Translate

Minggu, 05 Juli 2009

JAWARA TOUR:

PERJALANAN YANG MENGENASKAN
(1)

Liburan akhir semester tahun ini aku sekeluarga mengikuti tour SMA 1 ke jakarta dan Bogor. Perjalanan yang diharapkan mampu memberikan refreshing terhadap tekanan kerja di sekolah yang menumpuk dan mengursa tenaga. Aku bawa istri dan dua anakku bersama keluarga besar SMANSA, bukan dengan tiket gratis, tetapi membayar dengan sejumlah harga yang tak murah. Berani membayar harga sebesar itu, karena dijanjikan oleh Jawara Tour untuk rekreasi di Ancol. TMII, Kebun Raya Bogor, dan Taman safari Indonesia – Cisarua – Bogor. Aku ajak dua anakku supaya mereka bisa rekreasi sambil belajar.

Hari yang dinantikan tiba 26 Juli, jumat pagi pukul 06.00 kami sekeluarga telah berkemas untuk menuju tempat pemberangkatan di halaman depan SMAN 1 Sumenep. Ternyata bus yang akan membawa ke Jakarta belum muncul. Semua peserta tour menggerutu. Pukul 06.30 Bus baru datang, dua bus yang sudah terbilang tua, hanya tampak luarnya yang bagus. Aku sekeluarga naik ke bus pertama, sebagaimana yang telah diatur panitia. Satu per satu penumpang naik ke atas bus, panitia melakukan cheking terhadap seluruh peserta. Pukul 07.00 di bus pertama dilakukan presensi terhadap peserta, tinggal satu rombongan keluarga yang belum datang ; Bu Chairunnisak dan keluarganya belum datang. Semua penumpang menggerutu, karena perjanjiannya pukul 06.30 sudah siap berangkat. Tak lama kemudian yang ditunggu datang, dan sebelum berangkat dilakukan doa bersama dipimpin bapak Suhdi, S.Ag. Tepat pukul 07.10 bus pertama berangkat diikuti rombongan bus kedua.

Suara dalam bis mulai riuh, satu dua penumpang mulai melemparkan cerita, dan ditanggapi penumpang lainnya. Melintasi jalan lingkar timur, tambak-tambak yang sepi dibakar hangat mentari. Matahari bergerak perlahan bus meninggalkan pertambakan, melintasi jalan propinisi ke arah Surabaya. Suara musik didendangkan D’Lloyd terdengar mendayu-dayu dari monitor DVD, membongkar kenangan lama tahun 70-80an. Tiba-tiba tour leader Bapak Bisron Ali memegang mike dan mengumumkan kepada seluruh peserta tour, kalau nantinya rombongan bus akan melewati jembatan Suramadu,” Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu kita start dari halaman SMA pukul 07.10 perjalanan ke Surabaya akan memakan wakt sekitar 3 jam melewati Suramadu. Tour kita kali ini akan membuat para peserta merasa di charge kembali setelah stress akibat kesibukan di tempat kerja. Kita nanti akan mengunjungi Monas dan menjelang sore mengunjungi Ancol. Di sana kita bisa melihat sunset di pantai Marina. Hari Minggu ke Taman Mini Indoensia Indah ke teater keong emas dan dilanjutkan ke masjid kubah emas, dan malam harinya beramah tamah dengan bapak Mh. Said Abdullah di ekdiamannya. Esok harinya sebagian peserta yang telah ditunjuk melakukan studi banding ke SMAN 8 Jakarta. Sementara yang lain akan ke kebun raya Bogor dan dilanjutkan ke Taman Safari Indonesia. Peserta Tour akan menyusl siang harinya ke taman safari Indonesia”.

Informasi yang mendebarkan sekaligus menggembirakan, karena tour ini waktu pertama kali bagi dua anakku mengunjungi kota jakarta. Perjalanan bus lamban, merayap, melata sepanjang aspalan hitam menuju Surabaya. Perjalanan yang santai dan pukul 10 kurang 15 menit bus memasuki sisi Madura dan kembali tour leader memberikan informasi mengenai Suramadu, ia menjelaskan proses pembanguna jembatan dan biaya yang telah dihabiskan. “Perjalanan ini menemupuh jarak sekitar 11 Km ke pangkal jembatan dan melewatu bentangan jembatan di atas laut sekita 5,4 km. Jarak ini akan kita tempuh sekitar 15 menit. Waktu yang singkat bila dibandingkan dengan penyeberangan mempergunakan kapal ferry di pelabuhan Kamal,” ujar Tour Leader penuh semangat. Tak lama sekitar pukul 10 lebih 40 menit bus sudah sampai di dataran Subaraya.

Surabaya yang sesak, bising mulai memekakkan telinga. Jalanan macet mengingatkan kembali kenangan surabaya terhadapku di ntahun 80-90 an. Surabaya yang padat, bising dan memekakkan telinga. Bus meliuk-liuk menyusuri jalanan arteri menuju ke arah Gresik. Jalan berliku dan menegangkan, karena jalan bus mulai terasa lamban. Padahal bus yang aku tumpangi jauh lebih bagus daripada bus yang ditumpangi rombongan kedua. Kota yang padat telah dilintasi bus memasuki kawasan pertambakan di sisi kiri-kanan jalan. Kawasan Gresik dengan aroma pelabuhan yang khas. Tambak-tambak terhampar memberikan lanskap kota pesisir dengan industri yang tak pernah mati. Di beberapa masjid yang berdiri di pinggir jalan mulai terlihat orang-orang berdatangan menunaikan shalat jumat. Setelah berjalan agak jauh bus berhenti di sebuah kawasan sekitar pertambakan di sebuah masjid yang mulai sesak oleh jemaah yang akan shalat jumat. Kami shalat jumat. Kemudian dilanjutkan dnegan ibu-ibu untuk menunaikan shalat dzuhur.

Usai shalat jumat perjalanan dilanjutkan mencari rumah makan untuk makan siang. Bus berjalan merambat melata bagai ular, menunggu munculnya bus kedua yang berjalan lebih lamban. Kabar yang tidak menyenangkan, didapat informasi bahwa rombongan bus kedua mengalami gangguan kehabisan solar. Gejala tidak menyenangkan mulai menghadang. Ternyata bus kedua kondisi mesinya sudah tua, hal ini disadari penumpang di bus kedua kalau berhenti mesin tidak pernah dimatikan, meskipun pemberhentian berlangsung dalam hitungan jam.
*****
Malam pun tiba perjalanan kian gerah karena mobil berjalan lamban, seperti jalan orangtua yang dibantu memakai tongkat. Penumpang bus pertama mulai resah merasakan perjalanan yang menjenuhkan. Sampai di daerah jawa tengah sudah sekitar pukul 21.00 lewat. Bus isi bensin di sebuah SPBU. Penumpang turun untuk mencari hawa segar, sebagian lagi buang air kecil dan mencuci muka yang mulai kuyu.

Sekitar 30 menit di SPBU, perjalanan dilanjutkan lagi. Malam dengan pernik bintang di hamparan langit gelap memantul seperti mata langit yang mengintip kepenantan penumpang dalam bus pertama. Anaka-anak kecil dalam gendongan merengek karena terguncang-guncang dan terbangun dari tidur yang tak nyenyak. Sebagian yang lain ngorok dengan tidur terduduk di kursi yang tak begitu empuk. Aku terlelap, namun tiba-tiba terbangun karena bus ngerem mendadak. Setengah terbangun aku lihat ke arah depan deretan mobil memanjang dilanda kemacetan. Macet!!! Tak ingin sial aku kembali katupkan kelopak mata. Tak ingat apa-apa hanya sesekali tubuh terpental dari kursi karena rem mendadak. Hingga tiba saat shalat subuh tiba. Bus menepi di sebuah maesjid di pinggiran kota; Masih daerah perbatasan jawa tengah dan jawa barat. Badanku sudah tak kuta menahan ngilu. Sekitar 20 jam di atas bus. Pada hal kalau waktu-waktu sebelumnya ke Jakarta naik bus Karina / Lorena dalam bentang waktu 21 jam dari arah sumenep bus sudah memasuki wilayah jakarta kota. Perjalanan yang menjengkelkan, namun aku mencoba mengubah perasaan menjadi menyenangkan. Seumur-umur saat inilah aku dipangagang di atas bus dalam jangka waktu lama.. Usai shlata subuh perjalanan dilanjutkan lagi untuk mencari rumah makan untuk makan pagi.

Angka jam menunjuk Pukul Tujuh pagi hari sabtu 27 uli 2009. tak tereasa sudah 24 jam di atas bus, namun tanda=tanda untuk segera sampai ke tempat tujuan masih jauh dari pandangan dan harapan. Salah seorang penumpang dalam bus pertama mulai emosional, kaerna anaknya yang masih balita takj kuta menahan panas. Bapak Moh. Hasan- Guru BK yang biasanya sabar, tak kuat menahan marah. Ia damprat Bisron Ali (Tour Leader Jawara),” jasa travel tidak profesional. Sudah dua puluh empat jam belum juga sampai tujuan. Bus tua jangan diajdikan angkutan wisata. Ini manusia bukan binatang. Ayo jalankan bus dengan benar. Masa perjalanan Sumenep ke Jakarta sampai lebih 24 jam. Katanya bus executif. Bus tua dibilang bus executive,” bentaknya menuju ke hadapan tourleader dan sopir.

Aku tak berani menatap wajah Bisron Ali. Ia begitu tegang dan tak menduga akan mendapat cacian semacam ini. Bahkan teman-teman yang duduk di belakangjuga ikut ngomel mencelotehi layanan Jawa Tour yang amat buruk. Anak-anak kecil mulai menangis karena gerah. Pendingn dalam bus seperti tak berfunggsi karena kami sudah terlalu lama dalam bus. Wajah Bisron Ali pias. Aku tak tega. Kondisi dan situasi yang kurang mengenakkan diredakan oleh teman sebangkuku H. Rasik Rahman. Guru olah raga yang periang dan selalu ada humor segar yang dilontarkan.
“Tenanglah pak, nanti sampai juga ke jakarta. Kita kan tak terburu-buru. Sabar yang pentings elamat sampai tujuan,” hiburnya sambil tersenyum.
Terus terang aku merasa beruntung duduk berdampingan dengannya, karena selalu m,enenangkan hati yang galau karena bus berjalan sangat lamban. Muncul olok-olok dari belakang kalau bis yang aku tumpangi tak pernbaah mendahului (menyalib) kendaraan tetapi emnjadi bus yang selalu didahului oelh kendaraan lain yang usianya lebih tua. (asambung...)

Tidak ada komentar: