Translate

Selasa, 15 Januari 2013

Pinhole Camera: Ide yang Tak Pernah Mati

(Gagal Memotret Gedung Perkantoran Beralih ke Lingkungan Sekitar Rumah)

"Sepeda Azmil dan Nabil",2013- Hidayat Raharja
Siang sepulang mengajar, aku ingin mengambil gambar dengan kamera lubang jarum. Aku siapkan bekal dengan mengisi enam kamera kaleng diisi dengan kertas foto. Enam kamera aku masukkan dalam tas dan inginnya mengambil gedung perkantoran. Namun sesampai di beberapa perkantoran yang megah dan baru usai direnovasi, aku tidak jadi mengambil gambar. Pancaran sinar matahari yang membuat pandangan menjadi terganggu, sehingga aku gagalkan untuk pengambilan gambar. Aku kecewa, pulang.
Sesampai di rumah, aku juga tak tenang karena sudah kadung niat untuk mengambil gambar. Aku pikir tak ada salahnya mengambil obyek di sekitar rumah. Sasaran pertama adalah sepeda motor yang di parkir di teras rumah. Aku ambil posisi agak menyudut, dan kuarahkan kamera dan membuka tutup lubang kamera. Pengambilan gambar dimulai dan aku mengambil bukaan dalam durasi 120 detik dengan pertimbangan kamera yang aku pakai lubangnya lebih kecil dari yang biasa kupergunakan, juga kondisi cahaya sudah agak redup.
Keadaan di teras rumah aku jadikan sasaran obyek kamera berikutnya. Dua obyek sudah kuambil dan aku masuk kamar tidur yang kujadikan kamar gelap untuk mencetak foto. Tak ada gambar yang muncul alias gagal.
Aku menyadari kegagalan ini karena di teras pancaran cahaya amat lemah,waktu 120 detik tidak cukup untuk merekam gambar. Jalanan depan rumah  jadi sasaran obyek berikutnya mengambil obyek di jalan depan rumah. Ada anak kecil yang tengah bermain “layangan “dengan anakku, layangan yang dibuat dengan mengikat “tas kresek”dengan benang panjang. Sehingga kalau diterpaangin akan terbang. Aku memintanya untuk berpose di depan pagar dengan posisi duduk dan kedua duduk berdua dengan anakku. Setelah masuk ke ruang gelap, hasilnya kurang memuaskan, kedua foto ini kurang berhasil karena obyek yang diambil tidak jelas gambarnya.
Sasaran berikutnya adalah jalan di samping rumah, akumengambilnya dari sisi kanan jalan ke arah barat dan matahari tengah teriknya. Saat pengambilan gambar lubang kamera aku buka selama 90 detik dan kemudian aku  tutup kembali, ternyata setelah dicetak ohhho  terbakar tak ada gambar yang muncul kecuali warna hitam pekat menutupi permukaan kertas negatif.
Kamera kembali aku isi dengan kertas negatif dan kembali ke sasaran jalan di depan rumah kearah barat, dan pagar. Untukmenghindarikegagalan seperti sebelumnya aku lakukan dengan mengurangi lama bukaan. Empat kamera yang sudah digunakan dimasukkan ke ruang gelap untuk kemudian memasuki proses mencetak. Luamayan, dari tiga kerta dua gmbar berhasil.

"Jalan Sebelah Rumah" 2013, Hidayat Raharja
Kembali lagi ke jalan kecil depan rumah, mengambil obyek jalan di sebelah barat rumah, sepeda anakku dan temanya yang digeletakkan begitu saja di tepian jalan. Tengah asyik mengambil gambar, aku ditanyakan tetanggaku yang tengah lewat disebelahku,”Bikin apa,pak?”. Aku bilang tengah praktik untuk bahan percobaan mengajar di sekolah. Si tetangga hanya tersenyum melihatku memegang kaleng berwarna hitam. Usai mengambil obyek sepeda, maka pemilik sepedanya kuabadikan pula. Mereka tertawa karena aku ajak menggunakan kamera paling kuno, sehingga mereka tak tahan berdiam dalam waktu 5 menit untuk kuambil gambarnya. Akibatnya tubuh dan kakinya jelas dan kepalanya kabur, karena tertawa terpingkal saat diambil gambarnya.
Tidak terasa hari sudah sore dan mulai gelap, tak terasa bermain pinhole camera membuat lupa waktu, namun kepuasan dalam hati tak tergambarkan, meski aku baru memulai untuk mempraktikkan penggunaannya. 
"Dua Sepeda Di Deapan Rumah" 2013, Hidayat Raharja

Bermain-main dengan pinhole camera tidak harus susah payah mengambil obyek pengambilan gambar, sebab lingkungan sekitar pun dapat memberikan suguhan hasil yang sangat menarik. Keterbatasannya telah meberikan ide yang terus tumbuh dan berkembang memenuhi situasi dan kondisi para pelakunya. Obyek-obyek yang tertangkap dalam pinhole camera akan mengalami distorsi, sehingga menciptakan gambar yang tak terduga, artistik, dan terkesan klasik. Ide yang tak pernah mati dan selalu tumbuh dalam diri penggunanya yang dipenuhi dengan cinta dan semangat berkarya.(Hidayat Raharja) ------Sumenep, 15 Januari 2013.
"Nabil dan Firman di Teras Rumah" 2013,Hidayat Raharja.















"Mobil Kijang di Depan Rumah" 2013, Hidayat Raharja.






5 komentar:

Nadia K. Putri mengatakan...

assalamu'alaikum bapak... sepertinya postingan tentangan kamera pinhole membuat saya tertarik mencobanya karena unik dan beda sekali dengan fotografi dslr.. keren sekali pak!

hidayatraharja.blogspot.com mengatakan...

waalaikum salam.apakabar nadia? Pinhole amat berbeda dengan dslr sebab pinhole camera sangat minimfasilitas sehingga memiliki tantangan yang lebih menarik.kamera yang kupergunakan kaleng bekas sehingga distorisnya cukup besar. makasi kunjungannya...

Unknown mengatakan...

kenapa saya gagal ya pak???tidak ada gambar sekali difilmnya?

Unknown mengatakan...

mohon sarannya pak,,karena saya sudah masukkan film di ruang gelap,saat memasukkan film kupotong2,,apa itu benar pak?trmksh sarannya

hidayatraharja.blogspot.com mengatakan...

mbakrosindah, saya pakainya kertas negatif merk MERIT satu doz isi 100 lembar dua minggu yang lalu harganya (Rp.110.000 - di Sumenep). Kemudian untuk mencetaknya menggunakan larutan Superbroom dan Acifix).