Usai mengikuti kegiatan
pemantapan mengenai perubahan penilaian
jabatan dan angka kredit guru, saya kembali masuk kelas pada jam12.00. Sudah lebih lima menit saya memasuki kelas
XII IIA 5, namun baru empat orang yang hadir dalam ruangan. Mereka mengira saya masiah belum selesai mengikuti
penataran. Selang beberapa menit mereka mulai berdatangan memasuki kelas. Apa
kabar? tanyaku, “baik,pak!” jawab mereka serentak.
“Ayo, kita bahas tugas yang dikerjakan pada waktu yang lalu.”
“Tugas yang mana,Pak?”
“Tugas saat saya berhalangan hadir,karena
ada tugas dinas,penataran di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur,minggu
yang lalu.”
Mereka semua terkesiap. Rupanya banyak dari mereka yang tidak mengerjakan
tugas. Saya meminta mereka mengumpulkan tugas yang dikerjakan untuk mengecek
hasil pekerjaannya. Mereka mulai gaduh dan saling tatap di antara mereka.
Ketika diminta untuk mengacungkan tangan bagi yang tidak mengerjakan
tugas,ternyata 34 orang tidak mengerjakan tugas.
Saya minta mereka untuk megerjakan tugas diluar kelas, dan hanya lima
orang yang ada di dalam kelas. Merekakeberatan untukmeninggalkan kelas. Tetapi,
saya memohon mereka untuk mengerjakan tugas terlebih dahulu diluar kelas. Baru
pada pertemuan berikutnya mereka bisa mengikuti pelajaran sebagaimana biasanya.
Sebagian siswaperempuan memohon, dan mereka mulai menangis,merasa
bersalah.Tapi,saya tetap meminta mereka mengerjakan tugas diluar kelas.
Saya mengajar di hadapan lima orang.Berdikusi dengan lima orang amat
mudah, namun pikiran saya berkelebat kepada 34 orang siswa yang saya keluarkan.
Apakah mereka meremehkan pelajaran yang saya berikan? Ada rasa jengkel
bergelantung di ulu jantung.
Malam hari,ada seorang siswa datang ke rumah mewakili teman-temannya untuk
meminta maaf. Kami ngobrol di teras
rumah. Dia menceritakan kalau pada waktu itu juga ada tugas mata pelajaran
agama yang harus dikumpulkan hari itu juga. Atas nama teman-temannya dia
memohon untuk mengikuti mata pelajaran biologi pada pertemuan berikutnya.
Mereka saya ijinkan untuk mengikuti pelajaran biologi di waktu berikutnya
salkan tugas yang telah diberikan diselesaikan terlebih dahulu.
Tak ada niatan untuk membenci
dengan mengeluarkan mereka dari dalam kelas, tetapi hanya untuk memberikan
pelajaran kepada mereka mengenai disiplin dan tanggungjawab. Saya memahami
kalau tugas siswa bertumpuk dan waktu mereka banyak tersita, tetapi itu semua
untuk menjadikan mereka menjadilebih tangguh, disiplin dan bertanggungjawab.
Di pertemuan berikutnya mereka yang saya keluarkan menyerahkan tugas yang
lalai dikerjakan.Semua berharap untuk bisa mengikuti pelajaran. Saya persilakan
mereka untuk mengikuti palajaran dan saya minta maaf apabila tindakan dan
hukuman yang saya berikan tidak berkenan. Saya jelaskan pada mereka,bahwa saya
ingin memiliki anak didik yang penuh disiplin dan tanggungjawab. Anak didik
yang selalu bekerja keras, pantang menyerah, dan selalu bisa menyiasati waktu.
Ada senyum binar di antara mereka dan mulai ceria kembali mengikuti
pelajaran. Senyum yang megembangkan harapan akan masa depan mereka. Masa depan
yang akan menggantikanku kelak. Jangan pernah menyerah…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar