Perempuan-Perempuan - Lukisan Hidayat | R |
Oleh: Hidayat Raharja|Pendidik dan
Pelaku Kebudayaan
Grafiti sebagai bentuk
karya seni berupa garis atau bidang atau tulisan yang tertulis di dinding
bangunan dan jalan seputar kota. Sebuah coretan yang kerap dan dianggap sebagai kegiatan illegal dan mengotori keindahan kota.
Sebuah kompleks pertokoan yang berderet rapi dan bersih tiba-tiba
dipagi harinya sudah dipenuhi coretan-coretan, kadang
tak dimengerti maksudnya. Namun hampir di setiap generasi aktivitas grafiti yang diidentikkan dengan
vandalisme selalu hadir untuk mengabadikan kenangan atau pun untuk
mengenalkan identitas diri atau
kelomponya.
Dalam sejarah purbakala
coretan-coretan manusia purba di dinding gua adalah sebuah gambar yang
memberikan harapan terhadap apa yang digambarkannya. Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif
sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan
sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat
berburu.(id.Wikipedia.org.).Beberapa fakta gambar dan coretan di dinding menggambarkan
hewan yang tengah berlari dengan pemburu bertombak mengejar di belakangnya,
adalah sebuah gambaran yang melukiskan kehidupan berburu mereka. Gambaran yang menjelaskan hewan buruan dan harapan akan
keberhasilannya memburu binatang dimaksud. Juga menggambarkan bahwa mereka telah berhasil memburu
binatang liar yang jadi konsumsi mereka.
Dinding gua menjadi media
komunikasi manusia purba dengan
menyampaikannya lewat tulisan dan gambar. Gambar yang di dalamnya menyimpan
pesan dan harapan merupakan sebuah komunikasi personal dan komunal tentang
keseharian yang mereka jalani dan lakukan. Realitas yang menandaskan bahwa di
dalam kehidupan manusia purba, komunikasi di antara mereka tidak cukup secara
verbal tetapi juga secara visual. Sebuah realitas dinamika
peradaban manusia dengan kemampuan kemunikasi yang memadukan imajinasi
dan nalar yang saling melengkapi. Kemampuan yang akan terus tumbuh dan
berkembang mengikuti irama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di zaman Mesir kuno, seni
grafiti juga berkembang sebagai aktifitas melukis di dinding-dinding piramida.
Lukisan sebagai wujud komunikasi antara alam lain. Sebuah ungkapan harapan terhadap kehidupan yang meninggal
atau telah pergi ke alam yang lain. Harapan menemukan
kebahagiaan,atau untuk menyampaikan pesan kepada yang telah meninggal.
Seni grafiti sebagai
sarana ketidakpuasan atau pemberontakan dimulai
pada zaman Romawi,dengan hadirnya beberapa lukisan yang berisi sindiran kepada kebijakan pemerintah yang
digoreskan di dinding bangunan. Fakta sebagaimana ditemukan di reruntuhan
bangunan di kota Pompeii. Sementara di Roma
dijadikan sebagai alat propaganda terhadap penyelenggaraan keagamaan yang
dilarang kaisar waktu itu.
Indonesia di masa
revolusi merupakan salah satu bentang waktu yang menjadikan grafiti sebagai
salah satu media untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Coretan
merdeka atau Mati adalah sebentuk goresan huruf yang memiliki makna
revolusioner. Makna yang mengemban tugas kebangsaan dan pengorbanan (jiwa) dan
raga. Ada jiwa dalam coretan sehingga memantik semangat revolusi bagi bangsa
Indoensia dan juga memantik kejengkelan
bagi kaum kolonial. Secara sembunyi tulisan itu disebarkan di aspal jalanan, tembok rumah ataupun gedung pemerintahan ketika
gelap rebah. Ketika penguasa lengah dalam tidur petang.
Di masa kekuasaan orde
baru saat rezim penguasa mencanangkan pengendalian jumlah kelahiran (penduduk)
dengan program Keluarga Berencana (KB), maka segala macam slogan tertulis di
pepohonan dengan slogan dua anak cukup
laki perempuan sama saja. Di beberapa tempat
dan ruang bangunan yang kosong dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan (iklan) tersebut. Bahkan secara masif gerakan
tersebut dengan motto Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
dituliskan di genteng (atap) rumah penduduk dengan warna mencolok untuk
menandakan bahwa keluarga tersebut mengikuti program KB.
Secara longgar grafiti juga membentang di diding bak
truk dengan aneka pesan dan slogan yang berhubungan dengan kehidupan para driver truk yang melintas antar kota dan
propinsi. Gambar seorang perempuan muda yang tengah selonjor bertuliskan “kutunggu jandamu”, di bak yang lain bertuliskan “putus cinta itu biasa putus rem mati kita”, “si Bolang”, bahkan
kadang berisi tulisan yang jorok dan lukisan perempuan yang seksi.
Setahun setelah runtuhnya kekuasaan Husni Mubarak, di
jalan-jalan dn dinding-dinding kota di Kairo dipenuhi dengan hiasan grafiti
dari kelompok yang kontra terhadap Mubarok kelompok prodemokrasi dan juga
pendukung Husni Mubarak (2012). Sebuah bentuk seni grafiti yang mengambil peran
sebagai alat kontrol kekuasaan. Grafiti yang juga memenuhi dinding ibu kota
Jakarta pada saat berlangsung aksi demonstrasi yang menuntut reformasi. Aksi yang
menjalar ke berbagai kota di daerah,bahkan di Balai Pemuda Surabaya perupa
Saiful Hadjar membuat sebuah lukisan raksasa di atas kertas semen menutup
gedung balai pemuda menyerukan “ Mari Kita Revolusikan Impian Negeri Ini”
dengan dilatari lukisan ribuan massa yang tengah melakukan aksi demosntrasi.
Di tangan kaum muda seni grafiti menjadi media
ekspresi untuk menyatakan diri, menebarkan pengaruh dan kekuasaan. Kian banyak
grafiti dituliskan oleh kelompok tertentu sebagai penanda luasnya kekuasaan dan
pengikut mereka. C59 ujung aspal, GMC, Vacot, Backstreet, R2M Rank2Mole, joxzin
Crew, Toger, KAPPA, MMS, Revamres Community, GMC, Zakera, dan semacamnya. Adalah
potongan grafiti yang ditemukan di antara dinding kota dan bangunan perumahan.
Kadang tulisan mereka tumpang tindih seperti bertarung berebut permukaan dan
menusuk mata. Goresan yang memiliki makna gejolak atau berontak anak-anak muda
sebagai upaya mereka menyatakan eksistensi diri dan kelompok, sekaligus juga
penanda aktivitas kelompok yang mereka lakukan.
Tulisan C59 ujung aspal, penanda sebagai kelompok gang
motor sekaligus menyodorkan pertanyaan bagi para orangtua ketika C59 bermakna
sebagai akronim dari Cuma 5 menit jadi 9
bulan. Apakah perilaku seks bebas mereka? R2M = rank2mole secara harfiah bermakna
jarang pulang. Mereka sekelompok anak muda yang tidak mau terikat untuk pulang
ke rumah. Para petualang yang kemungkinan kurang perhatian dari oang tua
sehingga tak betah di rumah. Adakah sebagian kegelisahan kaum muda yang patut
mendapat perhatian bersama sehingga mereka bisa mengekspresikan diri secara
positif. Sudah saatnya di tiap kota punya arena untuk balap motor bagi remaja
yang gemar adu kecepatan motor di jalanan umum. Ada agenda balap secara
terjadwal sehingga mereka punya ruang pelampiasan dari buncahan hormon adrenalin
yang tak terbendung. Melarang mereka takkan banyak digubris sebab yang mereka butuhkan
bukan hardikan tetapi mereka butuh orang yang mendengarkan kegelisahan dan
kebutuhan mereka. Di tahun 80-90 an masih kerap diselenggarakan lomba grafiti
untuk menampung bakat remaja dan kaum muda yang suka corat-coret. Ivent seperti
ini dilakukan oleh ormas partai politik untuk menggaet pemilih pemula dan kaum
muda.
Sayang di saat era reformasi bergema justru
ruang-ruang untuk ekspresi bagi kaum muda malah kian menyempit. Bahkan seirama dengan
gelegak kapitalisme yang memasuki setiap ruang nafas dalam kehidupan ini
dinding-dinding bangunan di tepian jalan dipenuhi dengan “grafiti”yang
menawarkan layanan selluler dengan ukuran tulisan raksasa mencolok mata. Di
tengah kota sebuah baliho besar menerjang pandangan menawarkan aneka jenis
rokok sebagai konsumsi kaum muda. Kapitalisme yang mengambil alih ruang publik
dalam “grafiti” iklan yang “memaksa” kaum muda untuk memiliki, menggunakan, dan
mengkonsumsinya. Kepungan kapitalasime yang mebuat ruang ekspresi kaum muda
kian terdesak dan menjadikan mereka sebagai obyek yang konsumtif.
Saatnya kita berpikir ulang mengenai kehadiran
“grafiti” dari kaum muda yang dianggap mengotori kota, untuk memberikan ruang
ekspresi bagi mereka. Mengundang mereka untuk menggoreskan kreatifitasnya di
permukan tas, kaos, kanvas, gerabah sehingga menjadi obyek yang memiliki nilai
estetik dan ekonomi.Mengubah grafiti dari jalanan ke dalam ruang pamer yang
bermartabat dan bernilai eknomi. Beranikah disbudparpora sebagai dinas yang
berhubungan dengan pemuda (kaum muda) untuk memulainya?
Sumber bacaan:
(Seni Grafiti Marak Usai Revolusi,ROL,29 Januari 2012)
Seni
Grafiti,id.wikipedia.org,2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar