Translate

Senin, 23 September 2013

Guru Pendamping

Sebelum masuk kelas saya menyiapkan lembar kerja siswa yang akan dipergunakan untuk pembelajaran, Namun pada saat mau ngeprint, mesin printernya dipergunakan kawan guru matematika yang tengah menyiapkan materi “logaritme” yang akan dipergunakan pagi itu. Sambil menunggu hasil print kami bercakap mengenai pengalaman di dalam kelas sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013.  Kami bercerita mengenai tantangan yang ditemukan dalam kelas. Dia bercerita kalau butuh kesipan dan ketelatenan untuk mengajak anak berproses. Bahkan,  perlu banyak memberikan pujian sehingga anak termotivasi dan tetap fokus dalam belajar.

Salah satu tantangan yang sangat menarik adalah saat siswa mengkomunikasikan hasil belajarnya. suasana kelas menjadi hidup, selain karena ingin menyampaikan hasil diskusi, ada sebagian lagi memperolokkan teman yang menyampaikan hasil diskusi. Ya, mereka menertawakan temannya karena bisa menjawab permasalahan dan menyampaikannya dengan baik di depan kelas. Cibiran ini muncul, karena biasanya si anak tidak pernah bisa menjawab dengan baik, dan mendapatkan pujian dari guru.

“Ya, pasti saja bagus dan benar jawaban yang disampaikan, kan sudah baca buku?” celoteh di antara mereka yang kadang membuat kurang enak bagi teman yang lain.
Kondisi semacam ini kadang ditingkahi dengan tawa berderai oleh seisi kelas, sehingga anak yang baru menyampaikan pendapat menjadi malu di depan kelas.

Situasi semacam ini muncul, karena umumnya tertanam dalamdiri anak,bahwa kalau sesorang itu tidak bisa menjawab atau menyelesaikan masalah biologi, maka selama belajar seseorang itu tidak bisa mengusai pelajaran biologi. Asumsi semacam ini banyak tertanam dalam diri anak, sehingga perlu untuk selalu diingatkan dimotivasi sehingga bisa menerima keberadaan orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Di lain waktu, kadang diskusi kelas kurang hidup, banyak peserta pasif dan bahkan kurang bergairah, sebab sebelumnya mereka terbiasa dengan menerima konsep tanpa melalui proses penyampaian materi melalui pendekatan Scientific. Kondisi semacam  ini ternyata juga banyak dikeluhkan kawan guru yang lain.

Inilah sebenarnya tantangan yang amat menarik,  ketika buku pegangan yang dijanjikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tak kunjung ada dan tidak diperkenankan untuk menggunakan buku yang beredar di pasar karena tidak sesuai dengan kurikulum 2013. Tantangan bagi guru untuk  menyiapkan materi dan mengajak peserta didik untuk menggali data dan  informasi sehingga bisa menemukan konsep yang tengah dipelajarinya. Tantangan semacam ini membutuhkan persiapan yang matang dan kesungguhan, sehubungan juga dengan kebiasaan belajar siswa di tingkatan sebelumnya.

Bagi guru apa yang dilakukannya merupakan sebuah upaya untuk memenuhi tuntutan yang diinginkan dalam perubahan kurikulum, sekaligus berupaya untuk mengubah mindset memasuki era baru pembelajaran yang lebih terbuka, dinamis, dan demokratis. Upaya ini akan lebih efektif  jika guru di dalam kelas didampingi oleh guru pendamping untuk membantu mengatasi kekurangan-kekurangan yang ditemukan guru di dalam pembelajaran. Guru pendamping sebagai patner guru dalam pembelajaran, bukan mengawasi guru mengajar sehingga dengan posisi sebagai patner pendamping bisa membantu guru meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran.

Guru pendamping yang dibutuhkan adalah guru pendamping dari mata pelajaran sejenis, sehingga pendampingan dan pembimbingan bisa bersifat komprehensif baikmenyangkut teknis dalam pembelajaran mau pun terhadap penguasaan dan pengembangan materi yang diajarkan. JIka ini yang terjadi akan sangat menarik, guru akan selalu terpacu untuk mengembangkan diri dan pendamping akan banyak memberikan masukan serta motivasi bagi guru pengajar baik  dalam hal dedaktik-metodik mau pun dalam hal penguasaan dan pengembangan materi.

Namun impian ini takkan bisa terealisasi dalam  jangka pendek, sebab ketergesaan dan keterpaksaan penerapan kurikulum 2013 tidak disertai dengan penyiapan seperangkat kebutuhan dan sumber daya manusia, sehingga “sementara” yang dijadikan pendamping di daerah adalah Pengawas Sekolah bukan pengawas bidang studi, sebab di daerah kabupaten tidak ada pengawas yang memiliki sertifikat pengawas bidang studi. JIka pun ada rationya tidak sebanding dengan jumlah guru mata pelajaran yang ada di daerah.

Kalau pengawas berlatar pendidikan fisika melakukan pendampingan terhadap guru biologi bisa saja dilakukan kalau hanya menyangkut kepada teknis pembelajaran di dalam kelas, tetapi menjadi kurang tepat jika menyangkut pada kedalaman dan pengembangan materi. Tentu keadan ini akan berpengaruh pula terhadap persoalan teknis sehubungan keunikan dan kekhasan dari setiap konsep yang disajikan dalam materi biologi. Apalagi satu orang guru pendamping akan mendampingi guru tiga mata pelajaran yang telah mendapatkan workshop dan diklat mengenai kurikulum 2013.

Jangan-jangan nasib kurikulum 2013, sama dengan nasib kurikulum-kurikulum sebelumnya tanpa dievaluasi secara konkret dengan kenyataan di lapangan tiba-tiba dilenyapkan karena proyeknya sudah berakhir.

Tidak ada komentar: