Translate

Kamis, 14 Maret 2013

Guru: Pelintas Batas Kreativitas


Wajah-Wajah (1) - Lukisan Hidayat Raharja
Oleh: Hidayat Raharja| Pendidik dan Pelaku Kebudayaan

Pada suatu hari datang seorang kawan guru yang mengajar di daerah kepulauan Sumenep. Dia mengajar di sebuah SMA Negeri yang berlokasi tidak jauh dari pantai. Sebagai wilayah baru dengan latar budaya yang berbeda. Dia berdiskusi apa yang harus dilakukannya. Kami mulai bicara mengenai tantangan, bahwa keberhasilan itu bisa dilihat ketika kita mampu mengubah hal biasa menjadi hal yang luar biasa. Salah satu tantangan yang amat menarik bahwa anak-anak di kepulauan adalah anak-anak yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Anak-anak yang memiliki hak yang sama dengan anak-anak di daerah lainnya.
Kerapkali pandangan guru diskriminatif dalam menilai dan memahami peserta didik, sehingga selalu pesimis dan menyerah sebelum berbuat atau selalu memberikan vonis peserta didik yang salah dan tidak bisa menerima apa yang diberikannya. Pada hal setiap anak dan setiap wilayah geografis memiliki potensial yang bisa berkembang secara dinamis. Persoalan ketergantungan guru kepada kelengkapan fasilitas adalah hal yang sering banyak dikeluhkan. Asumsi ini kerap muncul bahwa kalau fasilitasnya lengkap maka akan bisa mengajar dengan baik. Ada sebuah catatan yang dituliskan oleh salah seorang Guru Muda dari Indonesia Mengajar yang ditugaskan di daearah kepulauan Sangehe – Sulawesi  yang melihat pada suatu sekolah fasilitas belajarnya lengkap tetapi tidak dimanfaatkan oleh guru, karena para guru yang ada di sekolah tersebut tidak dapat menggunakannya. Sebuah kondisi yang menjelaskan bahwa peran guru amat vital dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.
Dinamika perubahan sains, teknologi, dan seni adalah sebuah titik tolak untuk senantiasa melakukan perubahan-perbuahan secara dinamis. Perubahan yang terus berupaya untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga yang tidak biasa-menjadi biasa, yang biasa menjadi –luar biasa. Arah perubahan semacam ini membutuhkan keberanian guru untuk selalu keluar dari zona nyaman memasuki zona-zona baru yang memicu kreativitas melintasi hambatan menjadi sebuah tantangan baru yang mendebarkan. Maka, ketika tantangan (hambatan) terlewati, akan terasa excited dengan apa yang telah dilakukannya.
Guru pelintas batas adalah guru yang membuka diri dan berani mencoba hal-hal baru untuk melakukan perubahan diri. Perubahan yang akan membawa kepada perubahan yang lebih bagus, baik dalam sisi pengetahuan (intelektual) dan menjelajahi berbagai kemungkinan untuk bisa mengembangkan potensi anak secara optimal. Guru yang selalu berusaha untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan. Pembelajaran yang mampu memotivasi peserta didik untuk menambah dan mengembangkan pengetahuannya secara mandiri.
Keberanian untuk menyikapi keterbatasan bukan hal mudah ketika mindset para guru selalu berasumsi fasilitas menjadi satu-satunya alasan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Seorang kawan yang pernah ditempatkan di daerah kepulauan Sumenep yang kebetulan sekolahnya bedekatan dengan pantai, memanfaatkan pantai sebagai tempat dan sumber belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diampunya. Peserta didik diajak untuk melakukan observasi, mengidentifikasi kondisi pantai,potensi alam mendata mendokumentasikan dan mendisukiskannya. Sebuah pembelajaran yang memiliki efek kompleksitas dalam diri peserta didik.
Seorang guru seni budaya di pesantren Annuqayah - menjadikan Raden Saleh dan Lukisan Perang Diponegoro sebagai bahan diskusi untuk menanamkan intelektualisme dan antikolonialisme kepada peserta didiknya. Sebuah keberanian untuk melakukan hal baru yang jarang dilakukan guru selain apa yang lazim dilakukan. Untuk meletupkan potensi setiap peserta didik dibutuhkan energi yang mampu memantik percikan api dalam diri mereka sehingga berani untuk melakukan interpretasi dan mengemukakannya di hadapan orang lain. Kesadaran untuk menggali informasi dan kemudian berbagi dengan yang lain sehingga terjadi pegesekan pemikiran yang mengasah kemampuan berpikir dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks dari yang konkret ke yang abstrak.
Berapa banyak guru yang berani melintasi batas dan mengoptimalkan fasilitas yang ada untuk mengeksplorasi kemampuan peserta didik?  Bukan tidak ada, meski tidak banyak setiap guru dengan berbagai latar belakang kultur yang dimilikinya sebenarnya memiliki potensi yang bisa melintasi wilayah-wilayah kreatif. Kesadaran untuk memahami kepemilikan wilayah kreatif yang perlu dijelajahi barangkali yang jarang dimiliki oleh guru. Mencukupkan dengan apa yang telah dimilikinya dan merasa nyaman dengan apa yang selama ini telah dilakukan dan dirasakan nyaman adalah hambatan yang sering menghalangi kreativitas. Mereka tidak berani untuk memasuki wilayah baru karena merasa nyaman dan aman dengan apa yang dilakukannya. Sementara perkembangan pengatahuan, teknologi dan seni terus berdetak dan bergelegak menimbulkan persoalan-persoalan baru dan menutut kreativitas guru dalam mengembangkan potensi diri peserta didik.
Maka tidak ada alasan bagi guru untuk menyerah kepada hambatan atau tantangan yang bergelimpang di hadapan, melainkan dibutuhkan keberanian untuk: pertama, memahami bahwa setiap peserta didik adalah unik dan memiliki latar belakang siosiokultural yang beragam. Potensi subyek didik yang patut dikembangkan sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. Tuntutan kebutuhan layanan yang mampu mengakomodir kebutuhan mereka sehingga bisa mencapai kecerdasannya yang beragam. Kedua, menjelajah berbagai kemungkinan yang bisa dilakukan untuk mengeksplorasi kemampuan peserta didik sehingga mampu mengubah dari yang biasa menjadi luar biasa. Menjadikan keterbatasan sebagai pemantik untuk menumbuhkan beragam kreativitas. Ketiga, keluar dari zona nyaman yang ada untuk mencoba tantangan baru (baik dari sisi sajian materi pembelajaran mau pun pilihan metode) sehingga bisa memberikan menu yang variatif dan mampu melayani kebutuhan peserta didik yang beragam. Kearifan lokal adalah suatu kekayaan pengetahuan yang bisa kita jadikan jalan atau sumber belajar yang bisa mengembangkan potensi diri peserta didik. Selamat melintasi batas!!!

Tidak ada komentar: