Buku adalah jendela dunia. Sebuah adagium yang mengisyaratkan
bahwa dengan sebuah buku yang dibaca, kita bisa melihat sesuatu yang baru,
sesuatu yang lain, menambah wawasan kita. Tidak berlebihan jika buku menjadi
sesuatu yang penting bagi manusia sebagai salah satu media untuk menyampaikan
dan menerima ide yang dituliskan oleh orang lain.
Membaca buku adalah memberi makan pikiran, dan akan menumbnuhkan
perasaan atau kepakaaan, sehingga dengan membaca sebuah buku seseorang akan
tersentuh untuk merasakan, membayangkan apa yang dibaca dan merealisasikannya
atau mencegahnya. Sebuah respon yang dilakukan oleh pemikiran yang akan
mempengaruhi tubuh dalam sebuah aksi. Maka, apabila makanan yang diberikan
merupakan buku yang bergizi maka akan berpengaruh pula terhadap pola pemikiran
yang membacanya. Namun, sebaliknya jika buku yang diberikan tidk mengandung
gizi yang baik, maka akan menyebabkan “tubuh
pikiran” kurang sehat.
Sejauh ini buku hanya dipandang sebagai obyek yang di
dalamnya mengandung pesan atau informasi yang harus disampaikan kepada orang
lain. Namun, lebih jauh dari sekadar obyek buku adalah subyek yang memiliki peran pentuing dalam mencerdaskan
cara berfikir dan bersikap. Buku sebagai subyek membawa identitas penyusun atau
penulisnya. Sebab, dalam sebuah buku terkandung pemikiran penulisnya. Penulis
yang kualifaid tidak akan menuliskan sesuatu yang bukan menjadi identitasnya.
Dari sinilah sebenarnya sebuah buku dapat mebawa usia seseorang (penulis).
Melihat perkembangan penerbitan dan teknolgi printing,
membuat buku adalah hal mudah dan
gampang. Bahkan dengan kemajuan teknologi kita dapat melakukan cetak buku satu
eksemplar, ya satu eksemplar dan seharga buku yang dijual di pasaran atau toko
buku umumnya. Namun, apakah dengan menghasilkan sebuah buku lalu sampailah
pesan dan tuntaslah tugas sebuah buku. Inilah persoalnnya?
Kemudahan dalam mencetak buku telah meningkatkan
produktivitas buku dan ragamnya, namun juga dari situ juga terdapat buku yang
tak banyak memberikan manfaat sehingga kurang diminati oleh pembaca dan
akhirnya hilang tanpa memberikan makna dan kesan dalam diri pembaca. Dalam
kondisi semacam ini, maka pembaca harus bertindak selektif dalam memilih buku,
bukan hanya pada kemasan tetapi juga kepada isi yang akan memberikan banyak
gizi bagi pemikiran dan kehidupan kita. Sebab, adakalanya publikasi yang gencar
membuat buku menjadi wah dan menarik minat pembaca. Namun setelah emmasuki pada
sajian isi kadang dioarasaakan tak banyak bermanfaat, bahasa yang mbulet dan sulit dipahami oleh orang
banyak adalah sebuah realitas yang dapat ditemukan.
Buku yang bagus, kaya informasi dan pengetahuan akan menjadi
tahan lama. Isi buku tersebut akan selalu diungkap dan dibahas sebagai refrensi
kehidupan manusia. Para pemimpin besar di dunia adalah pemimpin yang juga
menulis. Ir. Sukarno, Mahatma Gandhi. Fidel
, John F Kennedy, sebagian dari para tokoh dunia yang menuliskan
pikiran-pikiran dan pandangannya terhadap masa depan, sehingga terus-menerus
menjadi bahan rujukan dalam menghadapi persoalan kehidupan. Di dalamnya kita
akan menemukan sosok penulis yang larut dalam buku. Sehingga lewat tulisannya kita bisa mengenal
kehidupan si penulis. Lewat buku kita mengenal karakter sang tokoh (penulis),
serta lewat sebuah buku kita bisa melihat dan menghayati kehidupan masyarakat
suatu bangsa.
Kesungguhan dan sebagai pilihan, maka sesungguhnya menulis
sebuah buku akan menjadi bermakna bagi kehidupan, sebab disitulah kepribadian
penulis dipertaruhkan.Tidak ada sebuah buku yang bagus hadior karean sebuah
kebetulan, tetapi karena kecintaan dan klesungguhan si penulis dalam menuangkan
gagasan. Buku laksana anak yang dilahirkan dari para penulis. Buku Sebagai anak
yang harus banyak mendapatkan perhatian dan cinta dari penulisnya. Maka,
seluruh cintanya akan dituangkan pada setiap baris kata yang dituliskannya,
sehingga tulisan bukan hanya deretan huruf tanpa makna tetapi menjadi sebuah
barisan yang bergerak mempengaruhi pemikiran, perasaan dan sikap si pembaca. Maka, amat mustahil sebuah buku akan mempengaruhi pembaca jika ia
“dilahirkan” dengan paksa.
Tokoh dunia seperti Soekarno adalah tokoh yang banyak melahap
buku sehingga dia mengenal tokoh (pemikir) dunia lewat tulisan-tulisan yang
dibacanya. Dari sebuah buku yang memberikan informasi bagi pemikiran sehingga
memberikan banyak inspirasi bagi tokoh dunia untuk melakukan perubahan. Jika si
penulis mati, pemikiran yang ada daalm buku akan teruis dikenang dan ditafsir
ulang pada setiap jaman. Sehingga walau pun si penulis atau pemikir sudah mati,
namun pemikirannya masih hidup menjadi sumber refrensi bagi kehidupan masyarakat
banyak. Buku ternyata memperpanjang usia penulisnya.*****(HR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar