Translate

Kamis, 14 Maret 2013

Grafiti, Kapitalisme, dan Pemberontakan Kaum Muda

Perempuan-Perempuan - Lukisan Hidayat  R
Oleh: Hidayat Raharja|Pendidik dan Pelaku Kebudayaan

Grafiti sebagai bentuk karya seni berupa garis atau bidang atau tulisan yang tertulis di dinding bangunan dan jalan seputar kota. Sebuah coretan yang kerap dan dianggap sebagai kegiatan illegal dan mengotori keindahan kota. Sebuah kompleks pertokoan yang berderet rapi dan bersih tiba-tiba dipagi harinya sudah dipenuhi coretan-coretan, kadang tak dimengerti maksudnya. Namun hampir di setiap generasi aktivitas grafiti yang diidentikkan dengan vandalisme selalu hadir untuk mengabadikan kenangan atau pun untuk mengenalkan identitas diri atau kelomponya.
Dalam sejarah purbakala coretan-coretan manusia purba di dinding gua adalah sebuah gambar yang memberikan harapan terhadap apa yang digambarkannya. Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.(id.Wikipedia.org.).Beberapa fakta gambar dan coretan di dinding  menggambarkan hewan yang tengah berlari dengan pemburu bertombak mengejar di belakangnya, adalah sebuah gambaran yang melukiskan kehidupan berburu mereka. Gambaran yang menjelaskan hewan buruan dan harapan akan keberhasilannya memburu binatang dimaksud. Juga menggambarkan bahwa mereka telah berhasil memburu binatang liar yang jadi konsumsi mereka.
Dinding gua menjadi media komunikasi manusia purba dengan menyampaikannya lewat tulisan dan gambar. Gambar yang di dalamnya menyimpan pesan dan harapan merupakan sebuah komunikasi personal dan komunal tentang keseharian yang mereka jalani dan lakukan. Realitas yang menandaskan bahwa di dalam kehidupan manusia purba, komunikasi di antara mereka tidak cukup secara verbal tetapi juga secara visual. Sebuah realitas dinamika peradaban manusia  dengan  kemampuan kemunikasi yang memadukan imajinasi dan nalar yang saling melengkapi. Kemampuan yang akan terus tumbuh dan berkembang mengikuti irama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di zaman Mesir kuno, seni grafiti juga berkembang sebagai aktifitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan sebagai wujud komunikasi antara alam lain. Sebuah ungkapan harapan terhadap kehidupan yang meninggal atau telah pergi ke alam yang lain. Harapan menemukan kebahagiaan,atau untuk menyampaikan pesan kepada yang telah meninggal.
Seni grafiti sebagai sarana ketidakpuasan atau pemberontakan dimulai pada zaman Romawi,dengan hadirnya beberapa lukisan yang berisi sindiran kepada kebijakan pemerintah yang digoreskan di dinding bangunan. Fakta sebagaimana ditemukan di reruntuhan bangunan di kota Pompeii. Sementara di Roma dijadikan sebagai alat propaganda terhadap penyelenggaraan keagamaan yang dilarang kaisar waktu itu.
Indonesia di masa revolusi merupakan salah satu bentang waktu yang menjadikan grafiti sebagai salah satu media untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme. Coretan merdeka atau Mati adalah sebentuk goresan huruf yang memiliki makna revolusioner. Makna yang mengemban tugas kebangsaan dan pengorbanan (jiwa) dan raga. Ada jiwa dalam coretan sehingga memantik semangat revolusi bagi bangsa Indoensia dan juga  memantik kejengkelan bagi kaum kolonial. Secara sembunyi tulisan itu disebarkan di aspal jalanan, tembok rumah ataupun gedung pemerintahan ketika gelap rebah. Ketika penguasa lengah dalam tidur petang.
Di masa kekuasaan orde baru saat rezim penguasa mencanangkan pengendalian jumlah kelahiran (penduduk) dengan program Keluarga Berencana (KB), maka segala macam slogan tertulis di pepohonan dengan slogan dua anak cukup laki perempuan sama saja.  Di beberapa tempat dan ruang bangunan yang kosong dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan (iklan) tersebut. Bahkan secara masif gerakan tersebut dengan motto Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dituliskan di genteng (atap) rumah penduduk dengan warna mencolok untuk menandakan bahwa keluarga tersebut mengikuti program KB.
Secara longgar grafiti juga membentang di diding bak truk dengan aneka pesan dan slogan yang berhubungan dengan kehidupan para driver truk yang melintas antar kota dan propinsi. Gambar seorang perempuan muda yang tengah selonjor bertuliskan “kutunggu jandamu”, di bak yang lain  bertuliskan “putus cinta itu biasa putus rem mati kita”, “si Bolang”, bahkan kadang berisi tulisan yang jorok dan lukisan perempuan yang seksi.
Setahun setelah runtuhnya kekuasaan Husni Mubarak, di jalan-jalan dn dinding-dinding kota di Kairo dipenuhi dengan hiasan grafiti dari kelompok yang kontra terhadap Mubarok kelompok prodemokrasi dan juga pendukung Husni Mubarak (2012). Sebuah bentuk seni grafiti yang mengambil peran sebagai alat kontrol kekuasaan. Grafiti yang juga memenuhi dinding ibu kota Jakarta pada saat berlangsung aksi demonstrasi yang menuntut reformasi. Aksi yang menjalar ke berbagai kota di daerah,bahkan di Balai Pemuda Surabaya perupa Saiful Hadjar membuat sebuah lukisan raksasa di atas kertas semen menutup gedung balai pemuda menyerukan “ Mari Kita Revolusikan Impian Negeri Ini” dengan dilatari lukisan ribuan massa yang tengah melakukan aksi demosntrasi.
Di tangan kaum muda seni grafiti menjadi media ekspresi untuk menyatakan diri, menebarkan pengaruh dan kekuasaan. Kian banyak grafiti dituliskan oleh kelompok tertentu sebagai penanda luasnya kekuasaan dan pengikut mereka. C59 ujung aspal, GMC, Vacot, Backstreet, R2M Rank2Mole, joxzin Crew, Toger, KAPPA, MMS, Revamres Community, GMC, Zakera, dan semacamnya. Adalah potongan grafiti yang ditemukan di antara dinding kota dan bangunan perumahan. Kadang tulisan mereka tumpang tindih seperti bertarung berebut permukaan dan menusuk mata. Goresan yang memiliki makna gejolak atau berontak anak-anak muda sebagai upaya mereka menyatakan eksistensi diri dan kelompok, sekaligus juga penanda aktivitas kelompok yang mereka lakukan.
Tulisan C59 ujung aspal, penanda sebagai kelompok gang motor sekaligus menyodorkan pertanyaan bagi para orangtua ketika C59 bermakna sebagai akronim dari Cuma 5 menit jadi 9 bulan. Apakah perilaku seks bebas mereka? R2M = rank2mole secara harfiah bermakna jarang pulang. Mereka sekelompok anak muda yang tidak mau terikat untuk pulang ke rumah. Para petualang yang kemungkinan kurang perhatian dari oang tua sehingga tak betah di rumah. Adakah sebagian kegelisahan kaum muda yang patut mendapat perhatian bersama sehingga mereka bisa mengekspresikan diri secara positif. Sudah saatnya di tiap kota punya arena untuk balap motor bagi remaja yang gemar adu kecepatan motor di jalanan umum. Ada agenda balap secara terjadwal sehingga mereka punya ruang pelampiasan dari buncahan hormon adrenalin yang tak terbendung. Melarang mereka takkan banyak digubris sebab yang mereka butuhkan bukan hardikan tetapi mereka butuh orang yang mendengarkan kegelisahan dan kebutuhan mereka. Di tahun 80-90 an masih kerap diselenggarakan lomba grafiti untuk menampung bakat remaja dan kaum muda yang suka corat-coret. Ivent seperti ini dilakukan oleh ormas partai politik untuk menggaet pemilih pemula dan kaum muda.
Sayang di saat era reformasi bergema justru ruang-ruang untuk ekspresi bagi kaum muda malah kian menyempit. Bahkan seirama dengan gelegak kapitalisme yang memasuki setiap ruang nafas dalam kehidupan ini dinding-dinding bangunan di tepian jalan dipenuhi dengan “grafiti”yang menawarkan layanan selluler dengan ukuran tulisan raksasa mencolok mata. Di tengah kota sebuah baliho besar menerjang pandangan menawarkan aneka jenis rokok sebagai konsumsi kaum muda. Kapitalisme yang mengambil alih ruang publik dalam “grafiti” iklan yang “memaksa” kaum muda untuk memiliki, menggunakan, dan mengkonsumsinya. Kepungan kapitalasime yang mebuat ruang ekspresi kaum muda kian terdesak dan menjadikan mereka sebagai obyek yang konsumtif.
Saatnya kita berpikir ulang mengenai kehadiran “grafiti” dari kaum muda yang dianggap mengotori kota, untuk memberikan ruang ekspresi bagi mereka. Mengundang mereka untuk menggoreskan kreatifitasnya di permukan tas, kaos, kanvas, gerabah sehingga menjadi obyek yang memiliki nilai estetik dan ekonomi.Mengubah grafiti dari jalanan ke dalam ruang pamer yang bermartabat dan bernilai eknomi. Beranikah disbudparpora sebagai dinas yang berhubungan dengan pemuda (kaum muda) untuk memulainya?
Sumber bacaan:
(Seni Grafiti Marak Usai Revolusi,ROL,29 Januari 2012)
Seni Grafiti,id.wikipedia.org,2012.

Tidak ada komentar: