Translate

Selasa, 29 Maret 2011

CINTA DI PADANG BULAN



Judul : Padang Bulan (Novel pertama dari  
Dwilogi Padang Bulan)
Pengarang : Andrea Hirata
Jenis : Novel
Cetakan I : Juni -2010
Penerbit : Penerbit Bentang – Yogyakarta
Hal : xii + 254
ISBN : 978-602-8811-09-5
Judul : Cinta di Dalam Gelas (Novel kedua 
dari Dwilogi Padang Bulan)
Pengarang : Andrea Hirata
Jenis : Novel
Cetakan I : Juni -2010
Penerbit : Penerbit Bentang – Yogyakarta
Hal : vi + 270
ISBN : 978-602-8811-09-5
Persensi : Hidayat Raharja*

Padang bulan sepertinya sebuah padang terbuka yang mebentang kiasah-kasih anak manusia tanpa emmandang status sosial dan kepangkatannya. Di saat bulkan terang-benderang, saat itulah mikrokosmos jagad raya – tubuh manusia – berkelimpahan hormon yang meninghkatkan hasrat untuk bercinta dan romantisme. Sebuah cinta pertama yang akan teruys dikenang sepanjang hayat, sebagai pengalaman pertamna dalam sejarah cinta dan kemanusiaan.
Padang BHulan kitab pertama novel Andrea Hirata. Dibuka dsengan kisah percintaan Syalimah dengan Zamzami dalamm keluarganya yang sewderhana dengan empat anak hasil perkawinan mereka. Hidup keluaraga yang sederhana, bahkan sangat sederhana sebagai kuli tambang timah. Namun kesederhanaan tak memudarkan cinta kasih mereka cinta Zamzami kepada Syalimah dan keempat anaknya. Pun juga sebaliknya, rasa sayang dan cinta Syalimah kepada Zamzami. Cinta dan kasih sayang yang tulus di natara mereka. Namun cinta kasih mereka tak bertahan lama, kecelakaan di tambang timah membuat Zamzami meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Zamzami meninggal karena tertmbunh pasir galian yang longsor.
Kematian menamatkan cinta zamzami kepada Syalimah. Namun, tidak bagi Syalimah, cinta Zam,zami etrus hidup di dalam dirinya tak ada yang mampu mengenyahkan dari perasaanya. Kejutan-kejutan yang selalu diberikan kepada Zamzami kepadanya telah mengekalkan cinta pertama dan terakhirnya. Kematian Zamzami, memulai kehidupan barui bagi keluarga Syalimah, keluarga miskin dengan empat anak yang masih kecil-kecil, membuatnya rapuh dan tak berdaya. Di tengah kerapuhan ini, maka Enong (Maryamah Zamzami) anak pertama mereka menahan cita-citanya untuk menjadi guru Bahasa Inggris, mengambil alih tanggungjawab keluarga, dan dalam suia 14 tahun menjadi perempuan pertama penambang timah di Sungai Linggang – Belitong. Seorang anak perempuan pertama di Belitong melakukan pekerjaan kasar laki-laki- penambang timah – mengayunkan cangkul dan mengayak timah yang berbaur gumpalan pasir.
Malangnya, juru taksir yang culas, dengan berbagai alasan tak menghargai timahnya.
“kadar timahmu rendah sekali, Nong, tak lebih dari pasir!” (halaman 62)
Ucapan yang sellau diterimanya ketika menimbangkan hasil timahnya. Recehan yang dipwerolehnya dipergunakan untuk membneli beras dan lauk untuk makan ibu dan adik-adiknya. Sebuah potret kehidupan yang bisa ditemukan di berbagai tempat. Akal bulus para juragan untuk mengelabui penjual
Yang datang kepadanya, untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dengan memeras keringat orang lain.
Keadaan yang menderita, miskin tak mebuat cinta Syalimah pudar kepada Zamzami. Dia masih muda, sehingga pantas untuk menikah dengan lelaki lain untuk meringankan beban hidup keluarganya, dan mencarikan sosok ayah bagi anak-anaknya. Namun Syalimah bergeming beberapa tawaran darei anggota keluarganya utnuk menikah lagi tak pernah digubrisnya. Dia masih setia dengan cinta Zamzami yang penuh kejutan-kejutan, sampai ajal menjemputnya. Sapmai pada suatu hari Sirun – sepupunya juga manganjurkannya utnuk menikah lagi, tetapi ditolaknya olrh Syalimah.
“Pak Cik, aku hanya pernah kenal cinta sekali. Sekali saja. Hanya pada Zamzami. Itulah cinta pertamaku, yang akan kubawa sampai mati.” (halaman 85)
Cinta sekali, seumur hidupnya sebuah kebetahan untuk bertahan dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh penderitaan, ketabahan, namun tetap diselimuti oleh cinta yang takj pernah pudar.
Perempuan- perempuan yang selalalu dikalahkan oleh keadaan, namun Enong adalah perempuan yang tak pernah menyerah. Tak pernah takluk terhadap nasib yang memerangkapnya. Dalam hatinya tak pernah pudar untuk belajar Bahasa Inggris meski hanya lulusan sekolah dasar. Sehingga Ia masih rajin berhubungan dengan tuan Pos untuk mendapatkana neka brosur entah itu penawaran kursus atau aneka penawaran produk furniture yang ditaruh di depan loket kantor pos.
Kecintaan Enong terhadap Bahasa Inggris, ditandai dengan masih tersimpannya dengan baik Kamus Bahasa Inggris Satu MIlyar Kata pemebrian terakhir ayahnya, sebelkum meninggal dunia. Serta upaya untuk mencari kursus Bahasa Inggris, di kota Tajong pandan. Keinginan ini kemudian tersampaikan ketika salah satu lembaga kursus Trendy English Course membuka cabang di Tanjong Pandan. Cinta yang selalu membara untuk melunasi cita-citanya yang tak terpenuhi menjadi guru Bahasa Inggris, tak memudarkan niat utnuk belajar Bahasa Inggris.
Juga kecintaan Ikal terhadap A Ling tak pudar-pudar. Meski A Ling terkabar dekat dengan Zinar, lelaki tampan dengan multitalenta, tak memudarkan Ikal untuk mendapatkan cinta A Ling. Berbagai usaha dilakukan Ikal menyaingi Zinar untuk mengalihkan A Ling kembali kepadanya. Namun, semua usaha sia-sia dan Zinar adalah yang terbaik dibandingkan dirinya, sehinggta ia harus emngakui keunggulan Zinar pada saat mnengalhkannya dalamn pertandingan catur di pertandingan catur agustusan di kampungnya.Hanya delapan langkah Rajanya dibuat bertekuk lutut oleh Zinar.
Sekonyong-konyong, dengan suaranya yang berat dan penuh wibawa lelaki ganteng itu bersabda: Sekak. Aku masih tak mengerti apa yang terjadi. Yang kutahu, nun di kotak putih di pojok situ, rajaku megap-megap seperti ikan patin kekeringan danau, menggelepar sebentar, lalu terkapar, mati. Iya, mati. (halaman 166)
Persahabatan Ikal dengan Enong, sepertinya sebuah kelindan yang saling melengkapi untuk melawan ketak berdayaan, perih, dan pedih. Namun, kepedihan yang mendera mereka tak membuatnya terpuruk. Enoing sebagai pengambil alih tulang punggung keluarga semenjak kematian ayahnya, Zamzami tak pernah takluk dengan keadaan, dengan penuh ketulusan dan tegar dilakoni hidupnya dengan penuh kepastian.
Maka dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan mereka yang terkadang terasa getir, namun lucu, riang tetapi naif, Enong, Ikal dan Detektif M. Nur membangun sinergi untuk menaklukkan tantangan yang menghadang di hadapannya. Dengan bantuan Jose Rizal si merpati Pos yang menghubungkan komunikasi antara Ikal dengan Detektif Kontet M. Nur. Detektif kontet yang banyak akal, sehingga strategi-strategi dan tindakannya kadang terasa konyol dan menggelikan. ketika gigi palsu Lim Phok hilang secara misterius dari mulutnya saat tidur. Lim Phok menuduh istrinya sendiri, Moi Kiun telah mencuri gigi palsu dari mulutnya. Namun dengan cerdik Detektif M Nur mencari gigi palsu tersebut di selokan dengan menggunakan anjing pemburu pelanduk. Ternyata gigi palsu itu ada di selokan depan warung tempat Lim Phok terakhir minum kopi. Menurut analisis M. Nur gigi palsu itu lepas ke dalam gelas saat Lom PHok minum kopi , lantas sisa kopi dalam gelas yang ada gigi palsunya dibuang ke selokan pada saat mencuci gelas.
*****
Cinta Tak Tergantikan
Jalinan percintaan Ikal yang sebelah tanagn dengan A Ling sempat tersela oleh perhatian Bu Indri guru kurus Bahasa Inggris si Enong. Tetapi cinta Ikal kepada A Ling adalah cinta pertama dan tak tergantikan, seperti cinta Syalimah kepada Zamzami yang ditinggal mati. Api asmara Bu Indri kepada Ikal yang tak surut, dan kian menjadi semakin hari. Beberapa puisi sempat hadir di hadapan Ikal. Puisi cinta Bu idnri kepadanya. Namun, dengan halus ditolaknya bahwa cintanya hanya milik A Ling.
Namun, sekali lagi, A Ling, bersamaku atau tidak, tak mampu membuatku bverpaling kepada siapa pun. Sebaliknya Bu Indri memperlihatkan wanita cantik umumnya, yaitu jika kita mendekati mereka, mereka selalu telah menjadi milik orang lain, dan jika mmereak mendekati kita, situasinya pasti selalu tidak mungkin.sedangkan perempuan yang tidak kita inginkan, selalu berada di sana, bak aptungs elamat datang, tak seorang pun mau mengambilnya(halaman 225)
Begitu kukuh cinta yang dimiliki IKal untuk A Ling. Betapa menarik cinta bagi anak Manusia, kjarena meski pun yang datrang wanita cantik untuk emncintainya, namun karena dirinya tak emncintaui maka punah pula harapan cinta yang diinginkan. Kadang yang tak diinginkan datang menemui kita, namun yang diinginkan sudah dimiliki orang lain. Cinta yang selalu menjadi rahasia, dan selalu hadir pada setiap keebradaan manusia.
*****
Pada kitab kedua dari Dwilogi Padang Bulan “Cinta di Dalam Gelas” sebuah perjuangan seorang wanita untuk menegakkan martabatnya, mengalahkan dendam, dan menunjukkan ketegaran dan kegigihannya sebagai seorang wanita yang sering kali dianggap rapuh. Lewat Sosok Enong perempuan pertama penambang timah di sungai Linggang, Andrea membeberkan bagaimana maka sebuah mimpi dan cita-cita serta cinta sejati tertanam dalam diri anak manusia.
Di dalam kitab ini dikisahkan keberhasilan Enong sebagai lulusan terbaik kelima di anatar murid peserta kursus di lembaga Trendy English Course. Sebuah prestasi yang ditunjukkan Enong meski telah putus sekolah, namun ia bisa meraih prestasi di antara peserta laiannya yang tengah duudk di bangku SMA. Sehingga pada saat itu Dia diberi kesempatan untuk menyampiakan pidato di hadapan para wali murid yang menghadiri wisuda putra-putirnya yang lulus menemupuh ujian di lembaga Trendy English Course.
Perjuangan Enong terus berlanjut untuk emnahan kepedihan dan memperkuat ketabahan dalam menjalani kehidupan yang drenda kemiskinan. Enong sebagai perempuan pertama penambang timah di sungai Linggang. Sebuah rajutan cinta, martabat dan harga diri yang saling berkelindan di antara gelas kopi di warung-warung kopi, permainan catur yang bukan hanya sekjesar bidak-bidak kayu yang dipindahkan tetapi di dalamnya kaya filosofi dan strategi dalam menakulukkan dan mempertahankan kekuasaaan. Sebuah refleksi kehidupan untuk mempertahankan martabat dan harga diri. Bagaimana kopi dan warung kjopi telkah menjadi twmpat bagi masyarakat belitung untuk menikmati kehidupan mereka, juga untuk bversosialisasi dengan orang lain. Bahkan dari cara menyeduh dan memegang gelas kopi secara jenaka Andrea mampu mengiudentifikasi status sosial dan pekerjaannya. Lewat minum di wartung kopi berbagai persoalan hidup baik, soal remeh – temeh keluarga sampaiu persoalan negara menemukan solusinya.
Lewat warung kopi seorang warga negara leluasa untuk mmengkritik kepala pemerintahan sampai presiden. Sebab, dalam segelas kopipula mereka yang tengah merencanakan strategi dna melakukan persekongkolan mematangkan rencananya. Serta bagaimana pula segelas kopi menyatakan rasa cinta dan terimakasih suami kepada istri atau sebaliknya.
“Jika kuseduhkan kopi, ayahmu menghirupnya pelan-pelan lalu etrsenytum padaku.”
Sepotong kenangan yang diutarakan Syalimah di hadapan anak-anaknya. Meski tak terkatakan, anak-anaknya paham kalau senyuman itu merupakan rasa berterimakasih antara ayah dan ibu mereka untuk kasih sayang balas-memnbalas, dan kopi itu adalah cinta di dalam gelas. (halaman 11)
. Bagaimana segelas kopi yang diseduh pelan-pelan sambil tersenyum di hadapan istrinya dimaknai sebagai rasa cinta kasih yang tak terkatakan. Cinta manis dalams ebuah keluarga yang teraduk dalam segelas kopi. Cinta di dalam Gelas. Lebih jauh kopi bukan hanya perekat keluarga, tetapi dapat menjadi pencair kebekuand an persoalan yang merenda sispa saja. Bahkan dari cara memegang gelas, terungkap pula filosofi peminum kopi yang tak pernah diungkap dalam kehidupan, didedahkan Andrea secara jernaka
Bahwa mereka yang memesan kopi sekaligus memesan the – adalah mereka yang baru gajian. Mereka yang memesan kopi tapi takut menyentuhnya - uang di sakunya tinggal seribui lima ratsu perak. Mereka yang tak menyentuh gelas kopi, tapi menyentuh tangan gadis pelayan warung – pemain organ tunggal. (halaman 111)
Seraya meminum kopi mereka memainkan buah catur di bidak-bidak yang disediakan di warung-warung kopi yang berdert di sekitar pasar. Mereka memainkan buah catur seperti menggerakanan para tentara yang akan melumpuihkan benteng pertahanan musuh. Bagaimana mereka menggerakkan kuda seperti menggerakkan para tentara yang kan menerjang pertahanan musuh yang kukuh. Dengan catur pula mereka menjajaki kewibawaan lawan dan mempertahanakan martabat dan harga diri. Permainan yang kemudian menggugah Enong untuk mengakkan martabatnya yang telkah dilecehkan Matarom dalam lembaga perkawianan yang dibangunnya. Namun keinginan Enong untuk bermain catur bukan merupakan hal mudah karena di Belitong tidak perempuan yangb bermain catur. Serta tidak pernah ada pemain catur perempuan melawean pecatur laki-laki dalam lomba catur agustusan yang diselenggarakansetiap tahunnya.
Keinginan Enong (Maryamah) untuk bisa bermain catur kian merekatkan persahabatan antara IKal, Detektif M. Nur dan Enong. Mereka kemudian bersekongkol, dan Ikal mau membantu mencarikan pelatih bagi Enong, karena ada tujuan mulai yang diemban Enong dengan bermain catur. Dia ingin menegakkan martabatnya sebagai wanita yang telahj direndahkan. Hanya dengan bermain catur dia mampu menegakkan kembali martabat dan harga dirinya yang luluh lantak. Keinginan Enong sangat kuat untuk belajar bermain catur dengan meminta Ikal utnuk menmcari pelatih. Maka,pilihannya jatuh kepada Ninochka Stronovsky seorang grand master. Maryamah tidak sia-sia belajar kepada Ninochka, karena semkain lama dia semkain menguasai teknik pertahanan benteng bersusun ala Anatoly Karpov. Sebuah usaha untuk menguasai teknik bermain catur semata untuk mengalahkan Matarom, lelaki yang telah merewndahkannya dan meluruhkan harkat kewaniatannya.
Tugasd berat dilakukan Ikal dan Detektif M.Nur untuk menyertakan Maryamah dalam pertandingan catur. Kesulitan untuk menyertakan Maryamah, karena di kampung ini lebih terkenal patriarkart. Hanya dikenal dunia lelaki. Namun dengan perjuangan yang pantang menyerah, akhirnya Maryamah diijinkan untuk mengikuti kompetisi dengan catatan di di anatar mereka dipasang tabir supaya ada hijab di antara mereka, dan Maryamah memakai burka. Pertandingan yang seru antara Maryamah dengan Matarom, karena di anatara mereka ada pertarungan untuk menegakkan martabat dan harga diri. Saat itulah Maryamah berinisiatif untuk meluanskan harga diri yang telah tergadai. Matarom dengan papan catur peraknya yang mistis membuat guguip lawan mainnya. Tetapi, tidak bagi Maryamah. Pertarungan itu menjadi sangat berarti bagi dri dan masyarakat. Bagi diri untuk menegakkan martabat dan bagi masyarakat adalah untuk menghilangkan patriaki, bahwa wanita juga bisa berbuat.
Di sini Andrea Hirata sangat memanrik dengan bahasa penuh metafiora menajdikan pertrarungan natara Maryamah dengan Matarom laksana pertarungan di Laut Chi na Selatan.
….Papan catur perak pun menjelma menjadi Laut China Selatan yang bergelora. Bahtera perompoak menyeruak di antara gempuran ombak. Rajka berekor yang haus darah berdiri dengan garang di haluan. Pedang panglima Kwan Peng menebas leher prajuriut-prajurit Maryamah. Darah menggenang di geladak tempat delapan butir pion hitam berubah menjadi bajak-baja laut yang brutal.(halaman 264)
Sebuah perumpamaan yang membangun bayangan di benak pembaca pada perang kekuatan di tengah lautan utnuk emnegakkan kekuasaan dan harga diri. Sangat lihai Andrea mengelucak perasaan pembaca, karena terhadap bidak-bidak kayu tersebtu dia memberikan perumpamaann yang menarik.
..perwira Maryamah berlompatan ke bahtera perampok. Kudanya menjadi mualim yang menmghunus pedang, lalu membabat Panglima Kwan Peng. Menterinya menjadi Admiralmyang menusuk pinggang kiri raja berekor, persis seperti saran Nochka.(hlaman 265)
Sungguh mengesankab membaaca dua buku novel ini, karena dio dalamnya kuita akan banyak menemukan nilai-nilai kehidupan, percintaan, harga diri, dan kesetiaan. Di bagian akhir buku kedua diberi catatan para tokoh yang terlibat dalam novel. Keterangan yang semakin menguatkan p[erguklatan novel ini yang berkelindan antara realitas dan fiksi. Selamat membaca!

Selasa, 15 Maret 2011

MEMAKNAI SAJAK PENDEK SAIFUL HAJAR DALAM KONTEKS POLITIK DAN HUMANISME [1]

Oleh: Hidayat Raharja[2]

berhenti membaca hancur/ membaca terus babak belur

di antara nada kearifan sosial/berkumandang tanpa getaran

(Lelah Membaca Indonesia)

Puisi sampai saat ini masih ditulis dan dibaca, sebagai suatu teks yang memiliki nilai-nilai yang mengkayakan kehidupan. Meski dapat dipahami bahwa puisi tidak dapat merubah kehidupan secara langsung, tetapi di dalam puisi kita dapat melihat permainan bahasa dan estetika yang menyentuh kepada harkat kemanusiaan dan kehidupan yang selalu dinamis. Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ruamg elspresi semakin terbuka, dan reproduksi puisi semakin berjibun. Puisi tak lagi menjadi barang mewah tetapi sebentuk produk yang bertebar di berbagai ruang terbuka. Semua dapat ambil bagian dan semakin tipis sekat di antaranya.

Ada banyak pilihan bagi pembaca untuk menikmati puisi Indonesia mutakhir, dari yang sekadar bermain dengan kata-kata, sampai pada sesakan persoalan politik, humanisme, dan ragam persoalan lainnya berhambur dalam kehidupan kita. Di sinilah sebenarnya pilihan bagi kita untuk menuai apa yang kita inginkan dan mengabaikan apa yang tak dikehendaki.

Persoalan Humanisme, adalah persoalan yang bersangkut paut dengan; 1. aliran yg bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yg lebih baik;2. paham yg menganggap manusia sbg objek studi terpenting; 3. aliran zaman Renaissance yg menjadikan sastra klasik (dl bahasa Latin dan Yunani) sbg dasar seluruh peradaban manusia;4. Kemanusiaan.

Persoalan Politik adalah persoalan mengenai ketatatanegaraan dan kenegaran menyangkut soal kebijakan , tindakan terhadap negara atau negara lain serta pada berbagai sistem dalam kehidupan

Pilihan terhadap persoalan-persoalan humanisme dan politik yang selalu menikam pikiran, menjadi salah satu bagian dalam percaturan puisi di Indonesia. Sebagaimana keterbukaan ruang puisi dan prosa yang dikaji Afrizal Malna dengan memberikan berbagai kemungkinan bagi pembaca untuk memberikan tafsir. Tak ada yang absolut dan kekal, semua terbentang dalam ruang-ruang kemungkinan yang meniscayakan.

****

Membaca sajak-sajak Saiful Hadjar dalam “Lelah Membaca Indonesia” Terbitan Kelompok Seni Rupa Bermain (KSRB) seperti membuka kitab kehidupan dalam bermasyarakat berbangsa, dan bernegara. Membuka perjalanan kehidupan yang terus bergerak dan terbentur kepada persoalan kemanusiaan yang tak pernah tuntas diperdebatkan. Pilihan Saiful atas berkesenian dengan melibatkan kepada persoalan-persoalan kemanusiaan dan kesewenangan penguasa, perlakuan diskriminatif dan manipulatif. Persoalan yang membuat kita mengernyitkan kening dan mengelus dada, karena banalnya kekekjian di tengah masyarakat yang beragama dan beradab. Situasi yang kerap membuat frustasi dan putus asa. Namun di dalam sajak-sajaknya Saiful mengolah persoalan-persoalan tersebut menjadi sketsa dengan goresan-goresan tajam, memberikan kesan yang tegas terhadap subyek persoalan tanpa harus merasa tertindas. Sebuah sketsa yang memotret persoalan humanisme dan politik menjadi sebuah sajak karikatif, naif , dan kadang menjungkirbalikkan akal sehat. Slogan yang seringkali terasa menekan secara impulsif diolah menjadi sebuah antitesa yang membuat kita tertawa, dan melepaskan tekanan-tekanan normatif yang mengepung kehidupan kita.

KB

dua istri cukup/ tua muda / sama saja (halaman 18)

Sebuah puisi yang berbau slogan dan akan mengingatkan kiat kepada iklan Keluarga berencana; dua anak cukup/ laki perempuan/ sama saja. Sajak KB milik Saiful akan mengajak kita untuk menelusuri persoalan lebih jauh dengan mebalikkan pemahaman yang telah banyak diseragamkan lewat ruang publik dan media elektronik dan internet. Sebuah antitesa terhadap peningkatan populasi wanita Indonesia melebihi jumlah laki-laki, maka plogami adalah hal yang memungkinkan dalam kalkulasi matematis. Sebentuk pengendoran persoalan-persoalan publik untuk dislesaikan secara rileks.

Logika terbalik ini juga ditemukan pada sajak “Hari Yang Tercatat”; tengah malam/ terasa hening / kusetubuhi ayam/ yang lahir musang (hari yang tercatat, 16).

Dalam rantai makanan yang tertanam di otak kita, musang sebagai predator dan ayam adalah korban. Dalam pusi ini ayam melahirkan musang adalah sebuah pembalikan fakta dengan menelusuri korban untuk mengetahui pangkal permasalahan. Bukankah selama ini dalam ekhidupan bernegara seringkali sum,ber persoalan disembunyikan tetapi dicarikan korban-korban lain yang sebenarnya hanyalah korban dari sebuah sistem yang pseudodemokratis. Penyelasiaan persoalan masih lebih menekankan kepada kepentingan politis daripada kepentingan publik yang berkeadilan.

Terhadap persoalan-persoalan yang terus menyesaki ruang publik, kita kerapkali diajak untuk melupakan peristiwa, tetapi kerapkali pula peristiwa itu diulang lagi sehingga sering berkubang pada persoalan yang sama. Terhadap persoalan –persoalan semacam itu Saiful mengabadikannya dalam larik-larik yang pendek namun menyimpan ruang komunikasi yang lapang untuk ditafsir pembaca.

duh, gusti...!!! (Sajak Anak Cucu Tapol, 22)

sebuah sajak yang mengabadikan bagaimana para anak keturunan mereka yang diogolongkan kepada para eks anggota PKI, seakan seumur hidupnya adalah cela, meski mereka sendiri tidak mengenal paham Marxisme dan Komunisme. Label yang kemudian coba dibuang di era reformasi, meski pada kenyataannya masih banyak perlakuan diskrimiantif terhadap mereka.

Perilaku Korup

Membaca Indonesia juga membaca banyaknya kasus korupsi yang terjadi di berbagai lembaga, dan belum banyak tertangani. Menariknya perlaku ini bukan dilakukan oleh mereka yang kekurangan materi, tetapi dilakukan oleh mereka yang seharusnya bisa memberikan tauladan kepada masyarakatnya. Korupsi yang terjadi di Gedung Parlement, Birokrasi, dan berbagai ruang adalah sesuatu yang tidak kan dilupakan. Seorang koruptor bisa berweekend ke pulau Bali dan Luar Negeri, adalah peristiwa yang khas di Indonesia. Tanpa rasa bersalah, dan bahkan kemudian menjadi tayangan di berbagai media elektronik layaknya artis yang baru diorbitkan.

Terhadap perilaku para pemimpin yang bejat tersebut Saiful menulisakan dalam larik: tergolong bangsa besar/ suka main pat-gulipat/semua kasus disikat/sampai di skandal penguasa/ jauh dari terungkap/ jadi akrobat/ di setiap hati rakyat// (Negeriku Menyanyi, halaman, 80)

Atau apa yang dikatakannya dalam “Ekologi Gelap” mengenai bencana alam yang tak pernah reda, sebagai bentuk imbas dan amuk alam karena telah banyak dirusak oleh manusia, manusia sudah bertindak semaunya, sehingga alam tak bisa lagi kompromi dengan kehidupan manusia.

Atau bagaimana kemudian para koruptor berperilaku santun untuk menutupi kebrutalannya menelan uang rakyat, sehingga menjadi orang yang santun, sosial, dan dermawan, sebagaimana yang teruingkap dalam sajak “Post Korupsi” berikut ini;

suka pakai bukan milik sendiri

untuk mewujudkan mimpi

tak mau peduli

siapa yang dirugikan nanti

ditebus dengan menyantuni

(halaman 37)

Pijakan pada persoalan kemanusiaan merupakan pilihan Saiful yang selalu akan hadir dalam sajak-sajaknya yang pendek namun banyak menyimpan persoalan-persoalan kritis. Karena sebagai manusia kita memiliki bahasa yang sama, bahasa manusia yang menjungjung martabat kemanusiaan dan kemerdekaannya. Sebenarnya merupakan hakikat dari kesadarannya sdebagai manusia yang memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan, sehingga manusia lainya harus berlaku adil terhadap sesamanya.

Dalam menghadapi aneka kondisi kehidupan yang karut-marut, seringkali Tuhan dijadikan sebagai eskapies. Sebuah kesadaran yang hadir setelah berbenturan dengan pelbagai persoalan yang tak tuntas diselesaikan. Ketika persoalan-persoalan saling menerkam jungkirbalik menerkam pikiran, pada akhirnya mereka menyadari keterbatasan, ketakberdayaan dalam menghadapi buntalan persoalan tersebut, sehingga meyakinkan kalau Tuhan adalah yang Kekal.

Meski bumi mampu kau jadikan / rumah sakit jiwa / jangan mimpi mampu neniadakan Tuhan

(Post Humanity, halaman 9)

Pada titik balik kesadaran inilah Saiful menyadari pula bahwa kalau puisi takkan mampu membalikkan persoalan, selain untuk mengabadikan, mengekalkan dan menyerahkan kembali persoalan kepada kehidupan bersama, dan Tuhan sebagai penentunya. beribu-ribu kata bermuara ke puisiku/ beribu-ribu makna kutak tahu/ diam dalam mi’rafmu (puisi Keribuan, 91)

Membaca kumpulan puisi “Lelah Membaca Indonesia” seperti membuka lembaran kitab yang di dalamnya menyimpan kasus-kasus humanisme, politik, ekologis, dan Spiritual. Sebentuk perlawanan terhadap neokolonialisme dengan cara menjungkirbalikkan fakta dalam larik-larik sederhana untuk memberikan makna baru dari peristiwa yang terbaca dalam berita. Perlawanan dilakukannya tidak hanya dengan mempergunakan puisi tetapi juga persebaran teks melalui media teknologi komunikasi lewat SMS ke berbagai rekanan dan kawannya di seluruh wilayah Indonesia. Suatu perlawanan ketika kumandang kearifan sosial kehilangan getarannya di tengah hiruk-pikuk persoalan yang membuntal humanisme dan berbagai kepentingan politik yang saling bertabrakan.



[1] Disajikan pada acara bedah buku “Lelah Membaca Indonesia” –Pekan Seni Madura – UKM Sanggar Lentera – STKIP PGRI Sumenep, tanggal 20 Maret 2011 .

[2] Penulis lepas, saat ini menjadi Tenaga Pengajar di SMA Negeri 1 Sumenep.