Translate

Sabtu, 13 Juli 2013

Perubahan Mindset Guru

Kelompok siswa tengah asyik mengerjkan Fossil Artwork Project
Hidayat Raharja| Pendidik dan Pelaku Kebudayaan|
Memasuki tahun pelajaran 2013/2014 beberapa sekolah sasaran bersiap menyelenggarakan penerapan kurikulum baru. Beberapa guru dan kepala sekolah telah mendapatkan pelatihan dan diterapkan pelaksanaannya pada tahun ini. Hal yang sangat menarik adalah ketika mengikuti perkembangan pemberitaan dari pelaksanaan pelatihan tersebut. Banyak peserta yang tidak puas terhadap hasil pelatihan karena mereka hanya mendapatkan teori dan telaah terhadap buku pegangan guru dan buku pegangan siswa. Mereka tidak mendapatkan praktik bagaimana mengubah pola pembelajaran yang menekankan kepada proses. Jika ini yang benar terjadi, bisakah pelaksanaan kurikulum 2013 berlangsung sukses?
Kesuksesan pelaksanaan kurikulum 2013 sangat ditentukan oleh guru sebagai pelaksana di lapangan. Peran guru sebagai pelaku akan sangat menentukan terhadap perubahan pola pembelajaran yang diinginkan. Hal ini amat penting untuk dipahami sebab jika guru tidak bisa melakukan perubahan diri maka perubahan kurikulum yang dikehendaki juga tidak akan pernah terjadi secara riel.
Masih segar dalam ingatan penulis katika kurikulum 1994 disosialisasikan dan diterapkan disitu sudah dicanangkan perubahan pola pembelajaran yang berorientasi kepada pembelejaran siswa aktif –Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Ada instruktur nasional yang dipersiapkan, guru inti yang sudah dilatih kemudian menularkan kepada guru-guru pengajar yang ada di sekolah. Proyek ini diikuti dengan pendirian Balai Pelatihan Guru dan di setiap kabupaten didirikan Sanggar Pemantapan Kerja Guru IPA dan Matematika.
Ternyata upaya-upaya ini tidak banyak memberikan perubahan bagi kegiatan pembelajaran di sekolah, disamping karena keterbatasan fasilitas belajar, kadang cara pembelajaran yang seragam sebab analisis materi dan lembar kerja siswa sudah tersedia. Perangkat tersebut kadang tidak sesuai dengan ketersediaan yang ada  di sekolah. Akibatnya pembelajaran yang berlangsung kembali kepada hal-hal verbal dan selalu di dominasi oleh guru. CBSA diplesetkan menjadi Catat Buku Sampai Abis.
Pada kurikulum 2013 buku pegangan guru dan buku pegangan siswa disediakan oleh pusat, dengan harapan guru tidak lagi diribetkan dengan silabus dan materi ajar tinggal menyusun rencana pembelajaran yang akan dipersiapkan. Jika yang dikeluhkan oleh para guru peserta pelatihan yang menjadi sasaran pelaksanaan kurikulum 2103 diawal tahun ajaran baru mengenai bagaimana cara mempraktikan pola pembelajaran yang mengedepankan pembelajaran proses dan berkarakter serta penilaian yang variatif dan kompleks. Maka dapat dipastikan penyelenggaraan di awal tahun ajaran akan menimbulkan keraguan dan kerancuan, akan menemui banyak hambatan dan sudah tentu perlu pendampingan yang berlasung secara kontinyu.
Mengubah cara mengajar yang telah mengakar bagi para guru bukan hal mudah. Membuang kebiasaan-kebiasaan yang sudah dianggap nyaman oleh guru adalah hal paling sulit, kecuali dengan contoh kongkrit di hadapan mereka secara terus-menerus dan meyakinkan bagi mereka bahwa apa yang ditawarkan (perubahan) tersebut lebih bagus daripada yang mereka lakukan selama ini.
Menjadi guru adalah panggilan hati, mengajar  adalah seni.
Profesi guru adalah profesi yang mengemban amanat untuk mencerdaskan peserta didik juga mempengaruhinya untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, sehingga menunjukkan perubahan dari hasil belajarnya. Maka setiap yang dihadapi dalam menjalakan profesinya adalah sebuah tantangan yang harus dilewati sehingga tetap memiliki peran aktual dalam tutntutan perkembangan sains, teknologi dan seni.
Tuntutan perubahan pola pembelajaran adalah sebuah tuntutan perubahan yang harus diterima dan dijalani. Sebab, tuntutan perkembangan sains,teknologi dan seni telah menunjukkan perkembangannya yang sangat signifikan. Perkembangan sains dan teknologi telah mengubah cara belajar peserta didik. Mereka bisa mengakses informasi (ilmu pengetahuan) dari ruang pribadi mereka, dan bahkan sangat terbuka kemungkinan informasi yang dimiliki oleh peserta didik lebih daripada yang dimiliki oleh guru. Peran guru tidak bisa lagi mendominasi siswa, tetapi lebih tepat berperan sebagai patner belajar yang bisa mendampingi dan memberikan motivasi belajar, sehingga berkembang seiring dengan perkembangan usia dan norma yang berkembang dalam bermasyarakat.
Pilihan sumber belajar yang bervariasi dan latar belakang peserta didik yang beragam menjadikan mengajar sebagai sebuah seni menyampaikan dan mempengaruhi siswa belajar. Seni yang menuntut kreativitas guru dalam menentukan pilihan cara yang bervariasi dengan tetap mengedepankan pengalaman belajar siswa yang beragam, senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang diampunya sehingga menguasai(tangguh) dalam penguasaan materi.
Perubahan itu tidak seperti membalikkan telapak tangan, tetapi perlahan dan pasti. Sedikit demi sedikit untuk membuang kebiasaan lama dengan membuka keberanian untuk mencoba hal-hal baru. Serta yang paling penting adalah berani untuk memulai.
Sumenep,14 Juli 2013