Dalam hidup aku
bertarung dengan darah
Dalam puisi aku
bertarung dengan kata-kata
(petikan surat Mardiluhung, 1997)
Itulah kamlimat yang
mengawali surat yang dikirimkan Mardiluhung seorang penyair di Gresik. Kalimat
yang penuh dengan dera untuk bertarung dalam memperjuangkan hidup dan puisi
(karya). Pertarungan yang menunjukkan kesungguhan dalam berkarya dan selalu
berusaha untuk mempertahankan kualitas produk atau karya yang
dihasilkan.Kata-kata yang dituliskan pada 15 tahun yang lalu,dan membuktikannya
dia sebagai penyair tangguh yang mendapatkan anugerah khatulistiwa award 2010.
Kesungguhan dalam
berkarya adalah sebuah pilihan, pun bermain-main dalam karya juga sebuah
pilihan. Apa yang selalu diingat dari seorang Mardiluhung? Adalah kesungguhanya
dan ketekunannya dalam berkarya untuk bersetia dengan puisi,dan sesekali menulis
esai dan cerpen. Selain itu keterbukaannya yang kadang juga kurang mengenakkan,
bahkan ada beberapa teman tersinggung dengan ucapannya.” Karyamu jelek, aku tidak
suka dengan tulisanmu!” ucapan yang gamblang dan kadang tak menegnakkan. Namun,
disitulah sebenarnya aroma pertarungan ditawarkan untuk menulis
bersungguh-sungguh, sehingga menemukan wilayah personal yang unik dan berbeda
dengan yang lain. Memilih untuk menghasilkan satu tapi bagus, daripada banyak
tulisan, namun hanya biasa-biasa saja. Sekali lagi ini sebuah pilihan!
Dalam hal menulis, sebuah
kritik adalah sebuah rambu pengingat. JIka bisa diikuti, ikutilah! Namun jika anda
yakin jalan yang anda tempuh adalah jalan yang benar, yakinlah bahwa apa yang
dilakukan adalah yang terbaik. Sungguh sebuah dunia yang unik karena kita
mengelola kata-kata untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Tulisan bagai
sebuah minuman, ada yang encer sehingga mudah dicicipi dan diterawang, mudah
dicerna dan diterka. Namun ada pula yang pekat sehingga butuh ketekunan dan
ketenangan untuk mecerna maknanya. Keduanya adalah pilihan dan memiliki peminat
dan penikmat yang berbeda.
Saya jadi teringat pada
sebuah dialog di sebuah stasiun televisi beberapa tahun yang lalu, antara Garin
Nugroho yang karyanya baru memenangkan penghargaan di luar negeri. Baginya
sebagai sineas membuat film itu adalah pilihan dengan kemasan estetik dan
artistik yang unik sehingga tidak semua penonton menikmatinya. Bahkan tidak sedikit
penonton yang tidak paham apa yang disampaikannya. Tapi semua sepakat kalau
filmnya “bagus” dan sering menuai penghargaan di negeri orang. Menurutnya apa
yang dilakukan merupakan sebuah pilihan. Dia mengistilahkan bahwa dalam dunia
tanaman, ada tanaman hias yang banyak penikmatnya dan mahal harganya. Namun
dalam kenyataannya ada beberapa orang yang mencintai dan merawat tanaman
langka. Dia menegaskan setiap pilihan ada konsekuensinya, ada penikmatnya.
Penulis adalah seorang
kepala pemerintahan yang mengatur “kata-kata” yang akan dipergunakan untuk
menyampaikan maksud dan keinginannya. Kata-kata adalah rakyat yang ditatanya, dikelolanya
sehingga menjadi masyarakat “Bahasa”yang tenteram bisa menyampaikan makna
kepada pembaca. Penulis adalah pemimpin terhadap “kata-kata” yang dikelolanya, maka
harus berjuang dan memperjuangkan kata-katanya untuk hidup di hati pembaca.
Maka, untuk menghidupkan kata-kata di hati pembaca, perlu menghidupkan
kata-kata dalam diri penulis, sehingga ia bisa “sehati” dengan penulis dan
menyampaikannya kepada pembaca.
Pertarungan dengan
kata-kata untuk dipilih dan dipergunakan, adalah sebuah perjuangan tersendiri
yang akan didapatkan dalam sebuah rentang waktu, dalam ruang permenungan dan
kontemplasi sehingga bisa membawa persoalan yang akan disampaikan. Sebab, pada
akhirnya tulisan bukan hanya menyampaikan pesan tetapi juga menyampaikan sosok
penulisnya yang menyatu dalam pilihan kata dan gaya penyampaian. Sesuatu yang
spesifik yang kemudian menjadi trade mark.
Semua akan ditentukan oleh bentang waktu, kesungguhan penulis bertarung, dan
terus mencari wilayah-wilayah kemungkinan yang bisa dimasuki.
Hasil pertarungan dengan
kata-kata di sepanjang wilayah jelajah kreativitas, akan menemukan sosok diri
penulis di dalamnya. Sebuah identitas yang mebedakannya dengan orang lain.
Karena ternyata menulis bukan hanya menyampikan sesuatu, tetapi menulis
menempatkan diri penulis dalam tulisannya.Tulisan yang memiliki karakteristik,
identik dengan penulisnya. Aku sampai dimana? Tidak usah risau, sebab orang
lain yang akan menentukan tempuhan yang kita peroleh. Yang perlu dipikirkan
adalah apalagi yang akan ditulis? Untuk itu, terus-menerus kita harus bertarung
dengan kata-kata, dan yakin kelak akan mampu merubah dunia.*****(HR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar