Translate

Senin, 14 Mei 2012

Bertarung dengan Kata-Kata


Dalam hidup aku bertarung dengan darah
Dalam puisi aku bertarung dengan kata-kata
(petikan surat Mardiluhung, 1997)



Itulah kamlimat yang mengawali surat yang dikirimkan Mardiluhung seorang penyair di Gresik. Kalimat yang penuh dengan dera untuk bertarung dalam memperjuangkan hidup dan puisi (karya). Pertarungan yang menunjukkan kesungguhan dalam berkarya dan selalu berusaha untuk mempertahankan kualitas produk atau karya yang dihasilkan.Kata-kata yang dituliskan pada 15 tahun yang lalu,dan membuktikannya dia sebagai penyair tangguh yang mendapatkan anugerah khatulistiwa award 2010.

Kesungguhan dalam berkarya adalah sebuah pilihan, pun bermain-main dalam karya juga sebuah pilihan. Apa yang selalu diingat dari seorang Mardiluhung? Adalah kesungguhanya dan ketekunannya dalam berkarya untuk bersetia dengan puisi,dan sesekali menulis esai dan cerpen. Selain itu keterbukaannya yang kadang juga kurang mengenakkan, bahkan ada beberapa teman tersinggung dengan ucapannya.” Karyamu jelek, aku tidak suka dengan tulisanmu!” ucapan yang gamblang dan kadang tak menegnakkan. Namun, disitulah sebenarnya aroma pertarungan ditawarkan untuk menulis bersungguh-sungguh, sehingga menemukan wilayah personal yang unik dan berbeda dengan yang lain. Memilih untuk menghasilkan satu tapi bagus, daripada   banyak tulisan, namun hanya biasa-biasa saja. Sekali lagi ini sebuah pilihan!

Dalam hal menulis, sebuah kritik adalah sebuah rambu pengingat. JIka bisa diikuti, ikutilah! Namun jika anda yakin jalan yang anda tempuh adalah jalan yang benar, yakinlah bahwa apa yang dilakukan adalah yang terbaik. Sungguh sebuah dunia yang unik karena kita mengelola kata-kata untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Tulisan bagai sebuah minuman, ada yang encer sehingga mudah dicicipi dan diterawang, mudah dicerna dan diterka. Namun ada pula yang pekat sehingga butuh ketekunan dan ketenangan untuk mecerna maknanya. Keduanya adalah pilihan dan memiliki peminat dan penikmat yang berbeda.

Saya jadi teringat pada sebuah dialog di sebuah stasiun televisi beberapa tahun yang lalu, antara Garin Nugroho yang karyanya baru memenangkan penghargaan di luar negeri. Baginya sebagai sineas membuat film itu adalah pilihan dengan kemasan estetik dan artistik yang unik sehingga tidak semua penonton menikmatinya. Bahkan tidak sedikit penonton yang tidak paham apa yang disampaikannya. Tapi semua sepakat kalau filmnya “bagus” dan sering menuai penghargaan di negeri orang. Menurutnya apa yang dilakukan merupakan sebuah pilihan. Dia mengistilahkan bahwa dalam dunia tanaman, ada tanaman hias yang banyak penikmatnya dan mahal harganya. Namun dalam kenyataannya ada beberapa orang yang mencintai dan merawat tanaman langka. Dia menegaskan setiap pilihan ada konsekuensinya, ada penikmatnya.

Penulis adalah seorang kepala pemerintahan yang mengatur “kata-kata” yang akan dipergunakan untuk menyampaikan maksud dan keinginannya. Kata-kata adalah rakyat yang ditatanya, dikelolanya sehingga menjadi masyarakat “Bahasa”yang tenteram bisa menyampaikan makna kepada pembaca. Penulis adalah pemimpin terhadap “kata-kata” yang dikelolanya, maka harus berjuang dan memperjuangkan kata-katanya untuk hidup di hati pembaca. Maka, untuk menghidupkan kata-kata di hati pembaca, perlu menghidupkan kata-kata dalam diri penulis, sehingga ia bisa “sehati” dengan penulis dan menyampaikannya kepada pembaca.

Pertarungan dengan kata-kata untuk dipilih dan dipergunakan, adalah sebuah perjuangan tersendiri yang akan didapatkan dalam sebuah rentang waktu, dalam ruang permenungan dan kontemplasi sehingga bisa membawa persoalan yang akan disampaikan. Sebab, pada akhirnya tulisan bukan hanya menyampaikan pesan tetapi juga menyampaikan sosok penulisnya yang menyatu dalam pilihan kata dan gaya penyampaian. Sesuatu yang spesifik yang kemudian menjadi trade mark. Semua akan ditentukan oleh bentang waktu, kesungguhan penulis bertarung, dan terus mencari wilayah-wilayah kemungkinan yang bisa dimasuki.

Hasil pertarungan dengan kata-kata di sepanjang wilayah jelajah kreativitas, akan menemukan sosok diri penulis di dalamnya. Sebuah identitas yang mebedakannya dengan orang lain. Karena ternyata menulis bukan hanya menyampikan sesuatu, tetapi menulis menempatkan diri penulis dalam tulisannya.Tulisan yang memiliki karakteristik, identik dengan penulisnya. Aku sampai dimana? Tidak usah risau, sebab orang lain yang akan menentukan tempuhan yang kita peroleh. Yang perlu dipikirkan adalah apalagi yang akan ditulis? Untuk itu, terus-menerus kita harus bertarung dengan kata-kata, dan yakin kelak akan mampu merubah dunia.*****(HR)

Tidak ada komentar: