Translate

Sabtu, 07 April 2012

Peserta Didik, Anak Manusia yang Unik


Di Saat jam istirahat seorang teman guru mengeluh karena hasil ulangan harian yang diperoleh peserta didiknya banyakyang tidak memuaskan. Payah selalu hasilnya begitu, banyak yang tidak tuntas. Pada hal soal ulangannya gampang, mereka banyak yang tidak bisa menjawab dengan benar. Vonis salah seorang guru ketika melihat hasil ulangan peserta didik  kurang memuaskan. Peserta didik  selalu menjadi obyek, dan sumber kesalahan.
Hasil  ulangan adalah salah satu cara mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Apabila hasil ujian tidak memenuhi ketuntasan, maka ada kemungkinan kesalahan di dalam proses pembelajaran atau ketidak sesuaian soal ujian dengan materi yang telah diberikan. Sehingga kegagalan itu tidak bisa ditimpakan kepada peserta didik semata.
Namun, teman guru itu tidak bisa menerima penjelasanku. Tidak, bukan proses  dan materi yang tidak sesuai, tetapi mereka yang malas belajar. Mereka sudah jarang baca buku. Tapi kalau Chating-an, facebook-an mereka bisa betah berjam-jam. Mereka lebih suka main game yang banyak tersedia di internet daripada membaca dan mengerjakan tugas sekolah. Macam-macamlah yang diutarakan oleh kawan guruku.
Saya tidak mengingkari jika peserta didik saat ini sangat akrab dengan handphone, komputer dan internet. Mereka menjadi bagian dari benda teknologi tersebut dan bahkan merupakan bagian “konsumsi” dari keseharian mereka. Internetan dengan menggunakan handphone adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari hidup kaum  muda berkomuniaksi lewat jejaring sosial yang tersedia. Sesuatu yang tak bisa dihindari. Peserta didik yang lahir tahun 90-an amat dekat dunia teknologi tersebut di sekolah dasar mereka sudah menjadikan handphon sebagai alat komunikasi denganorang lain. Dunia digital adalah dunia baru mereka dan menyerbu dalamkehidupan mereka.
Kehadiran produk teknologi akan berpengaruh bagi kehidupan peserta didik. Paling tidak berpengaruh terhadap cara merekaberinteraksi dan berkomunikasi. Bukan hal yang ganjil jika murid mengirimkan pesan singkat (sms) kepada guru untuk memberikan informasi, pun sebaliknya. Hubungan semacam ini adalah bentuk interaski dengan mempergunakan produk teknologi komunikasi. Pun  juga  dalam proses pembelajaran media teknologi merupakan salah satu kebutuhan dalam menyampaikan informasi. Media audiovisual, cara-cara pembelajaran interaktif adalah pilihan yang dapat mengakomodir kecakapan siswa dan penyajian yang variatif,  membuat siswa nyaman dan menyenangkan.
Dalam mengakomodir kecakapan tersebut, sangat meanrik ketika siswa diberi kesempatan untuk  menyampaikan hasil belajarnya kepada temannya yang lain menurut cara mereka belajar. Pemberian kebebasan cara belajar dan tanggungjawab untuk mempresentasikan hasil belajarnya, mampu membuat sajian yang menarik, interaktif, dan menyenangkan.
Suatu ketika penulis memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari mengenai aneka macam perkembangan bioteknologi. Siswa diberi kebebasan untuk memilih anggota kelompoknya dan kami hanya membagi menjadi beberapa konsep, dan setiap konsep diberikan kepada setiap kelompok. Hasil belajar itu mereka sajikan di hadapan teman-temannya dengan aneka macam bentuk sajian. Sebelum menyajikan mereka mengkonsultasikan sajian materi yang akan dipresentasikan. Sungguh menakjubkan, setiap kelompok menyajikan dengan cara yang berbeda.
Presentasi yang sangat menarik, di antara mereka ada yang mempresentasikan  teknologi Bayi Tabung dalam bentuk teatrikal. Mereka membuka sajian dengan konflik rumah tangga karena sekian tahun menikah belum mendapatkan keturunan.  Kemudian salah satu dari pemeran menawarkan pada pasangan keluarga tersebut untuk mengikuti program bayi tabung. Dalam bentuk dramatikal, mereka menyajikan teknologi bayi tabung. Sajian yang memukau dan kelas menjadi sebuah ruang pertunjukan dan kemudian dilanjutkan dengan diskusi antara penyaji dengan kelompok yang lain.
Sajian mengenai Pembuatan Antibiotik dipresentasikan dengan cara yang unik, yaitu dengan mempergunakan  wayang karton. Dalam kelompok ada yang berperan sebagai narator, dan sebagai dalang. Ada beberapa wayang antara lain: wayang guru,wayang murid, wayang jamur dan wayang bakteri. Pentas dibuka dengan iringan musik yang biasa mengiringi pertunujukan “Topeng Dhalang- Sumenep”. Narator membacakan kisah yang akan dipentaskan. Kemudian muncullah wayang guru dan diikuti wayang murid. Kemudian muncul dialog antara guru dengan murid mengenai kemajuan bioteknologi. Dialog berlanjut pada proses pembuatan antibiotik dengan dilatari iringan musik pertunjukan topeng dhalang,sehingga jadi sajian yang menarik.
Sebagian kelompok menyajikannya dengan mempergunakan media power point, memanfaatkan fasilitas sound dan video, sehingga sajiannya  menjadi sajiaan yang filmis dan musikal. Sebagian besar dari kelompok mencari pendalaman materi dari browing di internet.
Kelompok  yang lain lagi menyajikan pembuatan antibiotik dengan mempergunakan teater boneka. Kelompok ini memanfaatkan sejumlah boneka mainan yang ukurannya kecil untuk mempresentasikan pembuatan  antibiotik. Sebagian memerankan  bakteri patogen yang menyerang hewan yang sehat sehingga menjadi sakit.Kemduian dilanjutkan dengan pembuatan antibitiotik dengan mempergukan sejumlah boneka kecil. Penjelasan jadi menarik karena diperagakan dengan memprgunakan boneka sehingga materi yang abstrak menjadi riel .
Sebentuk sajian yang menegaskan bagi kita setiap anak memiliki keunikan, yang menunjukan kecerdasannya. Maka, ada alasan bagi guru untuk menelusurikecakapan setiap peserta didik, memasuki  keunikannya untuk kemudian dimanfaatkannya dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi menarik, interaktif dan menyenangkan. Tentu hal yang menyenangkan akan membawa hasil test yang lebih baik,  karena peserta didik  belajar merasa lebih enjoy dan tanpatekanan.***(hr).

Sumenep, 8 April 2012.




Tidak ada komentar: