Bencana 1 - Karya Hidayat Raharja |
Oleh: Hidayat Raharja | Pendidik dan Pelaku Kebudayaan
Seorang guru biologi tertarik terhadap dunia (karya) sastra kerap kali dianggap sebagai guru tersesat, tersebab mereka tergila-gila terhadap
karya sastra. Sebuah anggapan yang membatasi seseorang untuk
menggali informasi. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa tidak ada hubungan
antara biologi dengan sastra. Penyekatan antar ruang pengetahuan, seringkali
menjadikan sebuah ilmu bersifat kaku, teralineasi dari ilmu lainnya sehingga
menimbulkan kebenaran-kebenaran egoistik bukan universal. Seringkali
pembatasan-pembatasan dalam minat belajar menjadi kebiri bagi perkembangan
potensi seorang anak manusia. Pembatasan itu telah mengalineasi kecerdasan
manusia yang multiple menjadi lebih
sederhana dan menjadi tidak berkembang. Batasan-batasan yang kemudian menjadi sinyal-sinyal
larangan untukditembus atau dihubungbalikkan. Jika demikian maka dunia pengetahuan
hanya akan menciptakan dunia ego yang lebih mementingkan kepada diri dan
kelompoknya.Merasa diri dan kelompoknya yang penting dan mengabaikan keberadaan
orang lain.
Dalam kaitan sastra dan sains adalah adalah dua sisi
mata uang yang seringkali dipandang jomplang. Tidak sedikit dari tenaga
pendidik yang mengalineasikan sastra dengan sains. Sastra sebagai dunia
imajinasi adalah sosok penting yang akan banyak memberikan pengaruh bagi
perkembangan sains,dan sebaliknya. Pada hakikatnya karya sastra memiliki
hubungan universal dengan kaidah-kaidah keilmuan lainnya. Ia bisa bersingungan
dengan ilmu geografi, bisa bertemu dengan ilmu sejarah, atau berpijak kepada
ilmu astrologi , dan yang lainnya.
Dunia sastra adalah dunia rekaan yang berangkat dari
sebuah dunia nyata dan diolah ke dalam dunia teks sehingga menjadi dunia baru
(yang lain). Di dalamnya terbangun idealisme yang dikonstruksi oleh pengarang.
Di dalam karya sastra ada dunia atau kehidupan baru yang saling berinteraksi
saling menjaga keseimbangan dan jika salah satu komponennya terganggu maka
ekosistem dalam cerita akan terganggu pula. Maka sesungguhnya memahami sastra
juga di dalamnya memahami persoalan sosioekologi dan kultural yang bertaut
dengan hidup dan kehidupan yang kompleks. Pun sebaliknya dunia sastra adalah sebuah
dunia yang saling terkait dengan biologi, fisika, kimia, antropologi, sosiologi
dan semacamnya. Sebuah sirkulasi keilmuan yang saling melengkapi.
Dunia sastra adalah dunia yang saling bertelusur
dengan ilmu-ilmu di luar sastra, sehingga pada sebuah teks karya sastra di
dalamnya akan banyak ditemukan bidang-bidang ilmulain yang menyusun kehidupan di
dalamnya, sehingga dunia dalam teks menjadi real. Bagaimana seorang Pramoedya
Menuliskan “Bumi Manusia” adalah sebuah hasil pergulatan dengan teks-teks
sejarah untuk membangun settting kolonialismedi daerah Surabaya seabagai daerah
perdagangan pada saat itu. Betapa tekun Pram menggali teks-teks mengenai
kondisi sosial dan pelacuran yang ada di wilayah surabaya saat itu. Perkawinan
antara pribumi dengan warga asing yang selalu menimbulkan persoalan-persoalan
dilematis di belakang hari adalah hal-hal yang menguatkan dunia sastra dengan
dunia luar sastra.
Sastrawan Wildan Yatim adalah salah seorang cerpenis
yang berlatar belakang pengetahuan Biologi. Dosen Biologi di Universitas
Padjadjaran – Bandung. Sebagai dosen biologi beliau juga menghasilkan buku
biologi di antaranya, Biologi (1974), Embryologi (1978),dan Genetika (1980). Sementara
karya fiksinya berupa cerpen dan novel, di antaranya cerpen “Surau
Baru”mendapatkan penghargaan dari majalah sastra Horison (1969). Novelnya
berjudul “Pergolakan” pernah memenangkan penulisan roman sebagai pemenang
ketiga yang diselenggarakan Panitia
Tahun Buku Internasional DKI Jakarta,1972. Pada tahun 1975 novel ini meraih hadiah
Yayasan Buku Utama Depdikbud. Analisis
beberapakritikus MeskiWildan ahli dalam bidang biologi, namun ada
deskripsi biologis hasil penelitiannya yang ditayangkan ke dalam sebuah novel.
Wildan sebagai seorang biolog selain menghasilkan buku biologi juga
menghasilkan karya sastra bermutu yang menempatkannya sebagai sastrawan
angkatan tahun 1966.
Tidak ada larangan untuk membaca karya sastra sebab
bacaan ini menjadi penting ketika otak kita hanya dijejali dengan
persoalan-persoalan logis yang mengasah otak kiri. Sebagai penyeimbang, bacaan
sastra sebagai teks akan membangun imajinasi dalam diri pembaca sehingga bisa
mengembangkan kemampuan otak kanan. Kemampuan memainkan imajinasi adalah hal
penting dalam dunia pengetahuan. Bila seorang anak mampu mengembangkan
imajinasinya maka ketika menyerap sebuah konsep, anak itu tidak akan
mendiamkannya, melainkan akan mengolahnya dalam pusat informasi di otak
mengembangkannya dalam imajinasi sehingga menimbulkan persoalan-persoalan baru
yang menarik bahkan inovatif.
Berkembangnya imajinasi akan sangat menguntungkan bagi
peserta didik karena akan mampu meralisasikan yang abstrak serta mempu
megembangkan konsep melintasi batas-batas keatif kepada hal-hal inovatif. Ia
akan menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi sebuah keniscayaan. Ia akan
berani mencoba hal-hal yang menurutnya mungkin dan menurut orang lain tidak
mungkin. Artinya berkembangnya imajinasi tersebut akan menunjang pribadi anak
dalam menentukan dan bersikap. Amat disanyangkan, ketika guru-guru
matapelajaran di sekolah tak pernah bersinggungan dengan karya sastra. Bahkan
persintuhan dengan matapelajaran yang diampunya. Kondisi yang kemudian membangun
ego, diri dan mata pelajarannya yang penting sedangkan yang lain tidak penting.
Pengembangan imajinasi dianggap sebagai khayalan yang keluar dari akal sehat
padahal sebenarnya terbangunnya imajinasi pada diri peserta didik akan
memudahkan untuk merealisasikan hal-hal yang abstrak serta kemampuanya untuk mencari
hubungan keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Sumenep, 20 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar