Oleh:
Hidayat Raharja*
"Dialog Pagi" -karya Hidayat Raharja |
Perubahan adalah pasti. Masa
depan adalah wujud dari pertemuan antara masa lalu dengan masa kini. Masa depan
tidak akan lahir tanpa kehadiran saat ini. Maka, pastinya semua berharap
perubahan itu terjadi secara sinambung sehingga tidak menimbulkan gegar bagi
kehidupan. Hal ini jadi penting dalam perbincangan mengenai generasi mutakhir
yang dikenal dengan generasi Z (Gen Z). Bahwa mereka hadir tidak tiba-tiba
tetapi dilatarbelakangi oleh generasi sebelumnya. Sebuah generasi yang mewarisi
genetika dari generasi pendahulu. Artinya
secara genetis generasi mutakhir membawa sifat-sifat genetis dari pendahulunya
yang akan berinteraksi dengan lingkungan yang memunculkan sifat fenotif atau
perilaku pada suatu individu.
Sebegitu menarikkah Gen Z? Sangat menarik. Sebuah generasi yang hadir di
era puncak kemajuan teknologi informatika, di saat dunia berada dalam genggaman
tangan mereka. Dalam waktu serentak mereka bisa menyaksikan hiburan dari kamar
pribadi, sekaligus bisa mengirimkan informasi ke belahan dunia lainnya. Mereka
yang bergerak dari genaggaman tangan untuk melihat daerah yang akan dituju atau
pun untuk mengabarkan wilayah yang tengah dilintasi.
Teknologi komunikasi telah berbaur dengan fotografi serta seperangkat
piranti untuk memenuhi seluruh hasrat kaum muda dalam membangun komunikasi dan
menyatakan eksistensi diri. Selfie adalah cara ungkap dan cara mengekspresikan
diri yang unik. Sebuah narsisme yang menegaskan mereka berada di antara
keberadaan orang lain yang tengah berrebut ruang pribadi.
Meski tak cukup bagus memiliki telinga untuk dijadikan sebagai indera
pendengaran dengan gawai yang pintar yang mereka miliki tinggal pencet ikon
perekam untuk menyimpan seluruh informasi yang tengah didengarkan. Ketika malas
untuk mencatat keterangan guru atau narasumber yang ada di white board mereka cukup menekan tombol kamera di perangkat telpon
pintar di genggaman. Sebuah zona hidup yang memberikan kenyamanan sekaligus
merupakan ancaman,ketika merekatelah diperbudak oleh teknologi dan kehilangan
inisiatif serta kreativitas dalam menyelasaikan persoalan-persoalan hidup yang
mereka hadapi.
Gen Z adalah generasi yang lahir di tahun 2000 dan setelahnya. Generasi
yang lahir di tengah hirup pikuk produk teknologi informatika dan globalisasi
yang meretas batas-batas wilayah geografis, kebangsaan dan agama mereka.
Generasi yang membuat lembaga pendidikan menata ulang sistem pendidikan yang dijalankannya. Guru
menta ulang pola komunikasi dengan peserta didik dan orang tua menata ulang
pendekatan terhadap anak-anaknya. Dalam pertarungan aneka ideologi yang dipicu
oleh perkebangan teknologi informatika,tidak sedikit dari penentu kebijakan
dalam dunia pendidikan yang kebablasan sehingga kehilangan batas-batas
antara guru dan murid antara orangtua
dengan anak.
Banyak memberikan petuah kepada mereka, tidak akan banyak digubris, sebab
mereka telah banyak menyerap informasi dari lingkungan dan ruang pribadi yang
terhubung ke dunia luar yang jauh tak tertempuh. Mereka yang merasa lebih tahu,
dengan berbagai jejaring yang telah mereka pergunakan. Mereka berada
dalamasuhan masyarakat maya, yang ada tetapi tidak nyata. Tidak nyata tapi ada.
Generasi yang tidak lepas dari genggaman gawai untuk menyatakan eksistensi
mereka dengan berbagai status yang setiap saat diunggah di media sosial untuk
menandakan keberadaanya.
Beri mereka kesempatan untuk memaparkan gagasan atau pendapatnya dan
ajaklah berdialog dengan pendapat yang dikemukakannya. Guru dan orangtua patut
menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang sabar untuk merekam penuturan dan
tingkah mareka, dan bila tiba waktunya ajaklah mereka bertukar pendapat. Mereka
punya impian yang jauh melampaui pemikiran guru dan orangtua.
Tidak salah jika Soekarno menuturkan”Beri
aku lima orang pemuda, maka akan aku guncangkan dunia” Sebab anak muda
adalah agen perubahan. Orang muda adalah generasi yang akan menggantikan
estafet kepemimpinan di waktu yang akan datang. Mereka dengan strategis
menentukan sikap dan langkah hidup untuk menentukan masa depan. Mereka yang
dengan serius menggeluti kesukaan mereka, untuk mengubah main-main menjadi
sebuah kerja profesional.
Bukankah penemuan-penemuan besar diawali dengan sebuah main-main? Ya,
yakinlah bahwa penemuan besar itu berawal dari sebuah mani-main yang tak dinyana, main-main yang mustahil tetapi
kemudian berhasil menjadi sebuah temuan menakjubkan. Para pendiri bangsa ini
mulai bermain-main dengan dunia politik dari usia belasan tahun yang beberapa
tahun kemudian menjadi tokoh yang ditakuti dan disegani para pemimpin dunia.
Bagaimana dengan remaja kita yang populer disebut Gen Z? mereka telah
bermain-main dengan mengusung perpustakaan (telpon pintar) di genggaman tangan.
Bila mereka awas maka, tak ada yang tak bermanfaat di setiap putaran detak jam.
Sekedar narsis dimedia sosial untuk sekedar selfie atau update status sebelum
dan setelah bangun dari tempat tidur. Realitas menunjukkan bahwa dari sebagian
mereka dapat menjadikan main-main di media sosial menjadi sebuah peluang untuk
menjadi sebuah profesi yang menggiurkan. Bayu Skak yang rutin mengunggah video kreatifnya
banyak mendapatkan pengikut (follower) dan menjadi salah satu penghuni Youtube
dengan bayaran yang terus meningkat. Seorang pemuda diJawa tengah mengajari
anak-anak dan remaja dikampungnya untukngeblog dan menjadikan blog untuk
mendapatkan penghasilan dariiklan yang ditayangkan di blognya.
Barangkali yang patut dicermati adalah bagaimana dengan generasi mutakhir
dalam berinteraksi dengan sosial media. Mereka yang gamang dengan dirinya. Mereka
yang narsis namun tidak menunjukkan jati dirinya. Sebab, dari gaya narsis yang
mereka lakukan sebenarnya terkover apa yang ada dalam diri yang bersangkutan.
Inilah sebenarnya peran orangtua dan sekolah dalam menentukan karakter dan
identitas mereka sebagai kaum muda yang berpijak pada akar budaya yang unik dan
menjadi bagian dari masyarakat dunia.
Mereka secara genetis mewarisi akar budaya lokal dengan berbagai kearifannya
untuk tetap eksis dan bergumul dengan identitas yang jelas di tengah pergumulan
peradaban masyarakat dunia. Gen Z Indonesia yang diwarnai identitas lokal
(kesukuan), dan keragaman keberagamaan yang sangat santun terhadap kehadiran orang
lain yang berbeda. Maka, yang patut dipahami adalah bagaimana anak-anak muda
dalam pertarungan peradaban masyarajat dunia, mampu menunjukkan identitas
sebagai bangsa Indonesia yang unik dengan keragaman budayanya yang luhur. Kerifan
dan kesantuan yang menjadi identitas tidak hilang ditelan kegaduhan teknologi
informatika dalam arus globalisasi yang bertarung dengan glokalisasi.
Sumenep,
12 Maret 2016.
*Penulis, adalah guru, penikmat
budaya pop dan kisah sehari-hari.
3 komentar:
شركة تنظيف مكيفات بالدمام
شركة تنظيف مكيفات بالدمام
شركة جوهرة الجنوب للخدمات المنزلية وخدمات العزل تقدم لكم بعض الخدمات التي تقدمها في مدينة ابها وخميس مشيط وجازان
شركة عزل فوم بجازان
شركة عزل خزانات بخميس مشيط
شركة كشف تسربات المياه بخميس مشيط
Posting Komentar