Sketsa "KMP Selat Madura"1994 - Hidayat Raharja |
“Pagi Indonesia”
(Puisi SMS harian Saiful Hadjar Melawan Lupa)
Oleh: Hidayat Raharja| Pendidik, Penyair Sumenep.
Sastra termasuk puisi
menurut Aristoteles merupakan sebuah mimesis bagi kehidupan. Puisi merupakan
gambaran dari peristiwa yang terjadi didalam lingkungan sosialnya, memiliki
hubungan erat dengan masyarakat dimana puisi dicipta dan dilahirkan oleh
penyair. Maka tidak berlebihan jika
puisi menjadi salah satu pilihan untuk menyampaikan respon terhadap perubahan-perubahan
sosial politik yang tengah bergejolak.
“Pagi
Indonesia” adalah SMS Puisi Saiful hadjar yang disebar luaskan ke 200 teman
di seluruh Indonesia setiap hari. Sepanjang tahun 2011, ada ratusan puisi yang
ditulisnya. Puisi intu menjadi menarik saat disampaikan lewat SMS (Short Message Servives). Pilihan
publikasi yang selama ini hanya dipergunakan sebagai penyampai pesan remeh-temeh
atau sekadar mengisi luang waktu. Sebuah realitas yang meyakinkan bahwa puisi
bisa masuk ke berbagai wilayah ruang publik sebagai sebuah pesan singkat kepada
penerimanya. Dikirimkannya melalui sms menjadikan puisi sebagai pesan “penting”
bagi penerima sehingga akan segera dibuka dan dibaca oleh penerimanya.
Bagi Saiful Hadjar, SMS bisa menjadi media untuk persebaran
puisi-puisinya dan mengubah puisi sebagai barang yang serius menjadi sesuatu
yang biasa untuk dibaca, direspon, atau bahkan dihapus ketika penerima selesai
membaca atau karena tidak menyukainya. Salah satu kelebihan mempergunakan SMS
untuk persebaran puisi adalah bahwa puisi tersebut akan sampai kepada penerima
pesan. Ini akan berbeda ketika kita menaruh puisi di blog belum tentu bisa
dikunjungi dua ratus orang sehari, dan mengharuskan pengunjung tersambung
internet.
Lucien Goldman seorang
filsuf dan kritikus melihat sebuah karya sastra bukan hanya sekdar teks yang
berhubungan dengan si pengarang tetapi berhubungan dengan kelompok sosial yang
ada dimana puisi diciptakan. Goldman menekankan bahwa karya sastra
menggambarkan struktur mental yang terletak dalam perilaku sosial dan perilaku
sosial tersebut tidak bertalian erat dengan individu-individu lain atau antar
kelompok
Bertemu dengan puisi-puisi
Saiful Hadjar adalah sebuah pertemuan
dengan sebuah berita tentang situasi pagi itu namun berbeda dengan penyampaian
berita dalam sebuah news di media
massa. Apa responnya ketika terbetik berita nasional bahwa seorang TKW bernama
Darsem akan menjalani hukuman pancung di Arab Saudi. Berita yang menjadi sumber
inspirasi sms saiful hadjar berikut ini:
Darsem perempuan subang bela diri jaga
kehormatan menanti hukuman pancung di arab saudi/menteri luar negeri semangat
galang 4,7 milyar rupiah hanya untuk nebus kepala seorang darsem/jika
membutuhkan uang untuk kepala seribu darsem / habislah nasib seluruh pegawai kementerian
luar negeri/ setahun tak menerima gaji. (Pagi
Indonesia
62) 3
maret 2011 23:35:08
Betapa kontras hidup di negeri ini, sebagian rakyat harus bermigrasi ke
negeri orang dengan berbagai cara, illegal sekali pun, hanya untuk mengadu
peruntungan yang terkadang menanggung malang dan maut di seberang. Sementara
para pejabat negara dan wakil rakyat mendapatkan fasilitas nyaman sehingga
hidup tak kekurangan dari berbagai tunjangan dan mendapatkan fee proyek pembangunan.
Kontradiksi yang juga ditemukan dalam jaminan kesehatan
masyarakat miskin, seringkali salah sasaran karena tak becusnya petugas di
lapangan. Obat menjadi barang mahal sehingga tak semua warga miskin
bisamendapatkannya.
…..mendekati pada pasien-pasien bergeletakan/ menyerahkan diri dijemput ajal diajak kemana saja/ terdengar suara lamat-lamat
dari mulut anak itu, oh tuhan, beri mulut mereka obat mujarab walau
berupa tahi cecak atau air liur kecowak. (Pagi Indonesia (76) 19 Maret 2011 09:28:30
Dunia Pendidikan tak lebih hanya transfer pengetahuan dan
pemberian nilai, angka-angka. Pendidikan tidak mampu menjadikan anak untuk menentukan
dirinya sendiri. Secara ekstrim Saiful menawarkan adanya pendidikan yang
memberikan tawaran menjadi anak paling buruk dan paling baik, menurutnya begitu
seharusnya pendidikan dijalankan sehingga anak bisa menentukan dirinya. Tawaran
itu dapat disimak pada larik berikut:
Jikalau kau
sekolah ingin pandai/ begitu buruk nasibmu anak malang/jikalau sekolah melahirkan anak buruk dan baik/ begitu
miskinnya pendidikan menyediakan jalan/jikalau ada pendidikan mengajar
anak-anak jadi yang paling buruk dan paling baik/ begitu lapang guru itu
menatap zaman. “Pagi Indonesia (92)” 2 April 2011
07:56:42
Saiful mengakui kalau bangsa ini merupakan bangsa besar,
memiliki sejarah peradaban masa lalu yang gemilang dengan berbagai
peninggalannya. Namun sayang kita tidak mampu menjalankan dan
mengaktualisasikan kebesaran tersebut dan berhenti kepada mitos atau legenda.
Dalam puisi “Pagi Indonesia (77)” Saiful menuturkan:
Jepang punya bangsa semangat setinggi
matahari/ menghadapi kebocoran nuklir, tsunami dan gempa bumi dengan keteguhan hati/ takpernah merasa hancur walau hirosima dan nagazaki dibom atum tentara sekutu/jatuh tak lama bangkit yang
pernah mengebom resah melihat setiap geliatnya/terbaca negeri itu berbangsa besarsepanjang
zaman/kebalikan dengan kita bangsa besar berhenti jadi sejarah,mitos atau
legenda/ sementara semangat nenek moyang ada di negeri orang.( 20Maret 2011 05:48:40)
Secara genetis
puisi-puisi Saiful Hadjar adalah sebuah bentuk pergulatan dengan pemberitaan mengenai
peristiwa sosial politik yang terjadi di tanah air. Peristiwa yang bergulir ke
tengah masyarakat dan ditangkap penyair. Pergulatan yang melibatkan penyair
sebagai personal yang menerima peristiwa dan masyarakat sebagai tempat penyair tinggal
dan dan berbagai peristiwa saling bersilangan. Pergulatan peristiwa dan
pemikiran yang kemudian diwadahi dalam sebuah puisi berformat sms. Sebuah
pilihan yang menjadikan puisi tak ubahnya sebuah pesan pendek yang perlu
disampaikan kepada pembaca dan direspon entah dengan menuliskan jawaban atau
disimpan sebagai sebuah informasi penting atau bahkan dihapus setelah usai
dibaca.
Upaya-upaya terhadap
pengabadian persitiwa untuk tidak menjadi lupa, meski kadang pengekalan itu
hanya berlangsung diruang baca, sebab para penguasa telah dibutatulikan mata
hati dan telinganya.
Bumi Sumekar Asri, April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar