layanan bagi masyarakat yang membutuhkan sehingga bisa diakses dengan mudah, dan memberikan layanan yang memuaskan. Meski  di  beberapa tempat  para  pejabat pemerintahan masih lebih banyak yang minta dilayani daripada melayani. Itulah sebuah kota yang terus berjaga dengan penghuni yang senantiasa siaga. Siaga untuk menghadapi hal-hal tak terduga. Tiba-tiba pemimpin lembaga birokrasi berurusan dengan aparat keamanan karena tindak pidana yang dilakukannya saat  mengelola pemerintahan. Atau pejabat sebuah lembaga diganti tiba-tiba karena jabatan pemerintahan telah banyak berbau jabatan politik. Sehingga persoalan jabatan menjadi persoalan balas jasa karena telah mendukung dalam pertarungan politik dalam pemilihankepala pemerintahan di daerah.

Pasar dan pusat belanja megah berdiri, menyediakan layanan sendiri (swalayan) yang memanjakan penghuni kota sebagai konsumen untuk royal membelanjakan uangnya. Mulai dari diskon harga barang yang disebarluaskan di tiang listrik,batang pohon peneeduh jalan di sepanjang jalan masuk perkampungan. Selebaran yang dihantarkan ke rumah-rumah penduduk di pemukiman. Diskon yang telah dinaikkan harganya, sehingga konsumen membeli  seperti  harga pasar pada umumnya. Alfamart, Indomaret- dua swalayan yang memasuki kota-kota kecil dan bahkan ada di setiap kecamatan.

Kehadiran simbol ekonomi kapital yang mematikan toko dan pedagang kecil. Toko kecil yang mengawali perekonomian sebuah kota dengan nilai-nilai humanisme yang tumbuh di dalamnya; tawar-menawar, tegur sapa yang akrab dan tumbuhnya rasa solidaritas di antara penjual dan pembeli  saat ini telah berganti. Para penjaga swalayan dengan bahasa yang seragam menyapa pembeli dengan senyum tipis yang dipasang di sudut bibir.

Ilan-iklan produk konsumtif mengangkang di atas jalan raya menikam mata para pejalan dan dipaksa untuk memperhatikannya bahkan secara “profesional” jajaran iklan tersebut sok akrab dengan konsumen untuk merebut hati konsumen seakan mereka butuh dan harus memilikinya. Produk yang bukan sebuah kebutuhan yang menimbulkan keinginan konsumen untuk membelinya.

Kota telah menjadi sebuah pasar dan hiruk pikuk dengan label tertera dalam selembar kertas kecil, tak ada tawar-menawar. Dimasukkan dalam keranjang, didorong menuju kasir, mesin penghitung dan keluar cetakan harga yang harus dibayar. Jangan terburu,sebab masih ada yang ditawarkan kasir, isi pulsa untuk menguras isi dompet anda. Adakah niat para penentu kebijakan kota untuk membatasi pertumbuhan pusat perbelanjaan yang telah menjadikan warganya hidup konsumtif?


Senin, 30 September 2013

Pinhole Camera; Menemukan Estetika pada Benda Mainan

Tiga Sepeda Motor
Memotret dengan kamera lubang jarum(pinhole camera) memiliki keasyikan tersendiri dengan keterbatasan fasilitas yang dimilikinya. Suatu keasyikan yang menuntut para penggunanya untuk melatih kepekaan terhadap cahaya dan posisi ombyek untuk mendapatkan hasil jepretan yang menarik. Kuat lemahnya cahaya, obyek yang dijadikan target,mau pun waktu pengambilan gambar –berkenaan dengan intensitas cahaya adalah faktor-faktor yang tak dapat diabaikan.

Kali ini saya mencoba bermain dengan barang mainan anak-anak, baik benda miniatur mau pun hasil rakitan dari barang bekas. Ada miniatur sepedamotor dan beberapa sepeda motor mainan yang dirakita sendiri anak saya. Obyek tersebut menjadi sasaran yang sangat menarik minat saya untuk diabadikannya, saya berkeyakinan kalau pegambilan secara close up akan menghasilkan gambar seperti foto ukuran obyek yang sebenarnya.

Beberapa waktu  sebelumnya saya pernah mengambil obyek berlawanan dengan arah datangnya sinar matahari. Ternyata hasilnya kurang bagus,karena obyek yang diambil warna putih metalik. Hasil yang membuat saya penasaran untuk kembali melakukan pengambilan gambar.

Pada pengambilan gambar berikutnya dilakukanpada siang haripukul 10.3 WIB,dan matahari cukup terik. Obyek ditaruh di tempat terbuka dan terpapar langsung sinar matahari, sehingga menimbulkan bayangan obyek di salah satu sisi. Bayangan obyek bisa berpengaruh terhadap nilai artistik, sehingga perlu diperhitungkan agar jatuhnya bayangan bisa menambah nilai estetika.

Siang itu posisi obyek dengan kamera berjaraksekitar 10 cm dengan tujuan obyek bisa di close up dengan harapan gambar yang diproleh bisa mirip dengan ukuran obyek sebenarnya.Tantangan yang sangat menarik karena saat bekerja dengan pinhole camera, kita tidak bisa melihat  langsung obyek yang tertangkap dalam kamera sehingga gambar yang diambil kadang tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Motor Gede
Namun, kadang ada faktor-faktor  di luar perhitungan menjadikan keberuntungan yang menambah unsur artistik tanpa pernah kita rencanakan. Sehingga tidak semua hasil sesuai dengan kita rencanakan, tetapi tidak usah khawatir karena kekurangan-kekurangan ini justru menjadi sisi menarik dari pengambilan obyek dengan mempergunakan pinhole camera.(Hidayat Raharja).
    
Tiga Sepeda Motor



 
     
Di Depan Pagar

Senin, 23 September 2013

Guru Pendamping

Sebelum masuk kelas saya menyiapkan lembar kerja siswa yang akan dipergunakan untuk pembelajaran, Namun pada saat mau ngeprint, mesin printernya dipergunakan kawan guru matematika yang tengah menyiapkan materi “logaritme” yang akan dipergunakan pagi itu. Sambil menunggu hasil print kami bercakap mengenai pengalaman di dalam kelas sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013.  Kami bercerita mengenai tantangan yang ditemukan dalam kelas. Dia bercerita kalau butuh kesipan dan ketelatenan untuk mengajak anak berproses. Bahkan,  perlu banyak memberikan pujian sehingga anak termotivasi dan tetap fokus dalam belajar.

Salah satu tantangan yang sangat menarik adalah saat siswa mengkomunikasikan hasil belajarnya. suasana kelas menjadi hidup, selain karena ingin menyampaikan hasil diskusi, ada sebagian lagi memperolokkan teman yang menyampaikan hasil diskusi. Ya, mereka menertawakan temannya karena bisa menjawab permasalahan dan menyampaikannya dengan baik di depan kelas. Cibiran ini muncul, karena biasanya si anak tidak pernah bisa menjawab dengan baik, dan mendapatkan pujian dari guru.

“Ya, pasti saja bagus dan benar jawaban yang disampaikan, kan sudah baca buku?” celoteh di antara mereka yang kadang membuat kurang enak bagi teman yang lain.
Kondisi semacam ini kadang ditingkahi dengan tawa berderai oleh seisi kelas, sehingga anak yang baru menyampaikan pendapat menjadi malu di depan kelas.

Situasi semacam ini muncul, karena umumnya tertanam dalamdiri anak,bahwa kalau sesorang itu tidak bisa menjawab atau menyelesaikan masalah biologi, maka selama belajar seseorang itu tidak bisa mengusai pelajaran biologi. Asumsi semacam ini banyak tertanam dalam diri anak, sehingga perlu untuk selalu diingatkan dimotivasi sehingga bisa menerima keberadaan orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Di lain waktu, kadang diskusi kelas kurang hidup, banyak peserta pasif dan bahkan kurang bergairah, sebab sebelumnya mereka terbiasa dengan menerima konsep tanpa melalui proses penyampaian materi melalui pendekatan Scientific. Kondisi semacam  ini ternyata juga banyak dikeluhkan kawan guru yang lain.

Inilah sebenarnya tantangan yang amat menarik,  ketika buku pegangan yang dijanjikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak kunjung ada dan tidak diperkenankan untuk menggunakan buku yang beredar di pasar karena tidak sesuai dengan kurikulum 2013. Tantangan bagi guru untuk  menyiapkan materi dan mengajak peserta didik untuk menggali data dan  informasi sehingga bisa menemukan konsep yang tengah dipelajarinya. Tantangan semacam ini membutuhkan persiapan yang matang dan kesungguhan, sehubungan juga dengan kebiasaan belajar siswa di tingkatan sebelumnya.

Bagi guru apa yang dilakukannya merupakan sebuah upaya untuk memenuhi tuntutan yang diinginkan dalam perubahan kurikulum, sekaligus berupaya untuk mengubah mindset memasuki era baru pembelajaran yang lebih terbuka, dinamis, dan demokratis. Upaya ini akan lebih efektif  jika guru di dalam kelas didampingi oleh guru pendamping untuk membantu mengatasi kekurangan-kekurangan yang ditemukan guru di dalam pembelajaran. Guru pendamping sebagai patner guru dalam pembelajaran, bukan mengawasi guru mengajar sehingga dengan posisi sebagai patner pendamping bisa membantu guru meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran.

Guru pendamping yang dibutuhkan adalah guru pendamping dari mata pelajaran sejenis, sehingga pendampingan dan pembimbingan bisa bersifat komprehensif baikmenyangkut teknis dalam pembelajaran mau pun terhadap penguasaan dan pengembangan materi yang diajarkan. JIka ini yang terjadi akan sangat menarik, guru akan selalu terpacu untuk mengembangkan diri dan pendamping akan banyak memberikan masukan serta motivasi bagi guru pengajar baik  dalam hal dedaktik-metodik mau pun dalam hal penguasaan dan pengembangan materi.

Namun impian ini takkan bisa terealisasi dalam  jangka pendek, sebab ketergesaan dan keterpaksaan penerapan kurikulum 2013 tidak disertai dengan penyiapan seperangkat kebutuhan dan sumber daya manusia, sehingga “sementara” yang dijadikan pendamping di daerah adalah Pengawas Sekolah bukan pengawas bidang studi, sebab di daerah kabupaten tidak ada pengawas yang memiliki sertifikat pengawas bidang studi. JIka pun ada rationya tidak sebanding dengan jumlah guru mata pelajaran yang ada di daerah.

Kalau pengawas berlatar pendidikan fisika melakukan pendampingan terhadap guru biologi bisa saja dilakukan kalau hanya menyangkut kepada teknis pembelajaran di dalam kelas, tetapi menjadi kurang tepat jika menyangkut pada kedalaman dan pengembangan materi. Tentu keadan ini akan berpengaruh pula terhadap persoalan teknis sehubungan keunikan dan kekhasan dari setiap konsep yang disajikan dalam materi biologi. Apalagi satu orang guru pendamping akan mendampingi guru tiga mata pelajaran yang telah mendapatkan workshop dan diklat mengenai kurikulum 2013.

Jangan-jangan nasib kurikulum 2013, sama dengan nasib kurikulum-kurikulum sebelumnya tanpa dievaluasi secara konkret dengan kenyataan di lapangan tiba-tiba dilenyapkan karena proyeknya sudah berakhir.