(Mengenang Pertemuan
dengan D Zawawi Imron)
Bertemu dengan penulis buku merupakan suatu yang mengasyikkan,sebab
darinya kita akan banyak menimba pegalaman baik mengenai persoalan
dunia tulis-menulis ataupun mengenai kehidupan secara luas. Ketika membaca sebuah
buku yang selalu terbayang dalam pikiranku mengenai penulisnya yang hebat, bisa
mengungkapkan ide dan pengalamannya sehingga menjadi bacaan yang sangat
menarik. Ketika aku menulis, juga terbayang keinginan untuk menulis sebuah
buku, sebagai penanda keberadaan seorang penulis dengan karyanya yang bisa
menjadi bahan bacaan sewaktu-waktu bagi orang lain.
Pertemuanku pertama
adalah dengan D Zawawi Imron, seorang sastrawan dan budayawan yang karyanya
telah banyak dibukukan dan bahkan beberapa bukunya mendapatkan pengahargaan
baik di tingkat nasional dan di dunia internasional. Terakhir bukunga “Kelenjar Laut” mendapatkan penghargaan
dari Kerajaan Thailand. Sastrawan yang ramah dan selalu dengan tangan terbuka
menerima siapa pun yang ingin belajar kepadanya.
Saat itu bersama
teman-teman mengikuti diskusi sastra di kota Pamekasan, dan beliau adalah salah
satu pembicara dalam dialog. Aku terpesona dengan kecerdasannya, dan
kearifannya dalam menyikapi persoalan. Secara kebetulan saat usai acara kami
satu kendaraan di angkutan umum menuju ke kota Sumenep. Di perjalanan dia banyak bercerita dan
membacakan puisinya sembari becerita proses kreatifnya. Awal perkenalan yang
berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya sehingga menjadi persaudaraan
yang akhirnya mengenalkanku ke keluarganya.
Seorang penulis yang
sabar penuh dedikasi terhadap dunia yang ditekuninya, sehingga ia meminta
pensiun dini daripegawai negeri sipil dan total menenukni dunia penulisan
(khususnya Puisi). Beberapa catatannya yang muncul dimediacetak kemduian
dikumpulkan dan dibukukannya. Sebuah catatan yang merupakan perenungan terhadap
kehiduapn dan kesehariannya. Renungan terhadap hal-hal kecil di lngkungan yang
kemudian diolah sehingga memiliki makna bagi kehidupan bersama.
Suatu ketika aku diminta
untuk datang ke rumahnya berbicara mengenai kehidupan yang begitu luas. Dia
bercerita mengenai proses kreatifnya, tantangan-tantangannya, upaya untuk
menemukan inspirasi. Ya, inspirasi,ilham menurutnya tak harus ditunggu kedatangannya,
melainkan harus diciptakan. JIka dalam
keadan jenuh, biasanya Pak Zawawi mendatangi tempat-tempat sunyi , berdiskusi,
atau juga sesekali dituangkannya sketsa ke atas kertas. Ia menciptakan suasana
untuk mendpatkan inspirasi.
“Pernahkan kau dengar
suara nafas istri yang kelelahan,tidur
pulas di atas dipan?” Ujarnya. Sebuah renungan untuk mendengar suara nafas,
berdialog dengan sunyitubuh yang tengah istirahat untuk mengembalikan energi
tubuh yang hilang. Belajarlah dari
kesunyian, disitu kita akan mendapatkan banyak pelajaran, dan menenun
kesabaran.
“Pernahkah kau dengarkan
suara hujan berjatuhan di atap rumah?”Lanjutnya. suara rintik yang ritmis bagai
suara musikal yang berderai mengisi sunyi. Belajar mendengarkan suara-suara itu
akan melatih kepekaan kita terhadap lingkugan alam.
Jangan menulis untuk
mencari populartitas, sebab itu akan hancur. Populartitaskadang membuat kita
terlena, sehingga lupa. Tetapi menulislah dengan niat yang baik,. menulis
untuk memberikan kebaikan dan manfaat
bagi orang lain. Suara seruling yang merdu bukan karena serulingnya, tetapi
karena perasan hati peniupnya. Tulisan yang bagus karena saat menulis disertai
dengan perasaan nyaman dan tulus dari penulisnya. Pak Zawawi, engkaulah yang
mengajariku membaca dari kesunyian*****(HR)
2 komentar:
assalamu'alaikum bapak. bagaimana kabar bapak? semoga sehat dan dilindungi Allah SWT.
saya setuju dengan bapak, kalo menulis itu bukan untuk mengejar popularitas. melainkan untuk mengasah kepekaan dengan kata-kata. tapi pak, apakah catatan harian atau blog bisa dibukukan juga? terimakasih bapak :)
waalaikum salam. Alhamdulillah saya sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat,semoga demikian juga Nadia sekeluarga. Dari blog jadi buku wah bisa.banyak kok yang asalnya dari situyang penting tulus hehehe....
Posting Komentar