Wajah-Wajah (1) - Lukisan Hidayat Raharja |
Oleh: Hidayat Raharja| Pendidik dan Pelaku Kebudayaan
Pada suatu hari datang seorang kawan guru yang mengajar di daerah kepulauan
Sumenep. Dia mengajar di sebuah SMA Negeri yang berlokasi tidak jauh dari pantai.
Sebagai wilayah baru dengan latar budaya yang berbeda. Dia berdiskusi apa yang
harus dilakukannya. Kami mulai bicara mengenai tantangan, bahwa keberhasilan
itu bisa dilihat ketika kita mampu mengubah hal biasa menjadi hal yang luar
biasa. Salah satu tantangan yang amat menarik bahwa anak-anak di kepulauan
adalah anak-anak yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Anak-anak yang
memiliki hak yang sama dengan anak-anak di daerah lainnya.
Kerapkali pandangan guru diskriminatif dalam menilai
dan memahami peserta didik, sehingga selalu pesimis dan menyerah sebelum
berbuat atau selalu memberikan vonis peserta didik yang salah dan tidak bisa
menerima apa yang diberikannya. Pada hal setiap anak dan setiap wilayah
geografis memiliki potensial yang bisa berkembang secara dinamis. Persoalan
ketergantungan guru kepada kelengkapan fasilitas adalah hal yang sering banyak
dikeluhkan. Asumsi ini kerap muncul bahwa kalau fasilitasnya lengkap maka akan
bisa mengajar dengan baik. Ada sebuah catatan yang dituliskan oleh salah seorang
Guru Muda dari Indonesia Mengajar yang ditugaskan di daearah kepulauan Sangehe
– Sulawesi yang melihat pada suatu
sekolah fasilitas belajarnya lengkap tetapi tidak dimanfaatkan oleh guru,
karena para guru yang ada di sekolah tersebut tidak dapat menggunakannya.
Sebuah kondisi yang menjelaskan bahwa peran guru amat vital dalam pembelajaran
sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.
Dinamika perubahan sains, teknologi, dan seni adalah
sebuah titik tolak untuk senantiasa melakukan perubahan-perbuahan secara
dinamis. Perubahan yang terus berupaya untuk mengembangkan potensi peserta
didik sehingga yang tidak biasa-menjadi biasa, yang biasa menjadi –luar biasa.
Arah perubahan semacam ini membutuhkan keberanian guru untuk selalu keluar dari
zona nyaman memasuki zona-zona baru yang memicu kreativitas melintasi hambatan
menjadi sebuah tantangan baru yang mendebarkan. Maka, ketika tantangan (hambatan)
terlewati, akan terasa excited dengan
apa yang telah dilakukannya.
Guru pelintas batas adalah guru yang membuka diri dan berani
mencoba hal-hal baru untuk melakukan perubahan diri. Perubahan yang akan
membawa kepada perubahan yang lebih bagus, baik dalam sisi pengetahuan
(intelektual) dan menjelajahi berbagai kemungkinan untuk bisa mengembangkan
potensi anak secara optimal. Guru yang selalu berusaha untuk bisa menciptakan
suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Pembelajaran yang mampu memotivasi
peserta didik untuk menambah dan mengembangkan pengetahuannya secara mandiri.
Keberanian untuk menyikapi keterbatasan bukan hal
mudah ketika mindset para guru selalu
berasumsi fasilitas menjadi satu-satunya alasan untuk mencapai keberhasilan
dalam pembelajaran. Seorang kawan yang pernah ditempatkan di daerah kepulauan
Sumenep yang kebetulan sekolahnya bedekatan dengan pantai, memanfaatkan pantai
sebagai tempat dan sumber belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
diampunya. Peserta didik diajak untuk melakukan observasi, mengidentifikasi
kondisi pantai,potensi alam mendata mendokumentasikan dan mendisukiskannya.
Sebuah pembelajaran yang memiliki efek kompleksitas dalam diri peserta didik.
Seorang guru seni budaya di pesantren Annuqayah -
menjadikan Raden Saleh dan Lukisan Perang Diponegoro sebagai bahan diskusi
untuk menanamkan intelektualisme dan antikolonialisme kepada peserta didiknya. Sebuah
keberanian untuk melakukan hal baru yang jarang dilakukan guru selain apa yang
lazim dilakukan. Untuk meletupkan potensi setiap peserta didik dibutuhkan
energi yang mampu memantik percikan api dalam diri mereka sehingga berani untuk
melakukan interpretasi dan mengemukakannya di hadapan orang lain. Kesadaran
untuk menggali informasi dan kemudian berbagi dengan yang lain sehingga terjadi
pegesekan pemikiran yang mengasah kemampuan berpikir dari yang sederhana sampai
kepada yang kompleks dari yang konkret ke yang abstrak.
Berapa banyak guru yang berani melintasi batas dan
mengoptimalkan fasilitas yang ada untuk mengeksplorasi kemampuan peserta
didik? Bukan tidak ada, meski tidak
banyak setiap guru dengan berbagai latar belakang kultur yang dimilikinya
sebenarnya memiliki potensi yang bisa melintasi wilayah-wilayah kreatif.
Kesadaran untuk memahami kepemilikan wilayah kreatif yang perlu dijelajahi
barangkali yang jarang dimiliki oleh guru. Mencukupkan dengan apa yang telah
dimilikinya dan merasa nyaman dengan apa yang selama ini telah dilakukan dan
dirasakan nyaman adalah hambatan yang sering menghalangi kreativitas. Mereka
tidak berani untuk memasuki wilayah baru karena merasa nyaman dan aman dengan
apa yang dilakukannya. Sementara perkembangan pengatahuan, teknologi dan seni
terus berdetak dan bergelegak menimbulkan persoalan-persoalan baru dan menutut
kreativitas guru dalam mengembangkan potensi diri peserta didik.
Maka
tidak ada alasan bagi guru untuk menyerah kepada hambatan atau tantangan yang
bergelimpang di hadapan, melainkan dibutuhkan keberanian untuk: pertama, memahami bahwa setiap peserta
didik adalah unik dan memiliki latar belakang siosiokultural yang beragam.
Potensi subyek didik yang patut dikembangkan sesuai dengan bakat dan minat yang
mereka miliki. Tuntutan kebutuhan layanan yang mampu mengakomodir kebutuhan
mereka sehingga bisa mencapai kecerdasannya yang beragam. Kedua, menjelajah berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan untuk
mengeksplorasi kemampuan peserta didik sehingga mampu mengubah dari yang biasa
menjadi luar biasa. Menjadikan keterbatasan sebagai pemantik untuk menumbuhkan beragam
kreativitas. Ketiga, keluar dari zona
nyaman yang ada untuk mencoba tantangan baru (baik dari sisi sajian materi
pembelajaran mau pun pilihan metode) sehingga bisa memberikan menu yang
variatif dan mampu melayani kebutuhan peserta didik yang beragam. Kearifan lokal
adalah suatu kekayaan pengetahuan yang bisa kita jadikan jalan atau sumber
belajar yang bisa mengembangkan potensi diri peserta didik. Selamat melintasi
batas!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar