Translate

Rabu, 22 Oktober 2008

AIR, MANUSIA , DAN PERADABAN

Oleh: Hidayat Raharja
(1)
PENDAHULUAN

AIR MANUSIA DAN PERADABAN

Air merupakan kebutuhan vital untuk berlangsungnya berbagai proses kehidupan. Tubuh makhluk hidup tersusun atas air, berperan dalam proses metabolisme. Kehidupan tak dapat dilepaskan dari kebutuhan air sebagai kebutuhan pokok setelah oksigen.

Sumber daya air ketersediaan dan kelestariannya kait-berkait dengan komponen kehidupan lainnya; manusia, hutan, tanah, dan lainnya. Manusia memiliki peran yang amat bermakna terhadap ketersediaan dan kelestarian sumber daya air. Manusia sebagai subyek dengan pelbagai aktivitas dalam kehidupannya kerapkali memberikan dampak terhadap kerusakan sumber daya alam (juga air).

Berbagai kebutuhan hidup manusia tidak sedikit yang didapatklan dari memanfaatkan sumber daya air. Pemenuhan kebutuhan protein hewani banyak memanfaatkan dari kekayaan hayati laut yang berlimpah.

Meningkatnya jumlah penduduk dunia (Brown,1999:107 dan 204) membawa implikasi terhadap penggunaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup; air bersih., untuk mencuci, mandi, sistem pengairan sebagai konsekuensi tak terelakkan. Meningkatnya kebutuhan papan dan pangan mengakibatkan terjadinya eskalasi penebangan hutan untuk perluasan lahan pertanian dan pemukiman memberikan pengaruh besar terhadap daur hidrologi sebagai siklus perputaran air di atmosfer bumi. Realitas konkret yang memberikan andil terhadap penyerapan air sebagai penampung air hujan dan pendistribusian air di musim kemarau.

Soemarwoto (Wuryadi,1998:47) menyebutkan krisis sumber daya air semula dibutuhkan untuk rumahtangga kemudian berkembang untuk pertanian dan industri. Ketresediaan air di lingkungan ditentukan oleh air hujan yang tersimpan ( air tanah, sungai, danau,dll).

Sementara prediksi Kantor Menteri Lingkungan Hidup (1990) menjelaskan perbandingan kebutuhan dan ketersediaan air di Indonesia tahun 2000 sebagai berikut: di Jawa 154 % ( telah terjadi krisis), Bali 73 % dan NTB 58 % (mendekati krisis).

Krisis air untuk rumahtangga walaupun kebutuhannya relatif kecil 48 % dari kebutuhan total, pertanian 64,87% , untuk listrik 30,7 % dan industri 0,53 %. Krisis air untuk kebutuhan rumah tangga disebabkan kebutuhan kian meningkat, sementara persediaan kian tercemar.

Krisis sumber daya air tidak lagi menjadi persoalan lokal, rejional,tetapi menjadi persoalan global karena ketrsediaan air merupakan persoalan multidimensional yang menyangkut aspek politik, ekonomi dan kultural yang saling melapisi dalam globalisasi kehidupan.

Makin berkurangnya hutan hujan tropik di Indonesia memberikan pengaruh terhadap perubahan iklim, cuaca yang tidak menentu mengakibatkan terjadinya pemanasan global , pasangnya air laut, dan bencana banjir di musim hujan dan kekurangan air (kekeringan) di musim kemarau. Menandakan terganggunya daur (siklus) air.

Peradaban ilmu dan teknologi bagaikan dua sisi mata uang yang saling mendamping antara manfaat dan dampak yang diberikan terhadap kehidupan manusia. Pengembangan Ilmu dan teknologi yang berorientasi terhadap peningkatan kesejahteraan hidup manusia melampaui batas sampai kepada tingkatan ekses pencemaran sumber daya alam, justru menimbulkan problem tersendiri dalam kehidupan manusia.

Teknologi menjadi alat eksploitasi terhadap sumber daya alam, sehingga tanpa disadari memberikan andil dalam merusak tatanan sumber daya alam yang melebihi batas kemampuan untuk melakukan regenerasi.

Di berbagai tempat, kawasan perairan dijadikan tempat pembuangan sampah dan limbah dari rumah tangga dan industri meningkatkan pembusukan dan meracuni kehidupan organisme di dalam air. Tercemarnya teluk Minamata menjadi catatan sejarah perairan dunia yang tercemar sebagai akibat dari kemajuan industri yang tanpa (lalai) mempertimbangkan keselarasan dengan lingkungan.

Pencemaran perairan bukan saja berimplikasi terhadap keracunan atau penyakit yang diderita manusia, tetapi secara ekonomis memberikan pengaruh yang amat signifikan. Sumber daya air (lautan) sebagai sumber perekonomian bagi suatu bangsa dan Negara. Selain sebagai lalulintas transportasi kekayaan hayati dan non hayati di dalam laut menjadi pemenuhan sumber kebutuhan hidup.

Kerusakan / pencemaran ekosistem perariran akibat pemukiman penduduk yang berdomisili di sepanjang bantaran sungai dan pembuangan sampah telah mengakibatkan terjadinya banjir secara periodik terjadi saat musim hujan tiba . Bencana kemanusiaan yang tidak hanya merugikan aspek ekonomis tetapi juga bersebarnya penyakit pasca banjir.

Dari uraian tersebut ada tiga persoalan besar dalam kehidupan terhadai ketersediaan dan kelestarian sumber daya air:

1. Eskalasi jumlah penduduk dunia, merupakan persoalan kependudukan berimplikasi terhadap peningkatan pemenuhan kebutuhan air bersih, sistem pengairan, dan pangan.

Bagaimana mengatasi peningkatan pemenuhan kebutuhan air bersih akibat peningkatan jumlah penduduk ?

2. Berkaitan dengan peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatn sumber daya air belum dilakukan secara optimal. Pemenuhan sumber air bersih masih banyak bergantung kepada tersedianya pengolahan air tawar dan pemanfaatan kekayaan hayati yang berlangsung secara esksploitatif. Pemakaian bahan peledak untuk menangkap ikan di lautan telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kerusakan terumbu karang di Indonesia dan berpengaruh terhadap kelestarian kekayaan hayati di dalam laut.

Bagaimana kaitan peradaban Iptek dalam upaya penyelamatan Sumber daya Air?

3. Rusaknya hutan hujan tropis di Indonesia merupakan bencana global yang memberikan andil terhadap perubahan iklim dan tersediannya air serta pengendalian banjir di waktu musim hujan. Selanjutnya problem tersebut berangkaii kepada persoalan sistem pengairan dan penyediaan pangan.

Bagaimana mengatasi rusaknya hutan hujan tropis untuk tetap menjaga daur hidrologi dan mengatasi bencana banjir?

******

BAB II

AIR DAN PERADABAN MANUSIA

2.1 A I R

Air (H2O) merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan. Bagi manusia air merupakan pembangun tubuh, berperan dalam sistem peredaran (transportasi), pengokoh tubuh, menjaga agar suhu tubuh tetap stabil, dan sebagai zat pelumas dalam gerakan otot ( Nasoetion, 1995:116-117)

Manusia sedikitnya membutuhkan 6 sampai 8 gelas air untuk keperluan metabolisme tubuh’

Pemenuhan kebutuhan air didapatkan manusia dari bahan makanan,buaha-buahan dan sayur-mayur yang dikonsumsi. Air sebagai minuman harus memenuhi persyaratan layak minum antara lain; bebas dari kuman, dan tidak mengandung zat-zat beracun. Secara alamiah air yang tercemar bahan organik dapat memurnikan dirinya selama tidak melampaui batas kemampuannya, karena bahan organik dapat diuraikan jazad renik.

Kebutuhan air semakin meningkat seiiring dengan makin meningkatnya jumlah penduduk khususnya di perkotaan. Dengan makin meningkatnya jumlah urbanisasi kebutuhan air kian meningkat.

Permalasalahan urbanisasi tidak hanya menimbulkan kirisis air bersih. Tetapi, juga menimbulkan pemukiman kumuh yang berdiri di bantaran sungai, bahkan berdiri di atas aliran air sungai. Menumpuknya sampah di perairan (sungai) di perkotan merupakan aspek lain yang berpengaruh terhadap kualitas air sungai menjadi tercemar dan mengakibatkan gangguan banjir serta penyakit ( Soemarwoto,1999:225)

Kepadatan penduduk dan kebutuhan air merupakan persoalan yang banyak terjadi di Negara berkembang. Meningkatnya urbanisasi di perkotaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan yang layak, karena minimnya bekal keterampilan (rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia) yang dimiliki menimbulkan persolan yang banyak memberikan kontribusi terhadap kerusakan sumber daya air (pencemaran air). Kultur pedesaan yang berbeda dengan kota mengakibatkan sungai berubah menjadi jamban,sekaligus tempat mandi dan untuk mencuci memberikan pengaruh buruk terhadap sanitasi, dan persediaan air bersih ( Soemarwoto,1999:223).

2.2 SIKLUS AIR ( DAUR HIDROLOGI)

Dalam daur hidrologi, air jatuh dari atmosfer ke bumi sebagai hujan atau bentuk lain; sebagian masuk ke dalam tanah; diseraptanaman, dan dikembalikan lagi ke atmosfer karena penguapan dari bagian luar tanaman (Foster,1998:36)

Hutan dan bentuk vegetasi lain memiliki peran penting di dalam daur hidrologi . Hutan mampu menyerap dan menahan air, sebagian dari seresah banyak menyerap air di permukaan tanah atau di atas lantai tanah.

Air yang terserap di dalam tanah akan keluar lagi sebagai mata air di tempat lain. Air yang terserap dalam serasah perlahan – lahan akan lepas, selama seresah itu mengandung air di atas titik jenuh. Air tanah dan air yang terserap dalam seresah merupakan simpanan air yang tersedia lama setelah hutan jatuh.

Pelestarian hutan merupakan suatu upaya untuk melestarikan daur hidrologi, berarti lesatarinya hutan merupakan upaya menjaga tetap tersedianya sumber daya air(Soemarwoto, 1999: 171-172)

Untuk tetap terjaganya daur hidrologi, maka upaya pelestarian dan penyelamatan hutan harus dilakukan. Setiap pelanggaran terhadap pelaku pengrusakan hutan harus diganjar sangsi yang tegas. Sebab, knyataannya parahnya kerusakan hutan di Indonesia banyak dilakukan oleh pengusaha hutan yang mengabaikan terhadap upaya pelestariannya.

Pelaku pencemaran terhadap perairan yang banyak disebabkan oleh limbah industri di perkotaan belum mendapatkan sangsi yang setimpal, sebab dari berbagai kasus pencemaran perairan banyak yang tidak tuntas disidang di pengadilan. Fenomena buruk yang makin mencemaskan terhadap krisis air yang disebabkan pencemaran.

2.3 HISTORIS

Sulit membayangkan bahwa peradaban manusia tertua muncul di daerah aliran sungai Tigris dan Eufrat yang dikenal dengan Mesopotamia . Enam – tujuh ribu tahun silam daerah yang dikenal dengan nama Iraq (sekarang) merupakan daerah pertanian yang subur dengan memanfaatkan aliran sungai Tigris untuk sistem irigasi pertanian. Aliran sungai yang membawa kemakmuran di bidang pertanian membawa kepada terbentuknya tatanan hidup yang tertata rapi. Dari situ muncul kelas-kelas masyarakat, seperti: pendeta, ahli pertanian, piƱata administrasi, pedagang, perwira angkatan perang, seniman, pekerja professional atau tenaga ahli (Zen,1982:47)

Sejarah peradaban yang maju mampu memanfaatkan sumber daya air untuk sistem irigasi pertanian, kawasan hijau dan kemakmuran bagi masyarakatnya. Kenyataan yang saat ini berubah total, Iraq berubah menjadi kawasan tandus , kering dan gersang karena masalah tatalingkung.

Tidak jauh berbeda dengan negeri ini (Indonesia) dalam catatan sejarah masa silam negeri nusantara merupakan kawasan yang hijau, subur, makmur, “Gemah Ripah loh Jinawe , Tata Tentrem Karta Raharja “.

Sumber daya air telah mencatatkan peradaban maju di masa lampau, berbagai pulau negeri ini dikelilingi perairan bukan menjadi penghalang tetapi berfungsi sebagai penghubung antar pulau atau daerah. Perairan menjadi inspirator terciptanya perahu tradisional “Pinishi” yang tangguh sebagai alat transportasi dan teruji menghadapi hantaman badai dan gelombang. Sumber daya air (laut) telah lama menjadi sumber penghidupan masyarakat pesisir, mereka sangat menghargai terhadap perairan yang menjadi sumber kehidupannya. Mereka begitu akrab sehiongga menimbulkan pelbagai tradisi di berbagai daerah untuk mensyukuri nikmat yang diperolehnya dari laut. Upacara petik laut, Larung merupakan bentuk-bentuk penghargaan, kearifan tradisional yang mencerminkan keselarasan dan keserasian hidup dengan lingkungan perairan. Pengambilan hasil laut sebatas kebutuhan dan hayati laut diberi kesempatan untuk berkembang biak, untuk menyediakan diri bagi manusia di waktu berikutnya. Tidak berlebihan apabila muncul pujian “ Nenek Moyangku Orang Pelaut”, “Abantal Omba’ Asapo’ Angin” bagi orang Madura Penanda yang menyimbolkan keakraban dengan dunia bahari merupakan peradaban negeri ini.

Di masa silam terdapat penghargaan yang sangat tinggi dari masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya air dalam kehidupan. Sistem irigasi pertanian telah membangun sistem kehidupan sosial, untuk membagi sistem pengairan secara bergantian dan saling membantu di antara sesamanya.

Perairan (sungai dan Laut) menjadi jalur lalulintas antar daerah dan pulau sehingga pusat kota banyak dibangun di daerah pesisir. Kejayaan masa silam yang kini akan segera menjadi kenangan. Sungai sudah banyak tercemar. Batavia yang dulu dikenal sebagai kota seribu sungai telah kehilangan perairan; sungai dan rawa bayak diurug untuk mendirikan pemukiman, reklamasi pantai untuk pemukiman telah mengakibatkan hilangan daerah limpahan air, sehingga di musim hujan banyak air tak tertampung membanjiri kota dan pemukiman penduduk.

Hutan-hutan sebagai penjaga daur hidrologi di pulau Jawa, sumatera dan Kalimantan semakin tahun makin susut karena dibabat oleh kerakusan indsutri perkayuan, tidak hanya merusak daur hiodrologi. Kekayaan plasma nutfah dan keanekaragaman turut lenyap bersmanya. Rusaknya hutan menimbulklan erosi permukaan tanah demikian parah, sehingga setiuap turun hujan sungai dan laut berubah menjadi warna coklat.

Krisis air menjadi musibah sepanjang waktu. Setiap musim hujan tiba hamper setiap daereah dilanda musibah banjir; Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan, kota yang senantiasa disibukkan oleh bencana banjir setiap musim penghujan tiba. Keadaan yang diperparah karena hilangnya hutan kota sebagai tempat serapan air, merupakan persoalan yang saling merantai dengan pelbagai persoalan ekonomi, sosiokultural, dan politik.

Krisis yang amat dilematis, ketika musim hujan air meluap menjadi bencana banjir, sementara di musim kemarau beberapa daerah mengalami kekeringan ,kekurangan air.

2.4. PERADABAN TEKNOLOGI

Teknologi dapat merubah segalanya, hal sulit menjadi mudah, pekerjaan yang berat menjadi ringan. Suatu kenyaman yang diberikan teknologi sebagai hasil penerapan atau aplikasi dari ilmu pengetahuan. Secara filosfis kehadiran teknologi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun di tangan manusia pula, teknologi bisa berubah menjadi sumber bencana karena manusia kurang beradab dan kurang arif dalam memanfaatkannya.

Teknologi Industri dapat dirasakan manfaatnya untuk menyediakan berbagai kebutuhan hidup manusia, namun di sisi lain “dubur” industri pabrik memuntahkan limbahnya ke perairan, sehingga terjadi pencemaran air. Kehadiran pupuk sintetis, insktisida dan pestisida telah banyak membantu petani utnuk meningkatkan produk pertaniannya. Tetapi penggunaan pupuk telah pula memberikan kontribusi terhadap eutrofikasi .

Industri kehutanan telah memporak-porandakan penjaga daur hidrologi, iklim yang tidak menentu. Data yang terungkap rusaknya hutan di Kalimatan dan Sumatera akibat ulah dari pengusaha tanaman indsutri yang membuka hutan dengan cara membakar hutan. Tindakan yang menjadi rahasia umum bahwa pelakunya sulit diberi sangsi hukum dan akibatnya berpengaruh terhadap kehiduapmn secara meluas.

Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan telah menghilangkan kearifan tradisional (lokal) untuk tetap menjaga lautan, akibatnya terjadi kerusakan terumbu karang sebagai sarang berkembangbiak ikan, dan terjadinya pencemaran air.

Terdapat perbedaan yang amat signifikan antara masyarakat negara berkembang dan Negara maju dalam memanfaatkan teknologi. Negara berteknologi maju seperti Negara Eropa memiliki kesadaran tinggi akan dampak buruk teknologi, oleh karena itu gejal pencemaran air, udara, dan sebagainya cepat diketahuyi dan cepat pula dijadikan masalah yang harus segera diselesaikan (Zen,1982: 48-49).

Permaslahan yang sering muncul di Negara berkembang seperti di Indonesia, teknologi dijadikan sebagai alt eksploitasi utnuk memanfaatkan sumber daya air tanpa mempertimbangkan dampaknya untuk segera dipermasalahkan dan dicarikan penyelesiannya. Pertimbangan ekonomi kerapkali menjadi titik tolak pemanfaatan teknologi untuk eksploitasi tanpa mempertimbangkan kondisi sosiokultural yang melingkupinya. Teknologi telah beralih fungsi dari fungsional ke sebuah gaya hidup untuk mencerminkan sebuah kemajuan dan lambang kemakmuran.

2.5 SUMBER DAYA AIR UNTUK MANUSIA?

DIA lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternak “ (QS.16: 10

“Dan kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah. Supaya kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-kebun yang luas? (QS.78: 14,15,16)

Air untuk manusia dan makhluk hidup lainnya. Amanah yang diwahyukan kitab suci Al-Quran. Air untuk Manusia tanpa memandang ras dan kebangsaan , usia, dan status sosialnya. Pemahaman ilahiah yang menekankan kepada peran manusia sebagai khalifah untuk memberdayakan sumber daya air bagi seluruh kehidupan; tumbuhan, hutan, tanah dan hewan.

Wahyu yang menunjukkan hubungan sirkuler antara manusia, tumbuhan, hewan, air, dan alam lingkunganya. Hubungan saling mempengaruhi dalam kelangsungan hidup untuk saling menjaga sehingga tercapai keselarasan dan langgam hidup yang tenteram dan damai.Manusia memiliki peran vital dalam upaya menjaga dan melestarikan sumber daya air, karena diberi peran untuk mengelola bagi kepentingan hidupnya. Wahyu ilahiah yang patut diapresiasi secara komprehensif oleh penganutnya.

Kerusakan hutan sebagai penjaga daur hidrologi merupakan perbuatan manusia yang melampaui batas tanpa memikirkan kepentingan makhkluk dan lingkungannya. Pemanfaatan hanya menekankan atas kepentingan manusia. Selanjutnya memberikan dampak bagi kehidupan manusia dengan aneka bencana alam yang menimpanya.

Teks Ilahiah menekankan pada hubungan manusia, tumbuhan, hewan, langit (atmosfer), kebun luas (hutan, tanah, flora dan fauna), merupakan kompleksitas hubungan interaktif antara manusia dengan lingkungannya. Apresiasi terhadap teks ilahiah merupakan suatu kewajiban sebagai pedoman dalam menjalankan peribadatan secara vertikal dan horizontal, secara transenden dan sosial merupakan apresiasi terhadap wahyu secara komprehensif.

Kegagalan menjaga dan melestarikan sumber daya air merupakan suatu realitas konkrit dari kegagalan apresiasi wahyu secara aplikatif. Selanjutnya membawa pada perengggangan dan dikotomi antara kepentingan transenden dan sosial. Peregangan – peragangan yang dihantui oleh kepentingan-kepentingan ekonomi (duniawi) dengan melupakan hak-hak yang harus didapatkan oleh komponen di luar manusia. Fenomena kehancuran sumber daya air ketika pesan-pesan wahyu disterilkan dari realitas kehidupan secara kongkrit. Wahyu digelandang ke dalam wilayah ritual sebagai satu-satunya bentuk pemujaan terhadap Tuhan dan dipisahkan dari sosialitasnya yang lebih bermakna.

Kekhalifahan manusia tidak bisa steril dari tanggungjawab sosial kepada segenap makhluk. Pemanfaatan sumber daya air tidak sampai merusaknya dan memberikan hak bagi setiap makhluk yang berinteraksi dalam sirkulasinya. Kekhalifahan yang memikul beban tanggungjawab humanitas, sosialitas, dan keilahian.

******

BAB III

REAKTUALISASI KEARIFAN LOKAL

MENGATASI PROBLEM SUMBER DAYA AIR

Krisis sumber daya air sebagai kebutuhan vital memerlukan penanganan secara serius dan intensif untuk tetap menjaga ketersediannya. Penanganan berkait dengan pelbagai aspek kehidupan manusia di tingkat lokal, rejional, dan global.

Manusia sebagai subyek benyak berperan dalam memberdayakan sumber daya air sekaligus menciptakan krisis. Karenanya, upaya menjaga dan melestarikan sumber daya air perlu dilakukan reaktualisasi kearifan-kearifan lokal yang tumbuh di tiap tempat tanmpa mengabaikan kepentingan global.

3.1 KOORDINASI WILAYAH EKOLOGIS

Ekosistem sebagai kesatuan tidak dapat dibatasi oleh administratif geografis pemerintahan daerah (otonomi daerah). Wilayah ekologis bisa membentang antar daerah yang secara administratif berbeda wilayahnya.Misalnya: Krisis air di kota Jakarta (Banjir) erat kaitannya dengan rusaknya ekosistem hutan atau gersangnya perbukitan yang ada di daerah bogor. Wilayah daerah yang berbeda secara administrative tetapi merupakan kesatuan ekologis.

Untuk menanganai krisis sumber daya air, semisal banjir perlu adanya koordinasi antar wilayah daerah mengatur penanggulangan bencana banjir. Pencemaran terhadap air bersih di perkotaan banyak disebabkan karena pemukiman kumuh di bantaran sungai yang diakibatkan miningkatnya arus urbanisasi salah satunya dapat diupayakan dengan meongoptimalkan fungsi pedesaan dengan menggalakkan Gerakan Kembali ke Desa (GKD) pernah dicanangkan di Jawa Timur saat kepemimpinan Gubernur Basofi Sudirman. Alternatif mengendalikan laju urbanisasi dengan menggarap potensi Home Industry , amat disayangkan program ini hanya berlangsung sesaat karena kebijakan politik yang tidak mendukungnya.

Perlu tindakan tegas dari aparat pemerintahan terhadap pemukiman liar semenjak awal, karena apabila menanti sampai pemukiman menjadi padat akan sulit untuk memindahkannya.

3.2 REDEFINISI TERHADAP PEMANFAATAN TEKNOLOGI

Pemanfaatan teknologi untuk memberdayakan poptensi sumber daya air merupakan suatu kebutuhan untuk mengimbangi permintaan yang semakin meningkat. Namun perlu dipertimbangkan ekses buruk pemanfaatan teknologi yang kurang ramah dan tidak relevan dengan kondisi lingkungan sosiokultural . Teknologi telah dimanipulasi untuk mengeksplorasi terhadap sumber daya air dan lalai untuk mempertimbangkan regenerasinya karena tekanan kebutuhan ekonomis. Serta Pemanfaatan sumber daya air dengan mempergunakan teknologi masih sebatas pemenuhan kebutuhan hayati dan mineral, sementara pemanfaatan air laut sebagai sumber air tawar merupakan tantangan masa depan untuk bisa dimanifestasikan sebagai produk teknologi pengolahan air. Tantangan teknologi untuk mengatasi tuntutan kebutuhan air tawar di masa depan, merupakan pilihan ketika sumber air tanah, hutan sebagai penjaga daur hidrologi banyak mengalami kerusakan.

Perkembangan industri air minum kemasan merupakan fenomena produk teknologi yang kian bertumbuh dan mampu menyuplai kebutuhan .

Namun bila industri air yang memanfaatkan sumber air di pegunungan ini lalai untuk dikendalikan, akan melengkapi kerusakan sumber daya air bersih yang tak mampu lagi melakukan regenrasi akibat kegiatan eksploratif dari industri perairan.

Appropiate Technology (Relevant Technology) tidak akan pernah tercapaisebelum Negara berkembang membangun masyarakat ilmiahnya (Zen,1982: 42). Betapa pentingnya membangun kualitas sumber daya manusia yang akan menentukan kualitas masyarakat dan bangsa. Pembentukan karakter manusia yang bukan hanya mapan secara teknoekonomis tetapi juga memiliki kearifan secara menyeluruh terhadap lingkungan sosiokulturalnya.

Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya manusia dapat dicapai dari pembenahan sistem pendidikan di sekolah khususnya yang tidak hanya menekankan kepada aspek kognitif, tetapi pembangunan pembentukan karakter manusia yang bisa berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosiokulturalnya.

Tujuan ini dapat dicapai melalui integrasi pendidikan lingkungan dalam setiap mata pelajaran sehingga menjadi suatu bentuk pendidikan yang kondusif Pola pembelajaran yang arif dan kondusif terhadap iklim sosiokultural dan lingkungan alam merupakan kebutuhan mutlak di saat reformasi dunia pendidikan berkeinginan mereaktualisasikan potensi lokal dan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa.

3.3. MENJAGA DAUR HIDROLOGI

Untuk menyelamatkan hutan sebagai penjaga daur hidrologi perlu dilakukan tindakan tegas terhadap pelangganya. Negara sangat lemah untuk menegakkan perundangan lingkungan karena berbagai tekanan ekonomi dan politik tertentu, mengakibatkanb krusakan hutan semakin tahun kian meningkat. Ribuan hektar hutan Kalimantan dan Sumatera rusak terbakar (dibakar) oleh pengusaha hutan, tanpa ada tindakan kongkrit.Perundangan tentang perlinduingan alam masih bersifat sektoral, artinya hanya dipahami oleh instansi yang berhubungan dengan kehutanan. Sementara pengrusakan terhadap hutan merupakan suatu realitas yang mengiringi laju industrialisasi.

Beberapa pengusaha penyebab pencemaran perairan oleh limbah kimia, tidak jelas sangsi hukumnya karena dari beberapa kasus yang disidangkan di pengadilan hilang di tengah jalan. Upaya penyelamatan hutan sebagai penjaga daur hidrologi masih didominasi oleh kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan.

Suatu hal yang patut dikembangkan adalah upaya melibatkan masyarakat sekitar hutan untuk memanfaatkan sisa lahan di hutan dan sekaligus diberi beban tanggungjawab untuk melakukan penghutanan kembali dengan tetap menjaga kelanggengan hutan yang tersisa. Peran simbiosis mutualistis antara lembaga hutan dengan masyarakat sekitaer untuk saling memberdayakan dilakukan di daerah jember untuk menyelamatkan dan melestarikan siswa hutan sebagai penjaga daur hidrologi.

Sungguh menyakitkan ketika ditengarai akibat kerusakan hutan banyak disebabkan oleh pengusaha hutan yang lebih banyak mempertimbangan kepentingan ekonomi capital. Tragisnya mereka pula yang lolos dari jerat hokum yang ada.

Memikirkan masa depan air harus memikirkan kearifan-kearifan lokal yang lebih bijaksana dalam memanfaatkan alam. Penegakan kembali hokum adapt, melibatkan penguasa adat untuk turut menjaga dan melestarikan hutan sebagai penajaga daur hidrologi mutlak harus dilakukan.

Untuk mengatasi persoalan-persoalan global dapat dimulai dan dipengaruhi dari tingkat lokal

Zimmerman (Hunker,1964) menjelaskan “kearifan dan akal budi manusia itulah, yang pada akhirnya dapat bmenjadi daya utama, yakni sumber daya yang membuka rahasia dan himah alam semesta”.

*****

BAB IV

PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Krisis sumber daya air merupakan krisis peradaban yang bertumpu kepada manusia sebagai makhluk yang mampu melakukan perubahan-peruabahan terhadap lingkungannya. Sejarah peradaban Mesopotamia merupakan catatan peradaban yang dibangun manusia dari pemanfaatan aliran air yang mengalir di sungai Tigris. Air yang membawa kemakmuran dan terbentuknya tatanan hidup yang tertata rapi. Namun imperium tersebut kemudian hancur karena kesalahan pengolahan tata lingkung.

Krisis air yang terjadi pada periode terakhir juga diakibatkan rusaknya tata lingkung, eskalasi pertambahan penduduk dan laju urbanisasi. Kondisi yang mengakibatkan maraknya penebangan hutan untuk pemukiman dan pertanian yang berakibat rusaknya daur hidrologi. Kerusakan-kerusakan ekologis yang mengakibatkan perubahan-perubahan degradatif kehidupan manusia dan semakin teralineasi dari lingklungan alam dan sosiokulturalnya.

Persoalan kuantitatif kependudukan sebagai penyebab meningkatnya terhadap kebutuhan air dan terjadinya pencemaran, selain dilakukan tekanan terhadap laju pertumbuhan ,tidak kalah pentingnya untuk mengimbangi dengan peningkatan kualitas masnusianya. Upaya pembentukan karakter manusia yang mampu bersikap arif dan memiliki cara pandang holistik terhadap berbagai persoalan yang dikedepankan.

Penguasaan teknologi maju tidak cukup, apabila tidak diimbangi dengan pembentukan kepribadian untuk menggunakan akal budi secara arif dalam menyikapi krisis sumber daya alam (air).

Penguasaan teknologi merupakan tuntutan masa depan untuk dapat mengelola sumber daya air secara optimal Karena meningkatnya kebutuhan air seiring dengan peningkatan jumlah penduduk tak akan dapat dipenuhi secara alamiah. Peran teknologi berwajah kemanusiaan merupakan tuntutan kebutuhan untuk bisa mengelola sumber air laut sebagai sumber daya pemenuhan kebutuhan air tawar di masa depan.

Dibutuhkan manusia teknokrat sekaligus manusia yang bisa berinteraksi dengan alam lingkungan dan sosiokulturalnya. Manusia yang menyadari kemanusiaannya dan eksistensinya ditengah alam raya yang memikul beban tanggungjawab secara horizontal dan secara vertikal.

4.2 SARAN

1.Untuk menumbuhkan sikap arif terhadap sumber daya air tidak dapat dihindari untuk menindak tegas para perusak lingkungan peraiuran sesuai dengan perundangan yang berlaku. Upaya menegakkan kembali hukum adat yang ada di beberapa tempat dan mendukung terhadap upaya penyelamatan sumber daya air harus mendapat dukungan dari pemerintahan di daerah.

2.Dilakukannya penelitian secara intensif untuk mengoptimalkan sumber daya laut dengan berbagai kekayaan hayati yang masih belum tergali untuk mengantisipasi kebutuhan pangan manusia di waktu yang akan datang

3.Upaya penyadaran terhadap peran sumber daya air di masa depan dapat dilakukan melalui pemberdayaan terhadap guru mata pelajaran. Upaya ini memiliki relevansi dengan akan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi yang menghendaki keanekaan pembelajaran yang konkrit dan kondusif serta dapat terbentuknya produk pendidikan (lulusan) yang mampu berinteaksi dengan alam lingkungan dan sisiokulturalnya.

****

BAB IV

PENUTUP

4.1 SIMPULAN

Krisis sumber daya air merupakan krisis peradaban yang bertumpu kepada manusia sebagai makhluk yang mampu melakukan perubahan-peruabahan terhadap lingkungannya. Sejarah peradaban Mesopotamia merupakan catatan peradaban yang dibangun manusia dari pemanfaatan aliran air yang mengalir di sungai Tigris. Air yang membawa kemakmuran dan terbentuknya tatanan hidup yang tertata rapi. Namun imperium tersebut kemudian hancur karena kesalahan pengolahan tata lingkung.

Krisis air yang terjadi pada periode terakhir juga diakibatkan rusaknya tata lingkung, eskalasi pertambahan penduduk dan laju urbanisasi. Kondisi yang mengakibatkan maraknya penebangan hutan untuk pemukiman dan pertanian yang berakibat rusaknya daur hidrologi. Kerusakan-kerusakan ekologis yang mengakibatkan perubahan-perubahan degradatif kehidupan manusia dan semakin teralineasi dari lingklungan alam dan sosiokulturalnya.

Persoalan kuantitatif kependudukan sebagai penyebab meningkatnya terhadap kebutuhan air dan terjadinya pencemaran, selain dilakukan tekanan terhadap laju pertumbuhan ,tidak kalah pentingnya untuk mengimbangi dengan peningkatan kualitas masnusianya. Upaya pembentukan karakter manusia yang mampu bersikap arif dan memiliki cara pandang holistik terhadap berbagai persoalan yang dikedepankan.

Penguasaan teknologi maju tidak cukup, apabila tidak diimbangi dengan pembentukan kepribadian untuk menggunakan akal budi secara arif dalam menyikapi krisis sumber daya alam (air).

Penguasaan teknologi merupakan tuntutan masa depan untuk dapat mengelola sumber daya air secara optimal Karena meningkatnya kebutuhan air seiring dengan peningkatan jumlah penduduk tak akan dapat dipenuhi secara alamiah. Peran teknologi berwajah kemanusiaan merupakan tuntutan kebutuhan untuk bisa mengelola sumber air laut sebagai sumber daya pemenuhan kebutuhan air tawar di masa depan.

Dibutuhkan manusia teknokrat sekaligus manusia yang bisa berinteraksi dengan alam lingkungan dan sosiokulturalnya. Manusia yang menyadari kemanusiaannya dan eksistensinya ditengah alam raya yang memikul beban tanggungjawab secara horizontal dan secara vertikal.

4.2 SARAN

1.Untuk menumbuhkan sikap arif terhadap sumber daya air tidak dapat dihindari untuk menindak tegas para perusak lingkungan peraiuran sesuai dengan perundangan yang berlaku. Upaya menegakkan kembali hukum adat yang ada di beberapa tempat dan mendukung terhadap upaya penyelamatan sumber daya air harus mendapat dukungan dari pemerintahan di daerah.

2.Dilakukannya penelitian secara intensif untuk mengoptimalkan sumber daya laut dengan berbagai kekayaan hayati yang masih belum tergali untuk mengantisipasi kebutuhan pangan manusia di waktu yang akan datang

3.Upaya penyadaran terhadap peran sumber daya air di masa depan dapat dilakukan melalui pemberdayaan terhadap guru mata pelajaran. Upaya ini memiliki relevansi dengan akan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi yang menghendaki keanekaan pembelajaran yang konkrit dan kondusif serta dapat terbentuknya produk pendidikan (lulusan) yang mampu berinteaksi dengan alam lingkungan dan sisiokulturalnya.

****




Tidak ada komentar: