Usai Ujian Nasional, siswa sibuk mencari LBB (Lembaga Bimbingan
Belajar) untuk mempersiapkan diri memasuki Perguruan Tinggi melalui
SNMPTN. Bahkan
tidak sedikit siswa yang mengikuti LBB di kota propinsi karena disana banyak
yang ditawarkan dengan segala jaminanya. Ada kelas khusus dengan tarif khusus
untuk memasuki ITB dan Fakultas kedokteran. Untuk program intensif yang
dialksanakan selama sebulan penuh dan setiap hari ada 8 jam tatap muka, sertta
konsultasi terbuka selama 24 jam memasang tarif antara 9juta sampai 27 juta. Tawaran
yang wah dan menggiurkan karena semua yang instan menjadi pilihan bagi para
siswa untuk bisa memasuki fakultas dan perguruan tinggi yang diinginkan.
Bila melirik terhadap
keberadaan LBB, mereka sebenarnya mampu membaca peluang apa yang tidak
dilakukan oleh sekolah dan yang dibutuhkan oleh siswa. Setelah ujian nasional, hampir semua sekolah
tidak lagi memberikan pelajaran kepada siswa kelas XII, hal ini karena memang
secara kurikuler penyajian materi telah selesai. Siswa memanfaaatkan sisa waktu tersebut
dengan menguikuti LBB.
Ada pola yang berbeda
penaganan yang dilakukan oleh sekolah dan LBB. Di sekolah guru telah memprogram
selama satu tahun tentang materi yang
yang akan disajikan wsekaligus dengan ulangan dan ujian yang akan dilaksanakan.
Dalam penyajian materi di sekolah banayak menekankan kepada proses untuk
emamahamklan konsep kepada siswa, sehingga bukan hanya siswa bisa mengerjakan
soal tetapi juga bagaimana memahami maknanya bagi kehidupan. Seharusnya dengan pemahaman konsep yang
mendalam siswa akan dsapat memecahkan atau menajwab setiap soalo yang
diberikan. Namun, yang diharapkan tidak demikian. Karena kurang latihan soal,
maka siswa kurang terlatih untuk memcahkan soal yang tingkat kesulitannya
tinggi.
Inilah yang diambil alih
para peneglola LBB denganm meberikan pemahan konsep secara ringkas dan mudah
kemudian dengan memperbanyak mengerjakan latihan soal. Keberadaan LBB tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka
melakukan sesuatui secara profesional dengan mendatangkan psikolog untuk memantapkan
mental siswa serta mengadakan test bakat dan konsultasi secara kontinyu untuk
mengetahui kesiapan dan kemantapan siswa dalam menghadapi juian. Layanan yang
tidak dimilliki oleh semua sekolah, sehingga LBB menjadi tujuan siswa untuk
memperdalam latihan soal menghadapi ujian SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tuinggi Negeri).
Untuk memberuikan
kualitas layanan prima terhadap klien, LBB melakukan seleksi ketat terhadap
pengajar, secara berkala ada penilaian yang dilakukan oleh peserta bimbingan
belajar. Pengejar yang dinilai kurang bagus oleh peserta bimbel akan diganti
dengan yang lain. Sehingga setiap pengajar
akan berusaha untuk menyajikan kemampuannya secara maksimal, sebab jkika
tidak dia tidak akan dipergunakan kembali.
Hal semacam ini saya
temukan di beberapa sekolah yang memberikan hak kepada peserta didik untuk
emeberikan penilaian kepada guru pengajar, dengan tujuan untuk memperbaiki cara
mengajarnya sehingga bisa lebih dsiterima oleh peserta didik. Bahkan di sekolah
unggulan darul Ulum 2 Jombang, guru-gurunya masih muda beerkisar antara 20-30
tahun. Usia yang sangat enerjik dan produktif, sehingga ketika memberikan
layanan kepada murid seakan tidak ada sekat membatasi di antara mereka, meski tetap
dalam koriodor tatakrama dan aturan main yang berlaku.
Kondisi semacam itu pula
tenaga pengajar yang ada di LBB, muda, enerjik, dan menyukai tantangan. Streotip
yang banyak disukai para peserta bimbingan, kaerna mereka butuh semangat, teman
yang mampu mengenjot power dan ambisi mereka. Mereka temukan di lembaga
bimbingan. Di dalam LBB, kordinasi antar
pengajar adalah sebuah kekuatan yang belum tentu ditemukan di sekolah umum.
Salah satu contoh
pemnugasan untuk membuat karya tulis,
sebanyak 3 macam dalam satu semester. Penugasan ini jarang dilakukan
koordinasi natar mata pelajaraan, kaerna ego guru,m sehingga kian membebani
siswa. Membuat makalah untuk mata p;elajaran Bahasa Indonesia, Agama, dan
bahasa Indoensia dapat dibuat dengan satu makalah dan diubuat ranghkap tiga;
pertama untuk guru agama yang akan menilai tulisan dari sudut pandang agama,
bahasa Indoensai akan menilai dari sisi teknis dan tata bahasa, dan mata
leajaran biologi menilai pada materi biologinya.
Barangkali tidak ada
salahnya kalau sekolah melirik kepada LBB cara menangani belajar siswa secara
iontensif untuk memasuki perguruan tinggi, sebab duia bisa memberikan apa yang
tidak diberikan oleh sekolah. Atau kalau tidak, sekolah bisa menjalin kerjasama
dengan LBB sehingga bisa meringankanbeban biaya peserta didik. Hal ini ternyata
telah dilakukan oleh LBB dengan mendatangi sekolah untuk menawarkan priogram
yang dimilikinya.
Jika tidak, lambat dan
pasti LBB bisa berkembang menjadi lembaga pendidikan formal yang mengambil alih
siswa di sekolah formal, karena mereka mampu membaca kebutuhan peserta didik
dan tantangan yang dihadapi oleh peserta didik dan orangtua untuk bisa memasukkan
anaknya di Perguruan Tinggi pilihan.*****(HR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar