( Sebuah Catatan dari Seleksi untuk Calon Peserta FLS2N 2016)
![]() |
Gambar -"Duka" - Hidayat Raharja |
Apakah pernah membaca karya-karya sapardi Djoko Damono? Atau
karya Sutardji Calzoum Bachri? Atau karya M.Aan Mansyur? Itulah pertanyaan yang saya lontarkan dan
sederet nama lainnya jajaran nama penyair Indonesia kepada para siswa yang
mengajak untuk mendirikan sebuah ruang kreatif yang mereka sebut bengkel
sastra. Mereka tersenyum dan
menggelengkan kepala, dan balik bertanya ;”Siapa Mereka?”
Gambaran di atas sebuah gambaran tentang sastra khususnya
puisi di Sekolah Menengah Atas yang kurikulumnya dijejali dengan aneka mata
pelajaran dengan seabreg tugas yang tak tertandingi. Kondisi yang membuat
mereka tak memiliki waktu lain untuk membaca karya sastra. Sebab,selain
waktunya banyak tersita oleh tugas-tugas
mata pelajaran juga waktu yang ada
digunakan untuk tambahan les mata pelajaran ataumengikuti bimbingan belajar.
Syukur mereka masih
mau sedikit mengenal dan belajar menulis karya sastra. Barangkali , kelakseteahtamat
dari SMA mereka bisa mendalami lebih jauh dan berkarya lebih poduktif. Harapan
ini bukan hampa belaka sebab dari karya mereka yang berminat membentuk dan
mengikuti bengkel sastra memilki karya yang lumayan menarik dan potensial.
Karya yang mengedepankan pengalaman-pengalaman hidup mereka dan respon terhadap
lingkungannya.
Juga rasa gembira
itu hadir ketika dilakukan seleksi siswa untuk mengikuti lomba cipta puisi di
ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat kabupaten Sumenep.
Ada 12 peserta menghikuti seleksi dengan menyerahkan 2 karya setiap peserta
seleksi. Seleksi dilakukan dengan tema
tentang keragaman budaya Indonesia dan dari juri memberikan lima kata
untuk dimasukkan ke dalam puisinya; komputer, tegal, taneyan, rokat, mesin.
Respon mereka
terhadap tema sangat menarik, sebab mereka senantiasa mengaitkan dnegan
pengalaman diri yang diungkap kannya ke dalam puisi. Berikut potongan
larikpuisi berjudul “Curahan Anak Pedalaman”
karya Irawati Dewi;
…Juluran tanah yang kami sebut
taneyan/Penghubung tempat rehat sedernana kami/permainan-permainan sederhana
terlukis dalam kenangan/otak kami tak secanggih komputer/namun alam telah menjadi
guru terbaik/leluhur melindungi kami dengan doa dan rokat/tak perduli hidup
modern manusia/kisah-kasih pedalaman terus tersimpan.//
Atau bisa pula kita nikmatipada larik puisi “Kenangan Rokat Tase’” karya Eksanti
Amalia KW berikut:
..dengarkanlah!/leluhur renta
melantunkan ayat suci/ rokat tase’dimulai/bunte’ diluncurkan/bebas…/bagai
manuver dalam tegal tak terarah//aura kebahagiaan terpancar/hiruk-pikuk dalam
taneyan/tersurat dalam alunan saronen/yang berderik tertatih-tatih/karatan, namun
penuh arti/
Dua buah puisi yang ditulis Irawati
Dewi mengisaratkan tentang kondisi kehidupan budaya di tengah masyarakatnya.
Pertama,adalah bagaimana ia memaknai tentang konmdisi anak-anak pedalaman yang
tertinggal secara teknologi namun dalam kebersaman dengan sesama dan juga alam
mereka belajar tentang hidup dan kehidupan. Sebuah kondisi yang mengisyaratkan
betapa ikatan kekeluargaan mereka merupakan sebuah kekuatan untuk menghadapi
persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Sebuah narasai yang cukup menarik,
namun perlu untuk meningkatkan kualitas puitika seperti dalam pemilihan diksi
yang lebih konotatif. Sebab, puisi berbeda dengan sebuah berita.
Lain halnya dengan puisi Eksanti
yang berjudul “Kenangan Rokat tase’” , sebuah upaya untuk mengenang kembali
tentang keindahan dari rokat tase’. Sebuah puisi yang menggambarkan
suasana di sebuah desa pesisir dengan
segalakeriangan dan hirukpikuk. Suatu pertunjukan yang bukan sekedar pesat pora
namun memilki kandungan makna bagi kehidupan manusia dan semesta. Pemilihan diksi yang cukupmenarik karena di
dalampuisi tersebut beberapa idiom lokal bertabur menguatkan suasana puisi.
Namun hal ini akan lebih menbraiketika juga puisi ini bukan hanya sekedar
suasana tetapi juga makan yang tersurat dan berekat-sekat.
Puisi yang lainnya juga cukup menarik
yang ditulis oleh Rully Aprilia ( ikarar Sajak dan Hikayat Keraton), Akbar
Sulthoni (dialog alam, Kala Senja di Gereja Tua). Dian Nurul Faziah (Tanah
Sendu, Kubangan), Ajeng Alfiyunika (Rayuan Pulau Madura. Menata Ruang Untuk
BErsama), Haikal Fawaid ( Sihir Malam, Bisakah?), Ibnu Affan (Satu Nol Nol Nol
JIwa di Masa Lalu, Berebut Rindu di Kota Tegal), FatholBari (Putraku, Saat Dia Meninggalkanku)
Risa Sufiana (Angin Kehidupan, Catatan Tinta Putih), Agisni Rahmatika ( Petang
telah Tiba, Rindu Desa Kecilku),Ajeng Wahyu Samudera (Suramadu, Topeng
Dhalang).
Keseluruhan
puisi-puisi dalam seleksi ini sangat menarik sebagai penanda bahwa geliat puisi
disekolah ini ada dan menarik. Pertama, Barangkali karena tak ada waktu, mereka
taksempat mengembangkan diri untuk berlatih tekuh menulis puisi sehingga
“anak”puisi yang dilahirkannya bisa tumbuh kembang dengan baik. Sebab, puisi bukan hanya sekedar curhat,
tetapi ada sebuah muatan baik dalam bentuk atau pun dalam ungkapan, serta
nilai-nilai yang bermakna bagi pembaca yang mencarinya.
Kedua, nilai yang
ditawarkan. Tak ada yang hampa dalam sebuah puisi namun akan ada nilai-nilai
yang disodorkan pencipta kepada pembacanya. Nilai-nilai inilah yang menjadi
makna sebuah puisi di hadapan penikmat atau pembaca. Nilai yang bisa diperoleh
dari hasil permenungan atau kontemplasi terhadap suatu pengalaman hidup yang
ditemui atau terhadap pengalaman literer yang dialami. Bahwa kata itu bukan
hanya sekesarkata tetapi memiliki makna lain yang tersurat di dalamnya.
Ketiga,
intelektualitas. Bahwa dibutuhkan kecerdasan untuk menciptakan sebuah puisi,
sehingga puisi bukan hanya sekedar barisan kata-kata indah yang mengawang-awang
dia tas angan. Intelektualitas yang akan memberikan bobot isi dalamkarya dan
juga akan sangat mempengaruhi kepada pembacanya. Puisi bukan hanya sekedar
keindahan namun di dalamnya ada nilai kehidupan atau sosial,di dalamnya ada
nilai-nilai pengetahuan yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan manusia.
Bahwa mencipta puisi
(juga bentuk karangan lainnya) dibutuhkan kesanggupan untuk mengembangkan
wawasan pengetahuan sehingga tulisan atau karya yang dihasilkan juga terus
berkembang secara dinamis. Jika anda suka menulis maka tentunya anda harus
sukan membaca karya-karya hebat, sehingga berpengaruh terhadap pemikiran anda
dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap karya-karya yang dihasilkan.
Bumi
Sumekar Asri, 18 Maret 2016
Hidayat Raharja, guru biologi dan penikmat puisi dan kisah sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar