Translate

Sabtu, 26 Mei 2012

Bertemu Dengan Penulis Buku#1

(Mengenang Pertemuan dengan D Zawawi Imron)
Bertemu dengan penulis buku merupakan suatu yang mengasyikkan,sebab darinya kita akan banyak menimba pegalaman baik mengenai persoalan dunia tulis-menulis ataupun mengenai kehidupan secara luas. Ketika membaca sebuah buku yang selalu terbayang dalam pikiranku mengenai penulisnya yang hebat, bisa mengungkapkan ide dan pengalamannya sehingga menjadi bacaan yang sangat menarik. Ketika aku menulis, juga terbayang keinginan untuk menulis sebuah buku, sebagai penanda keberadaan seorang penulis dengan karyanya yang bisa menjadi bahan bacaan sewaktu-waktu bagi orang lain.

Pertemuanku pertama adalah dengan D Zawawi Imron, seorang sastrawan dan budayawan yang karyanya telah banyak dibukukan dan bahkan beberapa bukunya mendapatkan pengahargaan baik di tingkat nasional dan di dunia internasional. Terakhir bukunga “Kelenjar Laut” mendapatkan penghargaan dari Kerajaan Thailand. Sastrawan yang ramah dan selalu dengan tangan terbuka menerima siapa pun yang ingin belajar kepadanya.
Saat itu bersama teman-teman mengikuti diskusi sastra di kota Pamekasan, dan beliau adalah salah satu pembicara dalam dialog. Aku terpesona dengan kecerdasannya, dan kearifannya dalam menyikapi persoalan. Secara kebetulan saat usai acara kami satu kendaraan di angkutan umum menuju ke kota Sumenep.  Di perjalanan dia banyak bercerita dan membacakan puisinya sembari becerita proses kreatifnya. Awal perkenalan yang berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya sehingga menjadi persaudaraan yang akhirnya mengenalkanku ke keluarganya.
Seorang penulis yang sabar penuh dedikasi terhadap dunia yang ditekuninya, sehingga ia meminta pensiun dini daripegawai negeri sipil dan total menenukni dunia penulisan (khususnya Puisi). Beberapa catatannya yang muncul dimediacetak kemduian dikumpulkan dan dibukukannya. Sebuah catatan yang merupakan perenungan terhadap kehiduapn dan kesehariannya. Renungan terhadap hal-hal kecil di lngkungan yang kemudian diolah sehingga memiliki makna bagi kehidupan bersama.
Suatu ketika aku diminta untuk datang ke rumahnya berbicara mengenai kehidupan yang begitu luas. Dia bercerita mengenai proses kreatifnya, tantangan-tantangannya, upaya untuk menemukan inspirasi. Ya, inspirasi,ilham menurutnya tak harus ditunggu kedatangannya, melainkan harus diciptakan.  JIka dalam keadan jenuh, biasanya Pak Zawawi mendatangi tempat-tempat sunyi , berdiskusi, atau juga sesekali dituangkannya sketsa ke atas kertas. Ia menciptakan suasana untuk mendpatkan inspirasi.
“Pernahkan kau dengar suara nafas  istri yang kelelahan,tidur pulas di atas dipan?” Ujarnya. Sebuah renungan untuk mendengar suara nafas, berdialog dengan sunyitubuh yang tengah istirahat untuk mengembalikan energi tubuh yang hilang.  Belajarlah dari kesunyian, disitu kita akan mendapatkan banyak pelajaran, dan menenun kesabaran.
“Pernahkah kau dengarkan suara hujan berjatuhan di atap rumah?”Lanjutnya. suara rintik yang ritmis bagai suara musikal yang berderai mengisi sunyi. Belajar mendengarkan suara-suara itu akan melatih kepekaan kita terhadap lingkugan alam.
Jangan menulis untuk mencari populartitas, sebab itu akan hancur. Populartitaskadang membuat kita terlena, sehingga lupa. Tetapi menulislah dengan niat yang baik,. menulis untuk  memberikan kebaikan dan manfaat bagi orang lain. Suara seruling yang merdu bukan karena serulingnya, tetapi karena perasan hati peniupnya. Tulisan yang bagus karena saat menulis disertai dengan perasaan nyaman dan tulus dari penulisnya. Pak Zawawi, engkaulah yang mengajariku membaca dari kesunyian*****(HR)

2 komentar:

Nadia K. Putri mengatakan...

assalamu'alaikum bapak. bagaimana kabar bapak? semoga sehat dan dilindungi Allah SWT.

saya setuju dengan bapak, kalo menulis itu bukan untuk mengejar popularitas. melainkan untuk mengasah kepekaan dengan kata-kata. tapi pak, apakah catatan harian atau blog bisa dibukukan juga? terimakasih bapak :)

hidayatraharja.blogspot.com mengatakan...

waalaikum salam. Alhamdulillah saya sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat,semoga demikian juga Nadia sekeluarga. Dari blog jadi buku wah bisa.banyak kok yang asalnya dari situyang penting tulus hehehe....