Translate

Minggu, 06 Mei 2012

Bercermin pada LBB; Apa yang Dilakukan Sekolah?


Usai Ujian Nasional, siswa sibuk mencari LBB (Lembaga Bimbingan Belajar) untuk mempersiapkan diri memasuki Perguruan Tinggi melalui SNMPTN. Bahkan tidak sedikit siswa yang mengikuti LBB di kota propinsi karena disana banyak yang ditawarkan dengan segala jaminanya. Ada kelas khusus dengan tarif khusus untuk memasuki ITB dan Fakultas kedokteran. Untuk program intensif yang dialksanakan selama sebulan penuh dan setiap hari ada 8 jam tatap muka, sertta konsultasi terbuka selama 24 jam memasang tarif antara 9juta sampai 27 juta. Tawaran yang wah dan menggiurkan karena semua yang instan menjadi pilihan bagi para siswa untuk bisa memasuki fakultas dan perguruan tinggi yang diinginkan.
Bila melirik terhadap keberadaan LBB, mereka sebenarnya mampu membaca peluang apa yang tidak dilakukan oleh sekolah dan yang dibutuhkan oleh siswa.  Setelah ujian nasional, hampir semua sekolah tidak lagi memberikan pelajaran kepada siswa kelas XII, hal ini karena memang secara kurikuler penyajian materi telah selesai.  Siswa memanfaaatkan sisa waktu tersebut dengan menguikuti LBB.
Ada pola yang berbeda penaganan yang dilakukan oleh sekolah dan LBB. Di sekolah guru telah memprogram selama satu tahun tentang  materi yang yang akan disajikan wsekaligus dengan ulangan dan ujian yang akan dilaksanakan. Dalam penyajian materi di sekolah banayak menekankan kepada proses untuk emamahamklan konsep kepada siswa, sehingga bukan hanya siswa bisa mengerjakan soal tetapi juga bagaimana memahami maknanya bagi kehidupan.  Seharusnya dengan pemahaman konsep yang mendalam siswa akan dsapat memecahkan atau menajwab setiap soalo yang diberikan. Namun, yang diharapkan tidak demikian. Karena kurang latihan soal, maka siswa kurang terlatih untuk memcahkan soal yang tingkat kesulitannya tinggi.
Inilah yang diambil alih para peneglola LBB denganm meberikan pemahan konsep secara ringkas dan mudah kemudian dengan memperbanyak mengerjakan latihan soal. Keberadaan LBB  tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka melakukan sesuatui secara profesional dengan mendatangkan psikolog untuk memantapkan mental siswa serta mengadakan test bakat dan konsultasi secara kontinyu untuk mengetahui kesiapan dan kemantapan siswa dalam menghadapi juian. Layanan yang tidak dimilliki oleh semua sekolah, sehingga LBB menjadi tujuan siswa untuk memperdalam latihan soal menghadapi ujian SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tuinggi Negeri).
Untuk memberuikan kualitas layanan prima terhadap klien, LBB melakukan seleksi ketat terhadap pengajar, secara berkala ada penilaian yang dilakukan oleh peserta bimbingan belajar. Pengejar yang dinilai kurang bagus oleh peserta bimbel akan diganti dengan yang lain. Sehingga setiap pengajar  akan berusaha untuk menyajikan kemampuannya secara maksimal, sebab jkika tidak dia tidak akan dipergunakan kembali.
Hal semacam ini saya temukan di beberapa sekolah yang memberikan hak kepada peserta didik untuk emeberikan penilaian kepada guru pengajar, dengan tujuan untuk memperbaiki cara mengajarnya sehingga bisa lebih dsiterima oleh peserta didik. Bahkan di sekolah unggulan darul Ulum 2 Jombang, guru-gurunya masih muda beerkisar antara 20-30 tahun. Usia yang sangat enerjik dan produktif, sehingga ketika memberikan layanan kepada murid seakan tidak ada sekat membatasi di antara mereka, meski tetap dalam koriodor tatakrama dan aturan main yang berlaku.
Kondisi semacam itu pula tenaga pengajar yang ada di LBB, muda, enerjik, dan menyukai tantangan. Streotip yang banyak disukai para peserta bimbingan, kaerna mereka butuh semangat, teman yang mampu mengenjot power dan ambisi mereka. Mereka temukan di lembaga bimbingan.  Di dalam LBB, kordinasi antar pengajar adalah sebuah kekuatan yang belum tentu ditemukan di sekolah umum.
Salah satu contoh pemnugasan untuk membuat karya tulis,  sebanyak 3 macam dalam satu semester. Penugasan ini jarang dilakukan koordinasi natar mata pelajaraan, kaerna ego guru,m sehingga kian membebani siswa. Membuat makalah untuk mata p;elajaran Bahasa Indonesia, Agama, dan bahasa Indoensia dapat dibuat dengan satu makalah dan diubuat ranghkap tiga; pertama untuk guru agama yang akan menilai tulisan dari sudut pandang agama, bahasa Indoensai akan menilai dari sisi teknis dan tata bahasa, dan mata leajaran biologi menilai pada materi biologinya.
Barangkali tidak ada salahnya kalau sekolah melirik kepada LBB cara menangani belajar siswa secara iontensif untuk memasuki perguruan tinggi, sebab duia bisa memberikan apa yang tidak diberikan oleh sekolah. Atau kalau tidak, sekolah bisa menjalin kerjasama dengan LBB sehingga bisa meringankanbeban biaya peserta didik. Hal ini ternyata telah dilakukan oleh LBB dengan mendatangi sekolah untuk menawarkan priogram yang dimilikinya.
Jika tidak, lambat dan pasti LBB bisa berkembang menjadi lembaga pendidikan formal yang mengambil alih siswa di sekolah formal, karena mereka mampu membaca kebutuhan peserta didik dan tantangan yang dihadapi oleh peserta didik dan orangtua untuk bisa memasukkan anaknya di Perguruan Tinggi pilihan.*****(HR)

Tidak ada komentar: