Translate

Rabu, 20 Maret 2013

Sastra,Sains, dan Imajinasi

Bencana 1 - Karya Hidayat Raharja
Oleh: Hidayat Raharja | Pendidik dan Pelaku Kebudayaan
Seorang guru biologi tertarik terhadap dunia (karya) sastra kerap kali dianggap sebagai guru tersesat, tersebab mereka tergila-gila terhadap karya sastra. Sebuah anggapan yang membatasi seseorang untuk menggali informasi. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa tidak ada hubungan antara biologi dengan sastra. Penyekatan antar ruang pengetahuan, seringkali menjadikan sebuah ilmu bersifat kaku, teralineasi dari ilmu lainnya sehingga menimbulkan kebenaran-kebenaran egoistik bukan universal. Seringkali pembatasan-pembatasan dalam minat belajar menjadi kebiri bagi perkembangan potensi seorang anak manusia. Pembatasan itu telah mengalineasi kecerdasan manusia yang multiple menjadi lebih sederhana dan menjadi tidak berkembang. Batasan-batasan yang kemudian menjadi sinyal-sinyal larangan untukditembus atau dihubungbalikkan. Jika demikian maka dunia pengetahuan hanya akan menciptakan dunia ego yang lebih mementingkan kepada diri dan kelompoknya.Merasa diri dan kelompoknya yang penting dan mengabaikan keberadaan orang lain.
Dalam kaitan sastra dan sains adalah adalah dua sisi mata uang yang seringkali dipandang jomplang. Tidak sedikit dari tenaga pendidik yang mengalineasikan sastra dengan sains. Sastra sebagai dunia imajinasi adalah sosok penting yang akan banyak memberikan pengaruh bagi perkembangan sains,dan sebaliknya. Pada hakikatnya karya sastra memiliki hubungan universal dengan kaidah-kaidah keilmuan lainnya. Ia bisa bersingungan dengan ilmu geografi, bisa bertemu dengan ilmu sejarah, atau berpijak kepada ilmu astrologi , dan yang lainnya.
Dunia sastra adalah dunia rekaan yang berangkat dari sebuah dunia nyata dan diolah ke dalam dunia teks sehingga menjadi dunia baru (yang lain). Di dalamnya terbangun idealisme yang dikonstruksi oleh pengarang. Di dalam karya sastra ada dunia atau kehidupan baru yang saling berinteraksi saling menjaga keseimbangan dan jika salah satu komponennya terganggu maka ekosistem dalam cerita akan terganggu pula. Maka sesungguhnya memahami sastra juga di dalamnya memahami persoalan sosioekologi dan kultural yang bertaut dengan hidup dan kehidupan yang kompleks. Pun sebaliknya dunia sastra adalah sebuah dunia yang saling terkait dengan biologi, fisika, kimia, antropologi, sosiologi dan semacamnya. Sebuah sirkulasi keilmuan yang saling melengkapi.
Dunia sastra adalah dunia yang saling bertelusur dengan ilmu-ilmu di luar sastra, sehingga pada sebuah teks karya sastra di dalamnya akan banyak ditemukan bidang-bidang ilmulain yang menyusun kehidupan di dalamnya, sehingga dunia dalam teks menjadi real. Bagaimana seorang Pramoedya Menuliskan “Bumi Manusia” adalah sebuah hasil pergulatan dengan teks-teks sejarah untuk membangun settting kolonialismedi daerah Surabaya seabagai daerah perdagangan pada saat itu. Betapa tekun Pram menggali teks-teks mengenai kondisi sosial dan pelacuran yang ada di wilayah surabaya saat itu. Perkawinan antara pribumi dengan warga asing yang selalu menimbulkan persoalan-persoalan dilematis di belakang hari adalah hal-hal yang menguatkan dunia sastra dengan dunia luar sastra.
Sastrawan Wildan Yatim adalah salah seorang cerpenis yang berlatar belakang pengetahuan Biologi. Dosen Biologi di Universitas Padjadjaran – Bandung. Sebagai dosen biologi beliau juga menghasilkan buku biologi di antaranya, Biologi (1974), Embryologi (1978),dan Genetika (1980). Sementara karya fiksinya berupa cerpen dan novel, di antaranya cerpen “Surau Baru”mendapatkan penghargaan dari majalah sastra Horison (1969). Novelnya berjudul “Pergolakan” pernah memenangkan penulisan roman sebagai pemenang ketiga  yang diselenggarakan Panitia Tahun Buku Internasional DKI Jakarta,1972. Pada tahun 1975 novel ini meraih hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud. Analisis  beberapakritikus MeskiWildan ahli dalam bidang biologi, namun ada deskripsi biologis hasil penelitiannya yang ditayangkan ke dalam sebuah novel. Wildan sebagai seorang biolog selain menghasilkan buku biologi juga menghasilkan karya sastra bermutu yang menempatkannya sebagai sastrawan angkatan tahun 1966.
Tidak ada larangan untuk membaca karya sastra sebab bacaan ini menjadi penting ketika otak kita hanya dijejali dengan persoalan-persoalan logis yang mengasah otak kiri. Sebagai penyeimbang, bacaan sastra sebagai teks akan membangun imajinasi dalam diri pembaca sehingga bisa mengembangkan kemampuan otak kanan. Kemampuan memainkan imajinasi adalah hal penting dalam dunia pengetahuan. Bila seorang anak mampu mengembangkan imajinasinya maka ketika menyerap sebuah konsep, anak itu tidak akan mendiamkannya, melainkan akan mengolahnya dalam pusat informasi di otak mengembangkannya dalam imajinasi sehingga menimbulkan persoalan-persoalan baru yang menarik bahkan inovatif.
Berkembangnya imajinasi akan sangat menguntungkan bagi peserta didik karena akan mampu meralisasikan yang abstrak serta mempu megembangkan konsep melintasi batas-batas keatif kepada hal-hal inovatif. Ia akan menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi sebuah keniscayaan. Ia akan berani mencoba hal-hal yang menurutnya mungkin dan menurut orang lain tidak mungkin. Artinya berkembangnya imajinasi tersebut akan menunjang pribadi anak dalam menentukan dan bersikap. Amat disanyangkan, ketika guru-guru matapelajaran di sekolah tak pernah bersinggungan dengan karya sastra. Bahkan persintuhan dengan matapelajaran yang diampunya. Kondisi yang kemudian membangun ego, diri dan mata pelajarannya yang penting sedangkan yang lain tidak penting. Pengembangan imajinasi dianggap sebagai khayalan yang keluar dari akal sehat padahal sebenarnya terbangunnya imajinasi pada diri peserta didik akan memudahkan untuk merealisasikan hal-hal yang abstrak serta kemampuanya untuk mencari hubungan keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Sumenep, 20 Maret 2013

Tidak ada komentar: