Translate

Senin, 26 Maret 2012

Jam Terakhir

Jika anda menjadi seorang guru dan mengajar dalam suatu kelas, maka harus mempersiapkannya secara matang, sehingga apa yang diulakukan dapat memenuhi sasaran atau target kompetensi yang diinginkan. Sebuah strategi dan metode yang akan sangat menentukan selain penguasaan materi yang akan disajikan.

Ada suatu pengalaman yang cukup menarik, ketika penulis menyajikan materi pelajaran di jam terkahir. Suatu waktu yang telah kehabisan energi, dan pikiran sudah capai setelah seharian mengisi pelajaran di kelas. Masuklah aku dengan yakin membawa seperangkat peralatan mengajar, laptop dan persiapan mengajar lainnya. Usai mengucapkan salam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada saat itu, aku mulai membuka materi pelajaran dalam laptop dan menayangkan di layar yang ada di sepan. Sebuah tayangan yang memanfaatkan media power point untuk memberikan sajian di siang itu. Siang menunjukkan pukul 13.30 dan aku harus mengakhiri pelajaran sampai pukul 15.00 WIB.

Pada menit-menit awal seluruh perhatian anak tertuju ke layar, mereka masih bisa berinteraksi ketika aku menyodorkan pertanyaan atas tayangan yang tersaji. Sesekali mereka masih bisa merespon. Lima belas menit berjalan suasana mulai terasa tak nyaman, konsentrasi siswa mulai luruh dan sebagian dari mereka menampakan wajah lelah, menguap dan mengantuk. Aku juga mulai gelisah untuk mengembalikan konsentrasi anak-anak yang telah tercerai-berai. Waktu yang amat sulit. Tiga puluh menit kemudian di antara mereka ada yang tertidur. Aku biarkan mereka dan aku alihkan anak-anak pada tayangan video yang menyajikan materi dengan menyanyikannya. Suasana teratasi, namun terkendala oleh bahasa asing yang digunakan dalam lirik lagu, tak semua anak paham dengan makna lagu yang disampaikan.

Video lagu tersebut aku putar ulang dan meinta anak-anak untuk memperhatikan. Mereka mulai bangkit lagi. Kembali konsentrasi pada pelajaran sambil menirukan lirik lagu yang tertera di layar. Selesai video diputar aku meminta salah seorang anak untuk menyampaikan maksud dalam lagu tersebut. Siswa yang lain menanggapi, dan satu-dua di antara mereka mulai mengajukan pertanyaan, mengomentasi, dan menanggapi, sehingga tak terasa jarum jam berdetak di angka 3. Bel berdentang penanda pulang. Anak yang tertidur itu aku bangunkan. Seluruh isi ruangan kelas tertawa, “maaf Pak!” ucapnya lirih sambil mengemasi tasnya dan merapikan rambutnya yang kusut.

******

Di kesempatan yang lain aku menanyakan pada anak-anakku, mengapa mereka tak bersemangat dalam belajar kalau sajian yang disosorkan media power point, apalagi di jam terakhir. “Maaf pak, sekali lagi maaf. Kalau siang menjelang pulang kami sudah payah, dan jangan disajikan dengan power point, kami tambah ngantuk dan payah.”

“Kenapa, kurang menarik?”

“Bukan, Pak. Bukan karena tidak menarik, tetapi kalau sajian power point, kami dituntut untuk melihat dan membacanya. Pada jam segitu kami sudah capai.”

“Oke, terimakasih.”

Aku kembali menemukan tantangan baru. Pada pertemuan berikutnya aku sajikan materi dengan metode kooperatif learning membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan kemudian mendiskusikan beberapa pertanyaan setelah mereka berdiskusi, mereka menampilkan hasil diskusinya di papan tulis, sementara kelompok yang lain menambahkan keterangan yang tak dituliskan kelompok lainnya. Mereka berbagi dan saling berinteraksi sampai bel jam terakhir berdentang tak terasa.

Anak-anakku puas, mereka tertawa, dan pulang dnegan perasaan senang.

“Pak, besok sajiannya yang lebih menarik lagi dari cara seperti ini,” pinta mereka dengan hati tulus. Aku menrimanya dengan dada lapang. Aku berpikir lagi apalagi besok yang akan aku berikan…..

Tidak ada komentar: