Kelompok siswa tengah asyik mengerjkan Fossil Artwork Project |
Hidayat Raharja| Pendidik dan
Pelaku Kebudayaan|
Memasuki tahun pelajaran
2013/2014 beberapa sekolah sasaran bersiap menyelenggarakan penerapan kurikulum
baru. Beberapa guru dan kepala sekolah telah mendapatkan pelatihan dan
diterapkan pelaksanaannya pada tahun ini. Hal yang sangat menarik adalah ketika
mengikuti perkembangan pemberitaan dari pelaksanaan pelatihan tersebut. Banyak
peserta yang tidak puas terhadap hasil pelatihan karena mereka hanya
mendapatkan teori dan telaah terhadap buku pegangan guru dan buku pegangan
siswa. Mereka tidak mendapatkan praktik bagaimana mengubah pola pembelajaran
yang menekankan kepada proses. Jika ini yang benar terjadi, bisakah pelaksanaan
kurikulum 2013 berlangsung sukses?
Kesuksesan pelaksanaan
kurikulum 2013 sangat ditentukan oleh guru sebagai pelaksana di lapangan. Peran
guru sebagai pelaku akan sangat menentukan terhadap perubahan pola pembelajaran
yang diinginkan. Hal ini amat penting untuk dipahami sebab jika guru tidak bisa
melakukan perubahan diri maka perubahan kurikulum yang dikehendaki juga tidak akan
pernah terjadi secara riel.
Masih segar dalam
ingatan penulis katika kurikulum 1994 disosialisasikan dan diterapkan disitu sudah
dicanangkan perubahan pola pembelajaran yang berorientasi kepada pembelejaran
siswa aktif –Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Ada instruktur nasional yang
dipersiapkan, guru inti yang sudah dilatih kemudian menularkan kepada guru-guru
pengajar yang ada di sekolah. Proyek ini diikuti dengan pendirian Balai
Pelatihan Guru dan di setiap kabupaten didirikan Sanggar Pemantapan Kerja Guru
IPA dan Matematika.
Ternyata upaya-upaya ini
tidak banyak memberikan perubahan bagi kegiatan pembelajaran di sekolah, disamping
karena keterbatasan fasilitas belajar, kadang cara pembelajaran yang seragam
sebab analisis materi dan lembar kerja siswa sudah tersedia. Perangkat tersebut
kadang tidak sesuai dengan ketersediaan yang ada di sekolah. Akibatnya pembelajaran yang
berlangsung kembali kepada hal-hal verbal dan selalu di dominasi oleh guru.
CBSA diplesetkan menjadi Catat Buku Sampai Abis.
Pada kurikulum 2013 buku
pegangan guru dan buku pegangan siswa disediakan oleh pusat, dengan harapan
guru tidak lagi diribetkan dengan silabus dan materi ajar tinggal menyusun
rencana pembelajaran yang akan dipersiapkan. Jika yang dikeluhkan oleh para
guru peserta pelatihan yang menjadi sasaran pelaksanaan kurikulum 2103 diawal tahun
ajaran baru mengenai bagaimana cara mempraktikan pola pembelajaran yang mengedepankan
pembelajaran proses dan berkarakter serta penilaian yang variatif dan kompleks.
Maka dapat dipastikan penyelenggaraan di awal tahun ajaran akan menimbulkan
keraguan dan kerancuan, akan menemui banyak hambatan dan sudah tentu perlu pendampingan
yang berlasung secara kontinyu.
Mengubah cara mengajar
yang telah mengakar bagi para guru bukan hal mudah. Membuang
kebiasaan-kebiasaan yang sudah dianggap nyaman oleh guru adalah hal paling
sulit, kecuali dengan contoh kongkrit di hadapan mereka secara terus-menerus
dan meyakinkan bagi mereka bahwa apa yang ditawarkan (perubahan) tersebut lebih
bagus daripada yang mereka lakukan selama ini.
Menjadi guru adalah panggilan
hati, mengajar adalah seni.
Profesi guru adalah
profesi yang mengemban amanat untuk mencerdaskan peserta didik juga
mempengaruhinya untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, sehingga
menunjukkan perubahan dari hasil belajarnya. Maka setiap yang dihadapi dalam
menjalakan profesinya adalah sebuah tantangan yang harus dilewati sehingga
tetap memiliki peran aktual dalam tutntutan perkembangan sains, teknologi dan
seni.
Tuntutan perubahan pola
pembelajaran adalah sebuah tuntutan perubahan yang harus diterima dan dijalani.
Sebab, tuntutan perkembangan sains,teknologi dan seni telah menunjukkan
perkembangannya yang sangat signifikan. Perkembangan sains dan teknologi telah
mengubah cara belajar peserta didik. Mereka bisa mengakses informasi (ilmu pengetahuan)
dari ruang pribadi mereka, dan bahkan sangat terbuka kemungkinan informasi yang
dimiliki oleh peserta didik lebih daripada yang dimiliki oleh guru. Peran guru
tidak bisa lagi mendominasi siswa, tetapi lebih tepat berperan sebagai patner
belajar yang bisa mendampingi dan memberikan motivasi belajar, sehingga berkembang
seiring dengan perkembangan usia dan norma yang berkembang dalam bermasyarakat.
Pilihan sumber belajar
yang bervariasi dan latar belakang peserta didik yang beragam menjadikan
mengajar sebagai sebuah seni menyampaikan dan mempengaruhi siswa belajar. Seni
yang menuntut kreativitas guru dalam menentukan pilihan cara yang bervariasi
dengan tetap mengedepankan pengalaman belajar siswa yang beragam, senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang diampunya sehingga
menguasai(tangguh) dalam penguasaan materi.
Perubahan itu tidak
seperti membalikkan telapak tangan, tetapi perlahan dan pasti. Sedikit demi sedikit
untuk membuang kebiasaan lama dengan membuka keberanian untuk mencoba hal-hal
baru. Serta yang paling penting adalah berani untuk memulai.
Sumenep,14 Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar