Translate

Kamis, 15 Maret 2012

Sepakbola , Bisnis , dan Kebangsaan

Oleh: Hidayat Raharja *

Salah satu cabang olahraga yang paling banyak menyedot penggemaradalah Sepakbola. Banyaknya penggemar tersebut diwadahi dalam wadah Suporter Klub Sepakbola yang digandrunginya. Jakmania untuk para suporter Persija- Jakarta, Bonek (Suporter Persebaya), Viking (Persib- Bandung), Aremania (Suporter Klub Arema Indonesia - Malang). Sebentuk simbiosis antara pemilik klub dan suporternya. Dikatakan simbiosis, sebab berkat dukungan suporter para pemain yang berlaga di tengah lapangan mendapatkan pompa semangat menggiring bola ke gawang lawan.

Olah raga yang membutuhkan dan mengandalkan kerjasama team, maka dalam sepaksola sebenarnya diajarkan bagaimana bekerja sama dan bersinergi untuk mencapai keusesan. Tidak egoisme, karena untuk sampai di depan gawang bola digiring oleh beberapa pemain dengan tugas yang spesifik. Ada penjaga gawang yang bertugas untuk menyelamatkan dari kemasukan bola. Pemain belakang yang membangun pertahanan supaya tak tertembus serangan lawan, gelandang yang menjadi pembagi bola dan mengatur irama permainan dan penyerang aynag bertugas melumpuihkan pertahan dan membobol gawang lain.

Dalam kehidupan kita, sepakbola bukan hanya permainan kulit bundar yang diperebutkan untuk dimasukkan ke gawang lawan. Sepakbola telah berimplikasi dalam segenap sendi kehidupan umat manusia. Sepakbola membentuk kesepahaman antara sesama sehingga para pensukungnya perlu membangun komunitas suporter. Dan ternyata di Indonesia banyak pula dimanfaatkna dalam kepentingan politik tertentu di suatu daerah. Massa sepakbola diajdikan sebagai pendukung untuk memenangkan calon kepala daerah dalam pilkada. Lewat bola terbnagun kekerabatn antara bangsa. Supporter MU yang ada di Indonesia membeikan dukungan kepada klub yang diidolaknnya. Bahkan mereka mau mengeluarkan biaya yang mahal untuk emnyaksikan Klubnya bertanding di lapanagn hijau. Kuarng mampu secara finansial, mereka membuka Nobar (nonton Bareng) utnuk menyaksikan kepiawaian para pemain jagoannya berlaga lewat layar lebar di pendapa atau di kafe di berbgaai tempat.

Berkat sepakbola roda perekonomian masyarakat bergerak. Stiker, Slogan, dan aneka asesories diciptakan untuk klub tertentu yang akan di pergunakan sebagai kostem para vsuporter. Kostum yang akan menyatukan mereka di lapangan saat idola merega berlaga. Industri kaos bergerak, mulai dari mereka yang mengisi distro sampai lapak mpedagang kaki lima di emperan jalan.

Sepakbola, salah satu jenis olahraga yang banyak memiliki penggemar mulai dari penduduk di tengah pemukiman padat di perkotaan sampai jauh ke pelosok desa. Mereka kenal Manchester United, Tottenham Hotspur,Liverpool , AC Milan, Intermilan, Barcelona, misalnya. Mereka mengikuti program liga sepakbola yang dialngsungkan di berbagai Negara; Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Jerman, dan Liga Indonesia. Saking banyaknya penggemar, beberapa liga di Eropa disalurkan lewat saluran (chanel khusus). Bagi siapa yang ingin meliputnya harus membeli hak tayang tersebut. Niali jual yang berhaga milyaran rupiah. Sebab di situ banyak sponsor berdatangan untuk bisa muncul pada saat tayangan laga sepakbola berlangsung. Para sponsor mau membayar mahal, sebabasumsinya makin banyak penotnotnnya, makin banyak kemungkinan produknya doikeknal, sehingga makin banyak pula pembelinya.

Bisnis sepakbola. Sebuah bisnis yang menggiurkan, karena di dalamnya para pengelola menangguk keuntungan. Sepakbola buikan hanya memasukkan bola ke gawang lawan, tetapi di dalamnya telah melahirkan aneka bentuk seni yang memberikan penghiburan bagi para penonton. Bagaimana pemain mempertontonkan skillnya untuk menggiring dan memasukkan bola. Serta tak kalah menariknya disaksikan mata saat seorang pemain mencetak gol ke gawang lawan. Seremoni di lapangan tersebut telah menjadi sebntuk dancing yang khas bagi setiap pemain dan setiap klub. Ada pemain yang alir ke sudut lapangan lalu membuat tarian yang sejenak disorot kamera, sajian yang klhas dalm dunai sepakbola. Tarian perayaan yang kemudian banyak mengilhami para awak meia untuk emngabadikan cara seremoni tersebut sebagai sebentuk selebrasid alam dunia boila yang khas, dan unik.

Pemain bola, tak kalah gajinya dengan direktur eksekutif di kantor pemerintahan. Mereka menjadi bintang baru dalam dunia kaca. Sehingga kehadirannya kerap ditunggu penggemarnya untuk hanya sekedar mendapatkan tandatangan atau foto bersama. Popularitas menjadikan mereka panutan baru kaum muda. Tampang tak jadi masalah, namun gaya dan perilaku mereka di lapangan teklah menjadi sumber inspirasi baru bagi kaum muda. Bintang lapangan bola, adalah aktor baru yang memainkan peran di tengah lapangan dan banyak ditunggu penggemarnya untuk melakukan akting terbaik dan memasukkan bola ke gawang lawan.

Pemain bintang seringkali menjadi obyek industri, karena mereka diperjual belikan melewati agen pemain dengan nilai transfer yang harus dibagi dengan agensi. Sesampai di klub yang mengontrak atau membelinya, tidak ada jalan lain harus bermain baik dan memasukkan gol ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Jika mereka sudah tidak produktif, maka akan “disepak” keluar lapangan. Tidak sedikit anak-anak belia yang berbakat main bola dibeli oleh Manchester United. Anak-anak muda yang harus berpisah dengan orangtuanya di negeri yang baru. Anak-anak yang kehilangan masa-masa bermain. B ila mereka tak mampu bermain bagus, maka akan dkembalikan lagi. Pengalaman pahit yang akan melekat daalm kejiwaan mereka. Saat mereka tak mampu lagi memberikan produktivitas dalam industri sepakbola, harus siap disingkirkan.

Tak jauh berbeda dengan negeri kita, berbagai pemain bintang didatangkan dengan kontrak yang cukup mahal untuk meramaikan industri sepakbola. Sekolah sepakbola berdiri di berbagai kota untuk membina bakal pemain yang kelak bisa mengharumkan nama Indonesia. Christian Gonzales, Irfan Bachdim, Bambang Pamungkas, Firman Utina, Andik Vermansyah adfalah nama pesepakbola yang fenomenal. Penonton bola dipenuhi wanita-wanita cantik. Pemain bola menjadi ikon dan iklan beberapa produk minuman, dan makanan di Indonesia. Sepakbola mnjadi sumber penghidupan baru, dan memberikan isnpirasi sebagai profesi yang menjanjikan kesusksesan di masa yang akan datang.

Kebangsaan

Sungguh mengharukan di saat timnas Indonesia dengan julukan “Garuda” menaklukkan lawan-lawannya dengan skor yang meyakinkan saat perebutan Piala AFF beberapa waktu yang lalu. Sebuah keharuan sekaligus bangga. Karena selama ini masyarakat rindu memiliki tim sepakbola yang tangguh dan mempersembahkan juara bagi bangsanya.

Saat tim “Garuda” bertanding di piala AFF hampir dapat dipastikan jalanan akan sepi, mereka minggir ke warung kopi yang menyediakan televisi dan nonton bersama tanpa emmandang idendtas, kelas, dan asasl-usul status sosial mereka. Sebagian lagiu menyediakan tenda dan layar lebar di tanah lapang,dan disertai dengan hiburan organ tunggal menunggu waktu berlaga tiba. Kostim Garuda dicetak dalam jumlah besar dengan aneka kualitanya menjadi kebanggaan baru, anak-anmak samp[ai orang dewasa mengenakan kaos dan Jaket tim ‘ Garuda”. Para penggila bola di tanah air sedia meginap di emperan gelora Bungkarno untuk antri tiket dan menyaksikan pertandingan tim yang dibanggakannya. Sebuah pengorbanan besar untuk sepakbola dan untuk menyemangati para pemain berlaga di tanah lapang. Ujung-ujungnya untuk menegakkan martabat Bangsa yang selama ini kendur prestasi bolanya.

Meski akhirnya tim Indonesia tidak memenangi Piala AFF, namun kebersamaan pendukung timnas sepakbola masih bersatu padu menyuarakan kebangkitan bola. Semangat revolusi untuk sepakbola Indonesia. Kekalahan tidak membuat mereka marah atau membalas perlakuan penonton Malaysia. saat leg pertama timnas “Garuda” bermain di Malaysia beberapa penonton mengarahkan sinar laser ke wajah dan mata Markus Horison, sehingga membuyarkan konsentrasi. Perlakuan semacam itu tak dilakukannya saat leg kedua Malaysia tandang ke Gelora Bungkarno. Justru yang mengharukan para pendukung menunggu para pemain timnas. Meski merekla kalah tetap disanjung. Mereka mengelu-elukan Gonzales, Irfan bacdim, Bambang pamungkas, Ottomaniani misalnya seagai ikon baru dalam sepak bola Indonesia.

Demi bola, Gonzales, Irfan Bachdim. Kim Kurniawan melakukan naturalisasi menjadi warga negara Indonesia. Oleeee...oleeeee...olleee oleolee olee..oleee!!!!!




Tidak ada komentar: